Generator Studi Perancangan Kapasitas Genset Sebagai Cadangan Pada PT. Inti Kimiatama Perkasa

2.3.2. Jumlah Silinder

Pada umumnya jumlah silinder tergantung kecepatan putar mesin rpm. Makin besar jumlah silinder makin banyak jumlah dorongan yang terjadi. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya light flicker naik turunnya tegangan maka jumlah silinder yang digunakan minimal 4 empat buah. Suatu ketetapan agar light flicker tidak terasa, maka jumlah dorongan silinder tiap detiknya harus lebih dari 16 enam belas dorongan, dimana banyaknya jumlah dorongan tersebut dapat dilihat dari rumus dibawah ini. 120 . i n dorongan Jumlah = 2.4 Keterangan: n : Kecepatan putaran mesin rpm i : Jumlah pembakaran jumlah silinder

2.4. Generator

Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk mengkonvesikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak- balik. Arus DC yang disupplai ke rotor, akan menghasilkan medan magnet pada rotor. Kemudian rotor diputar dengan kecepatan tertentu oleh penggerak mula prime mover, sehingga medan magnet akan berputar di dalam mesin tersebut, dan menginduksikan tegangan pada belitan stator. Dalam hal ini belitan medan berada di rotornya, sedangkan belitan jangkar berada pada statornya. Universitas Sumatera Utara

2.4.1. Konstruksi Generator Sinkron

Rotor generator sinkron merupakan merupakan sebuah magnet besar, dimana konstruksinya dapat berupa salient atau non salient. Bentuk salient adalah bentuk yang menonjol atau menempel di bagian luar, dimana kutub-kutubnya menonjol dari permukaan rotor dan bentuknya seperti tapak sepatu sehingga sering disebut dengan rotor kutub sepatu. Bentuk rotor non salient konstruksi kutub-kutubnya rata dengan permukaan rotor yang berbentuk silinder, sehingga sering disebgut rotor silinder. Gambar 2.3. Rotor salient kutub sepatu pada generator sinkron a b Gambar 2.4.a Gambaran bentuk rotor Non-salient rotor silinder Gambar 2.4.b Penampang rotor pada generator sinkron Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Tegangan Induksi Pada Belitan Tiga Fasa

Belitan pada ststor adalah tempat memperoleh energi listrik dan disebut dengan belitan jangkar, sedangkan belitan pada rotor dialiri arus medan untuk menimbulkan medan magnet. Satu siklus kutub S-U pada rotor memiliki kisar sudut sudut magnetis atau sudut elektrik 360 . Pada mesin empat kutub dua pasang kutub, satu periode siklus mekanis perputaran rotor sama dengan dua periode siklus magnetik. Jadi hubungan antara sudut kisaran mekanik dengan sudut kisaran magnetik adalah 2 derajat mekanis derajat magnetik x θ θ = 2.5 atau secara umum 2 derajat mekanis derajat magnetik x P θ θ = 2.6 dengan P adalah jumlah kutub kecepatan sudut mekanik adalah : mekanis mekanik mekanik f π t d θ ω 2 = = 2.7 Frekuensi mekanik f mekanik adalah jumlah siklus mekanik per detik yang tidak lain adalah kecepatan perputaran rotor per detik. Biasanya kecepatan rotor dinyatakan dengan jumlah rotasi per menit rpm. Jadi, jika kecepatan rotor adalah n rpm, maka jumlah siklus per detik adalah 60 n atau f mekanik = 60 n siklus per detik. Kecepatan sudut magnetis adalah magnetik magnetik magnetik f π t d θ ω 2 = = 2.8 Universitas Sumatera Utara dari persamaan 2.6 dan persamaan 2.8 didapat persamaan 60 2 60 2 2 2 2 2 Pn n P f P P ω mekanis mekanik magnetik π π π ω = = = = 2.9 sehingga 120 Pn f magnetik = siklus per detik 2.10 Perubahan fluksi magnetik akan membangkitkan tegangan induksi di setiap belitan. Karena fluksi magnet mempunyai frekuensi 120 Pn f magnetik = Hz. Maka tegangan pada belitan akan mempunyai frekuensi 120 Pn f tegangan = Hz 2.11 Dari persamaan 2.10 ini jelas bahwa untuk memperoleh frekuensi tertentu, kecepatan perputaran rotor harus sesuai dengan jumlah kutub. Jika diinginkan f = 50 Hz misalnya, untuk p = 2 maka n = 3000 rpm, jika p = 4 maka n = 1500 rpm, jika p = 6 maka n = 100 rpm, dan seterusnya. Konstruksi mesin kutub menonjol seperti Gambar 2.3 sesuai dengan putaran rendah tetapi tidak sesuai untuk mesin putaran tinggi karena kendala-kendala mekanis. Untuk mesin putaran tinggi digunakan konstruksi silindris. Tegangan yang terbangkit dibelitan pada umumnya diinginkan berbentuk gelombang-gelombang sinus t A V ω cos = , dengan pergeseran 120 untuk belitan fasa-fasa yang lain. Tegangan sebagai fungsi waktu ini pada transformator dapat langsung diperoleh di belitan sekunder karena fluksinya merupakan fungsi waktu. Universitas Sumatera Utara Pada mesin sinkron, fluksi dibangkitkan oleh belitan eksitasi di rotor yang dialiri arus searah sehingga fluksi tidak merupakan fungsi waktu. Akan tetapi, fluksi yang ditangkap oleh belitan stator harus merupakan fungsi waktu agar hukum Faraday dapat diterapkan untuk memperoleh tegangan. Fluksi sebagai fungsi waktu diperoleh melalui putaran rotor. Jika φ adalah fluksi yang dibangkitkan di rotor dan memasuki celah udara antara rotor dan stator dengan nilai konstan maka, pertambahan fluksi yang ditangkap oleh belitan stator adalah magnetik magnetik s dt d dt d φω θ φ θ = = 2.12 Karena 120 2 2 Pn f magnetik magnetik π π ω = = , maka 60 Pn dt d s φπ φ = 2.13 Dari persamaan 2.10 kita peroleh tegangan pada belitan adalah 60 Pn N dt d N V s φπ φ − = − = 2.14 Jika φ bernilai konstan, tidak berarti bahwa tegangan yang dihasilkan adalah konstan, karena φ konstan positif untuk setengah periode dan bernilai konstan negatif untuk setengah periode berikutnya. Maka persamaan 2.14 memberikan tegangan bolak-balik yang tidak sinus. Untuk memperoleh tegangan berbentuk sinus, φ harus berbentuk sinus juga. Akan tetapi ia tidak dibuat sebagai fungsi sinus terhadap waktu, akan tetapi fungsi sinus posisi, yaitu terhadap magnetik θ . Jadi jika magnetik m θ φ φ cos = 2.15 Universitas Sumatera Utara maka laju pertambahan fluks yang dilingkupi belitan adalah dt d dt d dt d dt d magnetik magnetik m magnetik m s θ θ φ θ φ φ φ sin cos − = = = magnetik m magnetik magnetik m Pn θ π φ θ ω φ sin 120 2 sin       − = − = 2.16 Sehingga tegangan belitan magnetik m s Pn N dt d N e θ πφ φ sin 60 = − = t N N f m magnetik m ω φ ω θ φ π sin sin 2 = = 2.17 Pesamaan 2.17 memberikan nilai tegangan sesaat yang dibangkitkan pada belitan stator, nilai tegangan maksimumnya adalah Volt N E m m φ ω = 2.18 Dari nilai efektif tegangannya adalah m m m rms N f N E E φ π φ ω 2 2 2 2 = = = 44 , 4 Volt N f m φ = 2.19 Tegangan fektif pada terminal mesin tergantung pada hubungan stator generator apakah Y atau ∆ . Bila stator mesin terhubung Y, maka tegangan terminalnya akan 3 kali E rms sedangkan bila stator terhubung ∆ , maka tegangan terminalnya sama dengan tegangan E rms . Dalam penentuan tegangan dan keluaran generator perlu mempertimbangkan nilai tegangan dan keluaran kVA-nya. Dibawah ini adalah tabel nilai daya keluaran minimum dari generator sesuai dengan standar BS 4999 part 101;I.E.C.341 : Universitas Sumatera Utara “recommends the following minimum output related to rated voltage” dan table yang biasa digunakan sebagai patokan oleh pabrikan. Tabel 2.1. Perbandingan Tegangan dan Daya Voltage MVA 415 Up to 1.5 3300 0.5 to 6 6600 0.8 to 10 11000 1 to 20

2.5. Pengaturan Tegangan