12 yang dilakukan oleh anak-anak. Sarwono 2002:253 menambahkan bahwa
kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana, bahwa kenakalan remaja suatu tindakan anak muda yang dapat
merusak dan mengganggu, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hurlock 2002:209 menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, tindakan tersebut dapat membuat seorang individu yang melakukannya masuk penjara. Santrock 2007:255 juga
mengungkapkan kenakalan remaja merujuk pada berbagai perilaku mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti berbuat onar di sekolah,
status pelanggaran melarikan diri dari rumah, hingga tindakan kriminal seperti pencurian.
Berdasarkan teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan delinkuensi adalah perilaku, aktivitas yang dilakukan oleh remaja
yang menyimpang dari norma-norma masyarakat, melanggar hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku hingga tindak kriminal yang mengganggu
ketentraman diri sendiri maupun orang lain.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Delinkuensi
Menurut Rice dalam Gunarsa Gunarsa, 2009:273-278 penyebab kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi tiga faktor, yaitu:
a. Faktor Sosiologis Merupakan faktor eksternal yang menunjang terjadinya kenakalan remaja,
13 sehingga dapat dikatakan adanya suatu lingkungan yang delinkuen yang
mempengaruhi remaja tersebut. Termasuk di dalamnya adalah latar belakang keluarga, komunitas dimana remaja berada, dan lingkungan sekolah.
Keluarga darimana remaja berasal dapat mempengaruhi kemungkinan remaja menjadi delinkuen atau tidak. Keluarga yang kurang memiliki kohesivitas
kekurangdekatan hubungan antar anggota keluarga, hubungan yang tidak harmonis dalam keluarga, merupakan suatu prediktor akan kemungkinan
timbulnya delinkuensi. Komunitas tempat remaja berada juga mempengaruhi remaja tersebut,
termasuk diantaranya adalah nilai-nilai yang dipercayai oleh komunitas tersebut. Komunitas yang menekankan nilai-nilai hedonisme membuat remaja melakukan
apapun untuk memuaskan dirinya, sedangkan komunitas yang menekankan nilai-nilai moral seperti kejujuran dan kerja keras akan mempengaruhi remaja
dalam mengambil suatu tindakan. Sekolah juga memiliki peran penting dalam menunjang terjadinya kenakalan
remaja. Kurangnya keberhasilan akademis seperti nilai akademis yang rendah dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan program sekolah,
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau bergaul dengan baik dengan guru, semua ini dapat menjadi pencetus munculnya tingkah laku delinkuen remaja.
b. Faktor Psikologis Meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian dari
14 remaja itu sendiri. Suasana dalam keluarga, hubungan antara remaja dengan
orang tuanya memegang peranan penting atas terjadinya kenakalan remaja. Salah satu penyebab terjadinya delinkuensi terletak pada perlakuan orang tua
terhadap anak pada masa prasekolah. Apa yang sering terlihat adalah penolakan dari orang tua terhadap anaknya, baik dari pihak ibu atau dari pihak ayah.
Pengabaian neglect dari orang tua dapat dimasukkan ke dalam hal ini sebagai indikator adanya penolakan dari orang tua.
Faktor kepribadian remaja juga dapat menjadi penyebab seorang remaja melakukan tindakan delinkuen. Harga diri yang rendah, kurangnya kontrol diri,
deprivasi akan kasih sayang, atau bahkan adanya psikopatologi, merupakan hal-hal yang termasuk dalam faktor kepribadian.
c. Faktor Biologis Faktor biologis yang dimaksud disini adalah pengaruh elemen fisik dan
organik dari remaja sendiri. Elemen fisik, organik, atau biologis ternyata dapat berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap tindakan kenakalan remaja.
Pada beberapa remaja delinkuen didapati adanya kekurang matangan perkembangan pada sistem belahan depan frontal lobe otak yang dapat
menghasilkan disfungsi neurofisiologis dan tingkah laku delinkuen. Hal ini menyebabkan mereka tidak dapat bertindak berdasarkan pengetahuan yang
mereka miliki. Kecenderungan pada delinkuensi sendiri mungkin merupakan sesuatu yang
15 diwariskan inherited. Beberapa karakteristik kepribadian seperti temperamen
merupakan sesuatu yang dipengaruhi oleh genetik, sehingga terdapat kemungkinan bahwa seorang anak akan memiliki kecenderungan untuk bertindak
kasar yang diturunkan oleh orang tuanya. Kartono 2014:58-59 menambahkan delinkuensi remaja bukan merupakan
warisan bawaan sejak lahir. Anak seorang pencuri biasanya cenderung menjadi pencuri pula dan kejadian ini bukan disebabkan sifat dan kebiasaan pencuri itu
diwariskan kepada anak-anaknya sebagai ciri-ciri karakteristik yang herediter tetapi semacam kegiatan keluarga yang bisa mengkondisionir serta
mempengaruhi pola tingkah laku dan sikap hidup para anggota lain. Temperamen orang tua terutama dari ayah yang agresif meledak-ledak, suka marah dan
sewenang-wenang, serta kriminal, tidak hanya akan mentransformasikan defek temperamennya saja, akan tetapi juga menimbulkan iklim yang mendemoralisir
secara psikis sekaligus juga merangsang reaksi emosional yang sangat impulsif kepada anak-anaknya.
Sedangkan menurut Santrock 2007:233-234 jika dilihat dari pendekatan biopsikososial menekankan pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosial. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Faktor Biologis
Masalah-masalah remaja disebabkan oleh kegagalan dari fungsi-fungsi tubuhnya. Para ilmuwan yang menganut pendekatan biologis biasanya berfokus
16 pada faktor otak dan faktor genetik sebagai penyebab timbulnya
masalah-masalah remaja. b. Faktor Psikologis
Beberapa faktor psikologis yang dianggap sebagai penyebab timbulnya masalah remaja adalah gangguan berpikir, gejolak emosional, proses belaar yang
keliru dan relasi yang bermasalah. Secara khusus, pengaruh keluarga dan teman-teman sebaya dianggap memiliki kontribusi yang penting terhadap
timbulnya masalah-masalah remaja. c. Faktor Sosial
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan masalah-masalah remaja dapat meliputi status sosio-ekonomi dan kualitas lingkungan tempat
tinggal. Sebagai contoh, kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kenakalan.
Berdasarkan teori diatas, dapat ditarik kesimpulan faktor-faktor penyebab delinkuensi antara lain: faktor sosiologis, faktor psikologis dan faktor biologis. Faktor
sosiologis meliputi latar belakang keluarga, komunitas dimana remaja berada, dan lingkungan sekolah. Faktor psikologis meliputi hubungan remaja dengan orang tua
dan faktor kepribadian dari remaja itu sendiri. Faktor biologis yang merupakan pengaruh elemen fisik dan organik dari remaja sendiri.
2.1.3 Bentuk-bentuk Delinkuensi