Bentuk-bentuk Delinkuensi Delinkuensi Pada Remaja Putri

16 pada faktor otak dan faktor genetik sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja. b. Faktor Psikologis Beberapa faktor psikologis yang dianggap sebagai penyebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional, proses belaar yang keliru dan relasi yang bermasalah. Secara khusus, pengaruh keluarga dan teman-teman sebaya dianggap memiliki kontribusi yang penting terhadap timbulnya masalah-masalah remaja. c. Faktor Sosial Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan masalah-masalah remaja dapat meliputi status sosio-ekonomi dan kualitas lingkungan tempat tinggal. Sebagai contoh, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kenakalan. Berdasarkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor penyebab delinkuensi antara lain: faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor biologis. Faktor sosiologis meliputi latar belakang keluarga, komunitas dimana remaja berada, dan lingkungan sekolah. Faktor psikologis meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian dari remaja itu sendiri. Faktor biologis yang merupakan pengaruh elemen fisik dan organik dari remaja sendiri.

2.1.3 Bentuk-bentuk Delinkuensi

Jensen dalam Sarwono, 2002:256 membagi kenakalan remaja menjadi 17 empat bentuk, yaitu: a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain- lain. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas. d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah. Hurlock 2002:434 berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dalam bentuk, yaitu: a. Perilaku yang menyakiti diri sendiri dan orang lain. b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet. c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orangtua dan guru seperti membolos, mengendarai kendaran dengan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah. d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan menggunakan senjata tajam Dari kedua teori tersebut, teori yang dikemukakan oleh Hurlock dapat dikaitkan dalam teori Jensen. Hurlock mengemukakan perilaku yang menyakiti diri 18 sendiri dan orang lain dapat dikaitkan dalam teori Jensen yakni perilaku yang menimbulkan korban fisik, kemudian perilaku yang membahayakan hak milik orang lain dapat dikaitkan dengan perilaku yang menimbulkan korban materi, dan seterusnya. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan teori dari Jensen, yang dimaksud dengan perilaku delinkuen terdiri dari empat bentuk, yaitu: perilaku yang menimbulkan korban fisik, perilaku yang menimbulkan korban materi, perilaku melanggar status, perilaku yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.

2.1.4 Jenis-jenis Delinkuensi