Studi Perancangan Kapasitas Genset Sebagai Cadangan Pada PT. Inti Kimiatama Perkasa
TUGAS AKHIR
STUDI PERANCANGAN KAPASITAS GENSET SEBAGAI
CADANGAN PADA PT. INTI KIMIATAMA PERKASA
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Oleh
AZWAR SOFWAN MARPAUNG
050402030
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
ABSTRAK
PT. Inti Kimiatama Perkasa merupakan sebuah perusahaan industri yang berada di kawasan Komplek Industri Medan (KIM) Tanjung Morawa yang menghasilkan produk house needing untuk wilayah pasokan seluruh Sumatera. Proses kegiatan produksi dilakukan setiap hari baik siang maupun malam. Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, PT. Inti Kimiatama Perkasa memiliki 2 (dua) jenis sumber pasokan listrik antara lain: Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai sumber energi listrik utama dengan kapasitas 2500 kVA dan diesel generating set sebagai sumber energi listrik cadangan sebanyak 2 (dua) buah dengan total kapasitas 1620 KVA.
Total beban terpasang di PT. Inti Kimiatama Perkasa sebesar 1280706,508 W. Beban terpakai di PT. Inti Kimiatama Perkasa saat beban puncak adalah sebesar 930 KVA. Dengan melihat kapasitas beban terpasang dan beban terpakai di PT. Inti Kimiatama Perkasa, maka besar demand factor adalah sebesar 0,732, sedangkan besar load factor adalah sebesar 66,2 % dari total beban puncak.
Dengan mengasumsikan fluktuasi beban harian maka diperoleh base load sebesar 437,68 kVA, sehingga dalam perencanaan diesel generating set di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dikatakan benar dengan menggunakan 2 (dua) buah diesel
generating set dengan kapasitas tiap unit sebesar 810 kVA. Pemilihan diesel generating set tersebut dapat dikatakan benar sebagai stand-by unit, sebab faktor
kecepatan dari diesel generating set M 900 F adalah sebesar 1,875 yang merupakan faktor kecepatan rendah.
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan, halangan
dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat beriring salam
penulis hadiahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad S.A.W.
Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
Ayahanda Hasiholan Marpaung dan Ibunda Ratna Juita, serta Kakak tercinta Renni
Sartika dan adik-adik yang tersayang Hasrul Efendi dan Emil Gunawan yang
merupakan bagian dari hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan
dari sejak penulis lahir hingga sekarang.
Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun
judul Tugas Akhir ini adalah:
STUDI PERANCANGAN KAPASITAS GENSET SEBAGAI
CADANGAN PADA PT. INTI KIMIATAMA PERKASA
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima
(4)
1. Bapak Ir. Sumantri Zulkarnain, selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, atas
nasehat, bimbingan dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Ir. Rachman Hasibuan, selaku Penasehat Akademis penulis, atas
bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan perkuliahan selama ini.
3. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Ba’afai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahmad Fauzi, ST, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan
seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara atas segala bantuannya.
6. Untuk yang spesial, kepada Adek_Q Siska Ayu Wulandari, terima kasih atas
dukungan dan semangatnya serta Mbak Tita dan Bang Andi yang menjadi
sosok bagi penulis sebagai contoh panutan.
7. Kepada Babak dan Mamak yang telah mendoakan keberhasilan penulis. Ini
hadiah yang penulis bisa berikan.
8. Sahabat-sahabat terbaik di elektro: Diana, Amy, Dewi, Gifari, Dedi.M, Rudi,
Reza, Ardi, Arie, Putra, Riza, Harpen, Khairil, Apriany P.S.U.S, Chici, Once,
Nisa, Taci, Muti, Icha, Christina, Riki, Kira, Prindi, Yona, Rifky, Dedi.A,
Megi, Irpan, Andry, Alex, dan seluruh Gemboeng 2005 , semoga silaturahmi
(5)
9. Kepada Om Def dan Tek Inong yang telah mengusahakan penulis melakukan
penelitian di pabrik. Tak lupa terima kasih kepada Om Iiit yang sudah capek
mengurusi surat supaya penulis bisa melakukan penelitian di pabrik.
10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan
tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat
penulis harapkan.
Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.
Medan, Februari 2010
Penulis
Azwar Sofwan Marpaung
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I. PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Rumusan masalah ...2
1.3 Tujuan Penulisan ...2
1.4 Batasan Masalah ...2
1.5 Metodologi Penulisan ...2
1.6 Sistematika Penulisan ...3
BAB II. TEORI DASAR...5
2.1. Penjelasan Umum Diesel Generating Set ...5
2.2. Karakteristik Beban dan Faktor Pusat Listrik ...6
2.3. Mesin Diesel ...7
2.3.1. Faktor Kecepatan ... 9
2.3.2. Jumlah Silinder ... 10
2.4. Generator ... 10
2.4.1. Konstruksi Generator Sinkron ... 11
2.4.2. Tegangan Induksi Pada Belitan Tiga Fasa ... 12
(7)
2.6. Governor ... 17
2.7. Karakteristik Governor ... 18
2.7.1. Speed Droop ... 18
2.7.2. Isochronous... 19
2.8 AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch) ... 20
2.8.1 Pengertian AMF dan ATS ... 20
2.8.2 Cara Kerja AMF dan ATS ... 21
2.9. Sistem Start ... 22
2.10. Pengaman Diesel Generating Set ... 23
2.10.1. Pengaman Mesin Diesel ... 23
2.10.2. Pengaman Generator ... 24
2.11. Power House ... 25
2.11.1. Bangunan ... 25
2.11.2. Pentanahan ... 26
2.12. Kabel ... 26
BAB III. BEBAN TERPASANG ... 30
3.1. Sistem Distribusi ... 30
3.2. Beban Terpasang ... 32
3.3. Data Beban Harian ... 33
BAB IV. PERANCANGAN KAPASITAS GENSET SEBAGAI CADANGAN PADA PT. INTI KIMIATAMA PERKASA ... 36
4.1 Analisa Beban ... 37
4.2. Pemilihan Diesel Generating Set ... 39
4.3. Analisa Faktor Kecepatan ... 42
4.4. Analisa Sistem Starting ... 42
(8)
4.6. Power House ... 47
4.7. Pentanahan ... 48
4.8. Analisa Pemilihan Kabel ... 49
KESIMPULAN ... 51
(9)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Penampang tengah ruang bakar mesin diesel ...8
Gambar 2.2. Diagram Siklus Otto ...8
Gambar 2.3. Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron ... 11
Gambar 2.4.a Gambaran bentuk rotor Non-salient (rotor silinder) ... 11
Gambar 2.4.b Penampang rotor pada generator sinkron ... 11
Gambar 2.5 Karakteristik Tegangan ... 16
Gambar 2.6. Karakteristik Speed Droop ... 18
Gambar 2.7. Karakteristik Isochronous ... 19
Gambar 2.8. Hubungan AMF dengan alat pengontrol ... 20
Gambar 2.9. Blok Diagram proses kerja AMF dan ATS ... 21
Gambar 2.10. Sistem Interlock ATS ... 22
Gambar 4.1. Skema Perencanaan Pembangkit Listrik ... 36
Gambar 4.2. Sistem Starting Diesel Generating Set ... 43
Gambar 4.3. Block Diagram Pengoperasian Generator Secara Otomatis ... 46
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbandingan Tegangan dan Daya ... 16
Tabel 2.2. Korutnrksi dan KHA maksimum Kabel NYFGbY 0,6/l kV berinti tunggal ... 29
Tabel 3.1. Main Distribution Panel di PT. Inti Kimiatama Perkasa ... 31
(11)
ABSTRAK
PT. Inti Kimiatama Perkasa merupakan sebuah perusahaan industri yang berada di kawasan Komplek Industri Medan (KIM) Tanjung Morawa yang menghasilkan produk house needing untuk wilayah pasokan seluruh Sumatera. Proses kegiatan produksi dilakukan setiap hari baik siang maupun malam. Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, PT. Inti Kimiatama Perkasa memiliki 2 (dua) jenis sumber pasokan listrik antara lain: Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai sumber energi listrik utama dengan kapasitas 2500 kVA dan diesel generating set sebagai sumber energi listrik cadangan sebanyak 2 (dua) buah dengan total kapasitas 1620 KVA.
Total beban terpasang di PT. Inti Kimiatama Perkasa sebesar 1280706,508 W. Beban terpakai di PT. Inti Kimiatama Perkasa saat beban puncak adalah sebesar 930 KVA. Dengan melihat kapasitas beban terpasang dan beban terpakai di PT. Inti Kimiatama Perkasa, maka besar demand factor adalah sebesar 0,732, sedangkan besar load factor adalah sebesar 66,2 % dari total beban puncak.
Dengan mengasumsikan fluktuasi beban harian maka diperoleh base load sebesar 437,68 kVA, sehingga dalam perencanaan diesel generating set di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dikatakan benar dengan menggunakan 2 (dua) buah diesel
generating set dengan kapasitas tiap unit sebesar 810 kVA. Pemilihan diesel generating set tersebut dapat dikatakan benar sebagai stand-by unit, sebab faktor
kecepatan dari diesel generating set M 900 F adalah sebesar 1,875 yang merupakan faktor kecepatan rendah.
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Catu daya utama yaitu PLN sangat berpengaruh terhadap penyediaan energi
listrik bagi masyarakat. Energi listrik dari PLN, tidak selalu continue dalam
penyalurannya. Suatu saat pasti terjadi pemadaman dari PLN.
Suplai energi listrik sangat diperlukan oleh industri dalam menjalankan
produksinya. PT. Inti Kimiatama Perkasa merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang homesneed yang memproduksi kebutuhan rumah tangga yaitu anti serangga.
PT. Inti Kimiatama Perkasa menggunakan suplai energi listrik utama dari PLN.
Sehingga jika PLN padam, maka suplai energi listrik dari PLN pun mati.
PT. Inti Kimiatama Perkasa memerlukan energi listrik yang utama untuk
penerangan ruangan-ruangan tertentu, seperti: ruang office, ruang kontrol, serta
bagian-bagian yang tergabung dalam sistem keamanan, seperti exit door, fire door.
Karena ruangan-ruangan ini penting untuk kegiatan yang terus berlangsung. Agar
kapasitas daya genset yang diperlukan lebih kecil dan tidak terlalu tinggi biayanya,
pemakaian energi listrik pada kawasan-kawasan tertentu dapat dikurangi.
Berdasarkan hal diatas agar ruangan-ruangan tersebut tetap mendapat suplai
energi listrik cadangan dan beberapa mesin beroperasi dibutuhkan genset. Suplai
(13)
1.2 Rumusan masalah
Yang menjadi rumusan masalah pada Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagaimana prinsip kerja genset
2. Bagaimana kinerja peralihan sumber energi
3. Apa saja pengaman yang digunakan pada sistem genset
4. Bagaimana analisis pembagian beban genset
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menghitung daya yang diperlukan genset pada PT. Inti Kimiatama Perkasa
2. Penentuan dasar pemilihan mesin diesel yang akan dipergunakan, meliputi
faktor kecepatan dan jumlah silinder.
3. Menentukan luas penampang penghantar yang digunakan terhadap
beban-beban yang disuplai genset.
1.4 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas maka penulis akan
membatasi pembahasan tugas akhir ini dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Tidak membahas parameter generator secara jelas.
2. Tidak membahas prinsip thermodinamika mesin diesel
3. Tidak merincikan catalog peralatan yang digunakan
1.5 Metodologi Penulisan
(14)
1. Studi Literatur : Berupa tinjauan pustaka dari buku-buku, jurnal ilmiah yang
berkaitan dengan unit instalasi genset.
2. Diskusi : Berupa konsultasi dengan dosen pembimbing, dosen-dosen yang
lain dan rekan-rekan mahasiswa mengenai masalah yang timbul dalam
penulisan.
3. Studi Observasi
• Pengamatan langsung ke lokasi
• Wawancara langsung dengan teknisi PT. Inti Kimiatama Perkasa yang berkaitan dengan pengumpulan data sehingga dapat lebih jelas.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai tulisan ini, secara singkat dapat
diuraikan sistimatika penulisan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengatur tentang latar belakang masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, metodologi penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Bab ini membahas mengenai unit rangkaian instalasi genset dengan
komponen-komponen pendukungnya, AMF dan ATS, battery charger,
pengaman peralatan, perlengkapan instalasi
(15)
Bab ini berisi analisis data-data yang diperlukan untuk melakukan
perancangan.
BAB IV : PERANCANGAN KAPASITAS GENSET SEBAGAI CADANGAN PADA PT. INTI KIMIATAMA PERKASA
Berisi tentang analisa data serta perhitungan-perhitungan agar sistem dapat
berjalan lancar
BAB V : KESIMPULAN
(16)
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Penjelasan Umum Diesel Generating Set
Diesel generating set adalah salah satu pembangkit listrik yang sering
digunakan dengan menggunakan bahan bakar, dan cocok untuk lokasi persediaan air
yang terbatas.
Diesel generating set memiliki keuntungan antara lain adalah:
Proses start mudah dilakukan, hanya membutuhkan sedikit waktu untuk pemanasan, kemudian mesin dapat dibebani.
Mudah dimatikan, dengan kata lain mesin diesel dijalankan tanpa beban terlebih dahulu hingga dingin kemudian mesin dapat dimatikan.
Fungsi utama dari diesel generating set adalah penyedia listrik yang dapat
berfungsi untuk :
• Sebagai unit cadangan (emergency) yang dijalankan pada saat keadaan darurat atau saat terjadi pemadaman pada unit pembangkit utama (PLN).
• Sebagai unit pembangkit bantuan yang dapat membantu suplai listrik dari PLN atau sebagai pemikul beban tetap.
• Sebagai unit pembangkit listrik pada beban puncak atau peak load
Faktor-faktor yang merupakan pertimbangan pilihan yang sesuai untuk diesel
(17)
• Jarak dari beban dekat, hal ini bertujuan agar dapat menekan rugi-rugi yang dapat ditimbulkan oleh konduktor menuju beban.
• Persedian areal tanah dan air, hal ini disebabkan karena diesel generating set tidak membutuhkan lahan yang besar jika dibandingkan dengan PLTU yang
membutuhkan lahan yang besar dengan kapasitas air yang banyak.
• Pengangkutan bahan bakar, pertimbangan tersebut penting dilakukan. Hal ini disebabkan untuk mengurangi jumlah dana yang tidak perlu, seperti ongkos
transportasi yang jauh.
• Kebisingan dan kesulitan lingkungan.
2.2. Karakteristik Beban dan Faktor Pusat Listrik
Mengingat bahwa tenaga listrik tidak dapat disimpan, maka perlu jaminan
agar daya yang dibangkitkan oleh generator sama dengan kebutuhan (beban). Pada
umumnya beban selalu berubah sehingga daya yang dihasilkan oleh generator selalu
disesuaikan dengan beban yang berubah-ubah tersebut.
Demand factor adalah perbandingan antara beban puncak dengan beban
terpasang pada suatu beban listrik. Besar demand factor dapat diketahui dari
persamaan dibawah ini:
asang (MW) n YangTerp
Total Beba
) rpakai (MW ak Yang Te
Beban Punc factor
Demand = (2.1)
Load factor adalah perbandingan antara daya rata-rata dalam jangka waktu
tertentu dan jumlah kapasitas terpasang pada suatu pusat listrik. Besar load factor
(18)
ak (MW) Beban Punc
rata (MW) Beban rata
factor
Load = − (2.2)
Faktor pusat listrik menunjukkan bagaimana peralatan listrik telah
dimanfaatkan, factor ini dipakai sebagai standar dalam membuat penilaian ekonomis
dari pusat listrik. Faktor ini dapat juga dipakai untuk menunjukkan dan menentukan
ketepatan kapasitas dari peralatan.
Beban pada suatu sistem tenaga terjadi karena adanya permintaan tenaga
yang sifatnya berbeda-beda. Dalam suatu sistem tenaga kebutuhan listrik untuk
penerangan besar, variasi beban dalam satu hari juga besar, dengan puncaknya pada
waktu siang – malam hari.
2.3. Mesin Diesel
Mesin diesel atau motor diesel adalah sejenis motor bakar pembakaran dalam
(internal combustion engine), yang dimana pembakaran dalam yang dimaksud
adalah bahan bakar dan udara, terbakar di dalam ruang bakar, di dalam silinder, yaitu
ruangan yang dibatasi oleh dinding silinder, kepala torak dan kepala silinder.
Pada motor diesel dipakai bahan bakar minyak solar atau minyak diesel.
Bahan bakar dan udara dimasukkan berturut-turut ke dalam silinder. Mula-mula
udara bersih, terlebih dulu dimasukkan ke dalam katub isap, kemudian udara tersebut
di komplimer (dipapatkan) oleh torak ke atas, hingga tekanan udara naik (35-40
kg/cm2) akibatnya suhu menjadi tinggi, lebih tinggi dari pada suhu nyala bahan
bakar. Kemudian bahan bakar dimasukkan ke dalam silinder dan bahan bakar
(19)
bercampur dengan udara panas yang ada dalam silinder dan terjadilah pembakaran
dengan suhu sekitar 1200 – 16000 C.
Gambar 2.1. Penampang tengah ruang bakar mesin diesel
Pada prinsipnya siklus diesel secara ideal mirip siklus otto akan tetapi proses
pemasukan kalornya dilakukan dengan tekanan konstan. Diagram dibawah ini
merupakan diagram siklus otto.
(20)
Langkah-langkah proses siklus otto adalah sebagai berikut:
1-2 : Proses kompresi adiabatic.
2-3 : Proses pemasukan kalor masuk, volume konstan.
3-4 : Proses ekspansi adiabatic.
4-1 : Proses pengeluaran kalor, volume konstan.
Q1 : Panas masuk.
Q2 : Panas keluar. 2.3.1. Faktor Kecepatan
Dalam pemilihan mesin diesel, faktor kecepatan menentukan apakah mesin
yang akan digunakan adalah mesin dengan kecepatan tinggi atau rendah. Untuk
menghitung besarnya faktor kecepatan dapat dilihat pada persamaan dibawah ini.
600000 2
. l n
Cs = (2.3)
Keterangan:
Cs : Faktor kecepatan
n : Putaran mesin diesel (rpm)
l : panjang langkah (ft).
Dari persamaan (2.3) maka kecepatan untuk mesin diesel dapat dibagi menjadi 4
(empat) kelas, yaitu:
1. Mesin kecepatan rendah dengan faktor kecepatan < 3.
2. Mesin kecepatan sedang dengan faktor kecepatan 3 sampai 9.
3. Mesin kecepatan tinggi dengan faktor kecepatan 9 sampai 27.
(21)
2.3.2. Jumlah Silinder
Pada umumnya jumlah silinder tergantung kecepatan putar mesin (rpm).
Makin besar jumlah silinder makin banyak jumlah dorongan yang terjadi. Oleh
karena itu untuk menghindari terjadinya light flicker (naik turunnya tegangan) maka
jumlah silinder yang digunakan minimal 4 (empat) buah. Suatu ketetapan agar light
flicker tidak terasa, maka jumlah dorongan silinder tiap detiknya harus lebih dari 16
(enam belas) dorongan, dimana banyaknya jumlah dorongan tersebut dapat dilihat
dari rumus dibawah ini.
120 .
dorongan n i
Jumlah = (2.4)
Keterangan:
n : Kecepatan putaran mesin (rpm)
i : Jumlah pembakaran (jumlah silinder)
2.4. Generator
Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang
digunakan untuk mengkonvesikan daya mekanis menjadi daya listrik arus
bolak-balik. Arus DC yang disupplai ke rotor, akan menghasilkan medan magnet pada
rotor. Kemudian rotor diputar dengan kecepatan tertentu oleh penggerak mula (prime
mover), sehingga medan magnet akan berputar di dalam mesin tersebut, dan
menginduksikan tegangan pada belitan stator. Dalam hal ini belitan medan berada di
(22)
2.4.1. Konstruksi Generator Sinkron
Rotor generator sinkron merupakan merupakan sebuah magnet besar, dimana konstruksinya dapat berupa salient atau non salient. Bentuk salient adalah bentuk yang menonjol atau menempel di bagian luar, dimana kutub-kutubnya menonjol dari permukaan rotor dan bentuknya seperti tapak sepatu sehingga sering disebut dengan rotor kutub sepatu. Bentuk rotor non salient konstruksi kutub-kutubnya rata dengan permukaan rotor yang berbentuk silinder, sehingga sering disebgut rotor silinder.
Gambar 2.3. Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron
(a) (b)
Gambar 2.4.a Gambaran bentuk rotor Non-salient (rotor silinder) Gambar 2.4.b Penampang rotor pada generator sinkron
(23)
2.4.2. Tegangan Induksi Pada Belitan Tiga Fasa
Belitan pada ststor adalah tempat memperoleh energi listrik dan disebut
dengan belitan jangkar, sedangkan belitan pada rotor dialiri arus medan untuk
menimbulkan medan magnet. Satu siklus kutub S-U pada rotor memiliki kisar sudut
(sudut magnetis atau sudut elektrik) 3600.
Pada mesin empat kutub (dua pasang kutub), satu periode siklus mekanis
(perputaran rotor) sama dengan dua periode siklus magnetik. Jadi hubungan antara
sudut kisaran mekanik dengan sudut kisaran magnetik adalah
) ( )
(
derajat 2 mekanis derajat
magnetik x θ
θ = (2.5)
atau secara umum
) ( ) (
2 mekanis derajat derajat
magnetik x
P θ
θ = (2.6)
dengan P adalah jumlah kutub
kecepatan sudut mekanik adalah :
mekanis mekanik
mekanik π f
t
dθ
ω = = 2 (2.7)
Frekuensi mekanik (fmekanik) adalah jumlah siklus mekanik per detik yang
tidak lain adalah kecepatan perputaran rotor per detik. Biasanya kecepatan rotor
dinyatakan dengan jumlah rotasi per menit (rpm). Jadi, jika kecepatan rotor adalah n
rpm, maka jumlah siklus per detik adalah
60
n
atau fmekanik =
60
n
siklus per detik.
Kecepatan sudut magnetis adalah
magnetik magnetik
magnetik π f
t dθ
(24)
dari persamaan (2.6) dan persamaan (2.8) didapat persamaan
60 2 60 2 2 2
2 2
Pn n
P f
P P
ωmagnetik = ωmekanik = π mekanis = π = π (2.9)
sehingga
120
Pn
fmagnetik = siklus per detik (2.10)
Perubahan fluksi magnetik akan membangkitkan tegangan induksi di setiap
belitan. Karena fluksi magnet mempunyai frekuensi
120
Pn
fmagnetik = Hz. Maka tegangan pada belitan akan mempunyai frekuensi
120
Pn
ftegangan = Hz (2.11)
Dari persamaan (2.10) ini jelas bahwa untuk memperoleh frekuensi tertentu,
kecepatan perputaran rotor harus sesuai dengan jumlah kutub. Jika diinginkan f = 50
Hz misalnya, untuk p = 2 maka n = 3000 rpm, jika p = 4 maka n = 1500 rpm, jika p =
6 maka n = 100 rpm, dan seterusnya.
Konstruksi mesin kutub menonjol seperti Gambar 2.3 sesuai dengan putaran
rendah tetapi tidak sesuai untuk mesin putaran tinggi karena kendala-kendala
mekanis. Untuk mesin putaran tinggi digunakan konstruksi silindris.
Tegangan yang terbangkit dibelitan pada umumnya diinginkan berbentuk
gelombang-gelombang sinus V = A cos ωt, dengan pergeseran 1200 untuk belitan fasa-fasa yang lain. Tegangan sebagai fungsi waktu ini pada transformator dapat
(25)
Pada mesin sinkron, fluksi dibangkitkan oleh belitan eksitasi di rotor yang
dialiri arus searah sehingga fluksi tidak merupakan fungsi waktu. Akan tetapi, fluksi
yang ditangkap oleh belitan stator harus merupakan fungsi waktu agar hukum
Faraday dapat diterapkan untuk memperoleh tegangan. Fluksi sebagai fungsi waktu
diperoleh melalui putaran rotor. Jika φ adalah fluksi yang dibangkitkan di rotor dan memasuki celah udara antara rotor dan stator dengan nilai konstan maka,
pertambahan fluksi yang ditangkap oleh belitan stator adalah
magnetik magnetik s dt d dt d φω θ φ
θ = = (2.12)
Karena
120 2 2 fmagnetik Pn
magnetik π π
ω = = , maka
60
Pn dt
d s
φπ
φ = (2.13)
Dari persamaan (2.10) kita peroleh tegangan pada belitan adalah
60 Pn N dt d N
V =− φs =− φπ
(2.14)
Jika φ bernilai konstan, tidak berarti bahwa tegangan yang dihasilkan adalah konstan, karena φ konstan positif untuk setengah periode dan bernilai konstan negatif untuk setengah periode berikutnya. Maka persamaan (2.14) memberikan
tegangan bolak-balik yang tidak sinus. Untuk memperoleh tegangan berbentuk sinus,
φ harus berbentuk sinus juga. Akan tetapi ia tidak dibuat sebagai fungsi sinus terhadap waktu, akan tetapi fungsi sinus posisi, yaitu terhadap θmagnetik. Jadi jika
magnetik
m θ
φ
(26)
maka laju pertambahan fluks yang dilingkupi belitan adalah
(
)
d dtdt d dt d dt d magnetik magnetik m magnetik m
s φ φ θ φ θ θ
φ = = cos =− sin
magnetik m magnetik magnetik m Pn θ π φ θ ω φ sin 120 2 sin − = −
= (2.16)
Sehingga tegangan belitan
magnetik m s Pn N dt d N
e φ πφ sinθ
60 = − = t N N
f φm θmagnetik ω φm ω
π sin sin
2 =
= (2.17)
Pesamaan (2.17) memberikan nilai tegangan sesaat yang dibangkitkan pada
belitan stator, nilai tegangan maksimumnya adalah
) ( Volt N
Em =ω φm (2.18)
Dari nilai efektif tegangannya adalah
m m m rms N f N E
E ω φ π φ
2 2 2
2 = =
=
=4,44 f Nφm (Volt) (2.19) Tegangan fektif pada terminal mesin tergantung pada hubungan stator
generator apakah Y atau ∆. Bila stator mesin terhubung Y, maka tegangan terminalnya akan 3 kali Erms sedangkan bila stator terhubung ∆, maka tegangan
terminalnya sama dengan tegangan Erms.
Dalam penentuan tegangan dan keluaran generator perlu mempertimbangkan
nilai tegangan dan keluaran kVA-nya. Dibawah ini adalah tabel nilai daya keluaran
(27)
“recommends the following minimum output related to rated voltage” dan table yang
biasa digunakan sebagai patokan oleh pabrikan.
Tabel 2.1. Perbandingan Tegangan dan Daya
Voltage MVA
415 Up to 1.5
3300 0.5 to 6
6600 0.8 to 10
11000 1 to 20
2.5. Pengaturan Tegangan
Pengaturan tegangan dari generator didefenisikan sebagai perubahan
tegangan dari beban nol ke beban penuh dengan menjaga eksitasi tetap dan putaran
tetap. Pengaturan tegangan dinyatakan dalam persen (%) dari tegangan nominal,
dirumuskan sebagai berikut :
% 100
% x
V V Eo
regulasi= − (2.20)
Dimana : Eo = tegangan beban nol
V = tegangan beban penuh
Karakteristik tegangan dari generator sinkron dapat dilihat pada gambar
(28)
Untuk beban dengan faktor daya leading (kapasitif), maka tegangan saat
dibebani akan naik, sehingga diperoleh regulasi negatif. Untuk beban dengan faktor
daya lagging, tegangan saat dibebani akan turun, sehingga diperoleh regulasi positif.
Untuk menentukan regulasi generator dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Metoda impedansi sinkron
Metoda MMF
Metoda Potier atau faktor daya nol 2.6. Governor
Governor merupakan suatu alat yang befungsi mengatur kecepatan generator
dengan mengatur penggerak utama atau prime mover dari generator. Kecepatan
generator diatur sedemikian rupa sehingga tetap konstan pada saat generator
dibebani. Dalam mengatur kecepatan generator, generator mengatur konsumsi bahan
bakar yang masuk ke dalam mesin sehingga pada saat beban naik, yang berarti
kecepatan generator turun, governor akan menambah konsumsi bahan bakar yang
masuk. Sedangkan pada saat beban turun, yang berarti kecepatan generator
bertambah, governor akan mengurangi konsumsi bahan bakar yang masuk.
Pembagian governor ada tiga macam, yaitu :
Governor mekanik
Governor mekanik – hidrolik
(29)
2.7. Karakteristik Governor
Governor mempunyai 2 karakteristik untuk mengatur putaran generator.
Karakteristik tersebut antara lain :
Speed Droop
Isochronous 2.7.1. Speed Droop
Speed droop adalah satu karakteristik dimana kecepatan generator akan
berkurang ketika generator diberi beban. Umumnya toleransi speed droop yang
diizinkan dalam suatu generator adalah 4%
Persamaan perhitungan speed droop adalah sebagai berikut :
% 100 x
fl fl fo
SD= − (2.21)
Dimana : fo = frekuensi no load
fl = frekuensi full load
Karakteristik speed droop dapat dilihat pada gambar (2.6)
(30)
% 100 x
fl fo
P Sp
−
= (2.22)
(
fo fl)
Sp
Px = − (2.23)
Dimana Sp = slope
P = daya beban penuh
Px = daya beban tertentu
fx = frekuensi beban tertentu
2.7.2. Isochronous
Isochronous adalah karakteristik dimana kecepatan generator akan tetap
konstan ketika generator diberi tambahan beban. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut : jika beban dari suatu generator bertambah maka putaran generator akan
turun, tetapi jika pertambahan beban itu diikuti dengan pertambahan bahan bakar
yang masuk ke prime mover generator maka putaran generator akan kembali ke
putaran semula, sehingga putarannya tetap konstan. Karakteristik isochronous dapat
dilihat pada gambar (2.7).
(31)
2.8 AMF (Automatic Main Failure) dan ATS (Automatic Transfer Switch)
2.8.1 Pengertian AMF dan ATS
Gambar 2.8. Hubungan AMF dengan alat pengontrol
ATS adalah singkatan dari AutomaticTransfer Switch, yaitu proses
pemindahan penyulang dari penyulang/sumber listrik yang satu ke sumber listrik
yang lain secara bergantian sesuai perintah pemrograman, ATS adalah
pengembangan dari COS atau yang biasa disebut secara jelas sebagai Change Over
Switch, beda keduanya adalah terletak pada sistim kerjanya, untuk ATS kendali kerja dilakukan secara otomatis, sedangkan COS dikendalikan atau dioperasikan secara
manual.
AMF adalah singkatan dalam istilah kelistrikan dari Automatic Main Failure
yang maksudnya menjelaskan cara kerja otomatisasi terhadap sistem terhadap sistem
(32)
(Main), istilah ini secara umum sering dijabarkan sebagai sistim kendali start dan
stop genset, baik itu diesel generator, genset gas maupun turbin.
2.8.2 Cara Kerja AMF dan ATS
Catu daya
utama AMF
Catu daya cadangan
Starter Timer Interlock Beban Pemrosesan
Penggerak
Gambar 2.9. Blok Diagram proses kerja AMF dan ATS
Catu daya utama (PLN) tidak selalu menyalurkan energi listriknya, kadang
mengalami gangguan. Automatic Main Failure (AMF) dapat mengendalikan transfer
suatu alat dari suplai utama ke suplai cadangan atau dari suplai cadangan ke suplai
utama. AMF akan beroperasi saat catu daya utama (PLN) padam dengan mengatur
catu daya cadangan (genset). Sumber listrik dari PLN saat beroperasi tegangannya
naik turun. Kira-kira 10% dari tegangan nominalnya atau hilang. Sehingga sinyal
gangguan akan masuk ke AMF pada pemrosesan, sinyal diolah menghasilkan
perintah ke penggerak dapat berupa pemutusan kedua catu daya yang sedang
beroperasi dengan system saling mengunci (interlock). AMF dapat mengatur genset
(33)
Gambar 2.10. Sistem Interlock ATS
2.9. Sistem Start
Sistem start mesin diesel ada dua macam, yaitu :
1. Sistem start secara manual
2. Sistem start dengan kompresor udara (air compressor), dan
3. Sistem start electris dengan electromotor dan accu sebagai baterai.
Untuk diesel dengan daya rendah < 500 kW digunakan electric Sistem ini
menggunakan motor DC dengan suplai listrik dari baterai/accu 12 atau 24 volt untuk
menstart diesel.
Untuk diesel dengan daya > 500 kW, diesel di start dengan udara ditekan dan
disimpan dalam botol. Tekanan udara dalam botol udara 30 kg/cm2 dengan volume
botol harus cukup untuk 6 kali cold start (botol udara tidak diisi). Tekanan botol
tidak boleh turun mencapai 18 kg/cm2 agar cukup untuk start. Harus disediakan
kompressor dengan electromotor 5.5 HP. Untuk setiap diesel motor disediakan dua
botol udara, dan untuk semua diesel motor disediakan satu electromotor drive
(34)
2.10. Pengaman Diesel Generating Set
Pada waktu pengoperasian diesel generating set kemungkinan terjadinya
kesalahan pada pengoperasian, ataupun kesalahan pada diesel generating set itu
sendiri. Untuk mencegah terjadinya kesalahan yang lebih parah, maka diesel
generating set dilengkapi oleh pengaman. Pengaman pada diesel generating set
dilengkapi oleh sensor yang dapat memberikan peringatan (alarm) dan mematikan
mesin jika terdeteksi kesalahan pada diesel generating set itu sendiri.
2.10.1. Pengaman Mesin Diesel
Pengaman tekanan pelumas.
Pengaman tekanan pelumas ini bekerja jika tekanan oli mesin diesel (kurang
dari 2 bar). Apabila tekanan oli mesin diesel kurang dari 2 (dua) bar maka mesin
diesel ini akan mati.
Pengaman temperature.
Pengaman temperature ini bekerja pada saat temperature mesin diesel lebih dari
900C. Apabila suhu atau temperature mesin diesel lebih dari 900C maka mesin
diesel ini akan mati.
Pengaman kecepatan lebih (overspeed).
Pengaman kecepatan lebih ini bekerja jika frekuensi generator 15% lebih besar
dari frekuensi kerja. Apabila frekuensi generator telah mencapai batas kenaikan
(35)
2.10.2. Pengaman Generator
Voltage restrained phase overcurrent.
Berfungsi sebagai proteksi tiga fasa terhadap beban lebih dan hubung singkat
antar fasa.
Negative sequence overcurrent.
Berfungsi sebagai proteksi terhadap arus fasa yang tidak seimbang, yang
disebabkan oleh kesalahan rotor generator.
Phase differential.
Berfungsi sebagai proteksi terhadap perbedaan arus pada fasa dan netral.
Reverse power relay.
Berfungsi mengamankan kemungkinan adanya aliran daya yang terbalik. Aliran
daya yang terbalik disebabkan oleh suatu gangguan pada generator, sehingga
menyebabkan aliran daya tidak keluar dari generator melainkan masuk ke dalam
generator, akibatnya generator bekerja sebagai motor. Pada dasarnya reverse
power relay ini bekerja bila tidak adanya sinkronisasi yang dapat menyebabkan
generator berubah menjadi motor.
Overcurrent relay.
Mengamankan kumparan stator dari arus lebih. Relay bekerja saat terjadi arus
lebih dan mesin akan mati berdasarkan waktu delay yang telah di set.
Over Voltage relay.
Berfungsi untuk mengamankan terhadap kemungkinan adanya kenaikan
tegangan pada saat beban hilang atau AVR tidak bekerja.
(36)
Berfungsi untuk mengamankan terhadap kemungkinan adanya penurunan
tegangan pada saat beban penuh atau AVR tidak bekerja.
Over Frequency relay.
Berfungsi untuk mengamankan terhadap kemungkinan adanya over frequency
yang mengakibatkan putaran mesin menjadi cepat.
Under Frequency relay.
Berfungsi untuk mengamankan terhadap kemungkinan adanya under frequency
yang mengakibatkan putaran mesin menjadi lambat.
2.11. Power House
2.11.1. Bangunan
Bentuk bangunan power house biasanya di desain secara sederhana akan
tetapi konstruksinya kokoh. Adapun beberapa ruangan pada bangunan power house
seperti ruang control yang berisi panel control untuk mengontrol seluruh sistem yang
bekerja, dan ruang diesel. Besarnya ukuran dari power house biasanya bergantung
dari banyaknya diesel generating set yang akan digunakan sebagai pembangkit.
Selain itu juga perlu memperhatikan jarak antar diesel generating set itu sendiri,
untuk perawatan seperti pembersihan, pengecekan rutin dan perbaikan. Idealnya
jarak antar tiap diesel generating set sekitar 3 (tiga) meter, biasanya jarak antar diesel
generating set bisa bergeser sampai jarak 2 (dua) meter, akan tetapi hal tersebut dapat
(37)
Untuk ukuran dari sebuah power house dengan sebuah diesel generating set
idealnya (p x l x t) adalah 8m x 6m x 4m, dan dikali kelipatannya untuk penambahan
unit. Ukuran tersebut sudah termasuk dengan ventilasi aliran udara.
2.11.2. Pentanahan
Pentanahan/pembumian pada diesel generating set perlu dilakukan dengan
alasan sebagai berikut :
1. Menstabilkan tegangan ke tanah.
2. Memastikan tegangan antar fasa dan tanah tidak melebihi tegangan fasa pada
sistem.
3. Menetralkan, dimana mencegah terjadinya fluktuasi tegangan.
4. Proteksi, sehingga tidak ada kesalahan antara fasa dan tanah.
5. Mengurangi resiko kecelakan terhadap manusia.
Pentanahan yang baik sebaiknya memenuhi syarat :
1. Nilai resistansi yang rendah.
2. Perlindungan terhadap korosi.
3. Kemampuan untuk menghantar arus yang tinggi dengan baik dan cepat.
4. Kemampuan untuk meningkatkan perlindungan pada pembangkit dan bangunan
2.12. Kabel
Dalam instalasi listrik keberadaan kabel sangatlah penting karena dengan
kabel inilah arus listrik dapat dialirkan. Secara umum kegunaan kabel adalah untuk
(38)
dalam instalasi listrik banyak sekali ragamnya, oleh karena itu jenis kabel dinyatakan
dengan bantuan singkatan huruf maupun kadang-kadang juga dengan angka.
Bahan untuk penghantar ada dua jenis yaitu :
a. Tembaga, dengan karakteristik sebagai berikut :
- Kemurnian = 99,9 %
- Tahanan jenis = 0,017241 Ω mm2/m pada 20 0Celcius
- Daya hantar dipengaruhi oleh ketidakmurnian bahan dan kekerasan tembaga.
b. Aluminium
- Kemurnian = 99,5 %
- Tahanan jenis = 0,028264 mm2/m pada 20 0Celcius
- Daya hantar dipengaruhi oleh kekerasan dan ketidakmurnian bahan.
- Beratnya setengah dari berat tembaga.
- Diameternya 1,28 kali dari diameter tembaga karena memakai isolasi yang
lebih banyak.
Kabel menggunakan 2 jenis bahan isolasi yaitu :
1. PVC, dengan cirri-ciri ;
• Keras dan rapuh (perlu dicampur dengan bahan pelunak kira-kira 20 – 40% • Dapat dibakar tapi akan padam sendiri setelah sumber apinya disingkirkan • Lebih mudah menyerap air
2. PE, dengan cirri-ciri :
Mudah terbakar dan nyala api tetap menjalar.
Tidak mudah menyerap air
(39)
Penentuan kabel juga memiliki arti penting di dalam penginstalan listrik. Untuk
memilih kabel harus memperhatikan besarnya arus yang mengalir pada hantaran itu,
yang dapat dihitung dengan rumus dibawah ini :
- Untuk beban tiga fasa
ϕ Cos V P I L L al No . . 3 min − = (2.23)
- Untuk beban satu fasa
ϕ Cos V P I L L al No . min −
= (2.24)
- Arus kabel
faktor Safety
x I
Ik = Nominal (2.25)
Keterangan :
INominal = Arus nominal (A) Ik = Arus kabel (A) P = Daya (W)
V = Tegangan antar fasa (V) Cos φ = Faktor daya (0,8 – 0,9)
Safety factor = 1,3 (ditentukan oleh pabrik pembuat kabel)
Untuk membatasi dimensi ruang yang digunakan serta kemudahan dalam
pemasangan kabel, maka luas penampang kabel yang diizinkan dapat ditentukan
dengan persamaan :
µ γ. ϕ
10 . cos . . .
3Il 6
A= (2.26)
(40)
A = luas penampang yang diperlukan (mm2) l = panjang penghantar (m)
I = arus maksimum beban (A)
μ = rugi tegangan yang diizinkan pada penghantar
untuk instalasi dalam ruangan, nilai ini dapat diabaikan
γ = daya hantar jenis bahan penghantar untuk tembaga : 56,2 x 106 S/m untuk aluminium : 33 x 106 S/m
Ukuran kabel penghantar tipe NYY dapat dilihat pada tabel 2.8
(41)
BAB III
BEBAN TERPASANG
3.1. Sistem Distribusi
Sistem kelistrikan pada PT. Inti Kimiatama Perkasa disupplai dari PLN
sebesar 2500 kVA, dan dari diesel generating set sebanyak 2 buah sebesar 2 x 810
kVA. PLN sebagai sumber listrik utama dan diesel generating set sebagai cadangan
apabila terjadi kegagalan dari supplai PLN. Dengan melihat Main Single Line
Diagram pada lampiran, dapat dilihat bahwa sub station 1 menerima dua masukan
dari PLN dan dari diesel generating set. Dimana sub station 1 (S/S1) dibagi dalam
dua kelompok yaitu Non Essential (NE) dan Essential (E) yang dipisahkan oleh ACB
Coupler yang berfungsi untuk menghubungkan busbar NE dan busbar E. Sumber
PLN masuk melalui busbar NE pada S/S1 sedangkan sumber diesel generating set
masuk melalui busbar E.
Pembagian busbar ke dalam dua kelompok dilakukan ketika PT. Inti
Kimiatama Perkasa menggunakan satu unit diesel generating set dengan kapasitas
250 kVA yang akan mensupplai tenaga listrik untuk beban-beban vital. Kini keadaan
tersebut tidak lagi dilakukan, karena keseluruhan beban terpasang akan disupplai
oleh diesel generating set.
Panel S/S1 mendapat supplai listrik dari PLN atau diesel generating set. Sub
station 2 (S/S2) dan S/S3 mendapat masukan dari keluaran S/S1. Untuk panel-panel
(42)
dryer mendapat masukan dari sub station 2 (S/S2). Kecuali untuk Mixing Sub Station
mendapat pasokan listrik langsung dari S/S1.
Secara garis besar, Main Distribution Panel (MDP) untuk beban terpasang
pada PT. Inti Kimiatama Perkasa sesuai dengan Main Single Line Diagram adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1. Main Distribution Panel di PT. Inti Kimiatama Perkasa
No Main Distribution Panel Symbol
1 Panel Office Area P.OA
2 Panel Production P.PD
3 Panel AC Office P.AC
4 Panel Dryer P.DY
5 Panel Wrapping P.WR
6 Panel Stamping P.ST
7 Panel Warehouse P.WH
8 Panel Mixing Building P.MB
9 Panel Mixing ST P.MS
10 Panel Storage Area P.SR
11 Panel Social Building Essential P.SB.E 12 Panel Social Building Non Essential P.SB.NE 13 Panel Washing / Drying P.WD 14 Panel Canteen Non Essential P.CT.NE 15 Panel Canteen Essential P.CT.E 16 Panel Workshop Non Essential P.WS.NE 17 Panel Workshop Essential P.WS.E 18 Panel Boiler Building P.BB
19 Panel Power House P.PH
20 Panel Pump Room P.PP
21 Panel Security & Street Lighting P.SG
(43)
3.2. Beban Terpasang
Berikut ini adalah beban terpasang pada PT. Inti Kimiatama Perkasa :
1. Beban terpasang pada S/S1
No Sub Distribution Panel Watt
1 to Sub Station 2 (S/S2) 2 to Sub Station 3 (S/S3) 3 to Mixing Substation
4 Boiler Building 148670
5 Pump Room 19290
6 Power House 9390
7 WWTP 7698
2. Beban terpasang pada S/S2
No Sub Distribution Panel Watt
1 Production Building 49453
2 Warehouse 9020
3 Mixing Building 22333
4 Stamping Panel 183320,25
5 Wrapping Panel 32590,268
6 Dryer Panel 501890,12
7 Office Area Panel 15737
8 AC Office Panel 19873
9 Storage Area 12191
3. Beban terpasang pada S/S3
No Sub Distribution Panel Watt
1 Washing / Drying Panel 48000
2 Social Building 14734
3 Workshop Building 22773
4 Canteen Building 9368
(44)
4. Beban terpasang pada ST Mixing
No Sub Distribution Panel Watt
1 WM 01 – 04
144148,87 2 OP 23 & 91
3 OP 04 & 13 4 Dryer Compressor 5 VE – 01 Compressor 6 Mixer
7 FA – 01 8 Socket Outlet
9 Lightning Steel Platform
Jadi, total daya terpasang adalah :
Daya total = S/S1 + S/S2 + S/S3 + ST Mixing
= 145048 + 836742,638 + 105122 + 144148,87
= 1280726.508 Watt
3.3. Data Beban Harian
Kegiatan produksi di PT. Inti Kimiatama Perkasa dibagi dalam 3 shift, yaitu
08.00 – 16.00 ; 16.00 – 24.00 ; 24.00 – 08.00. Sehingga proses kegiatan produksi
dilakukan sepanjang hari. Pengoperasian diesel generating set dilakukan pada pukul
18.00 – 23.00 saat beban puncak PLN terjadi, dan sumber listrik dialihkan ke diesel
generating set. Selama supplai dari PLN, pihak pabrik tidak melakukan pencatatan
beban tiap jam-nya. Tetapi untuk pembebanan dari diesel generating set, pencatatan
arus tiap genset dilakukan tiap jam. Maka dapat diasumsikan bahwa beban pada hari
kerja penuh dari Senin hingga Jumat adalah sama, maka dapat diperkirakan beban
(45)
Tabel 3.2. Beban Harian Rata-rata
Waktu Cos phi Tegangan Arus G1 Arus G2 Arus total kWatt 0:00 0.98 380 850 548.2633626 1:00 0.98 380 726 468.2814133 2:00 0.98 380 680 438.6106901 3:00 0.98 380 665 428.9354543 4:00 0.98 380 689 444.4158316 5:00 0.98 380 690 445.0608473 6:00 0.98 380 765 493.4370264 7:00 0.98 380 842 543.1032369 8:00 0.98 380 967 623.730202 9:00 0.98 380 1025 661.1411138 10:00 0.98 380 980 632.1154063 11:00 0.98 380 1005 648.2407993 12:00 0.98 380 990 638.5655635 13:00 0.98 380 1050 677.2665068 14:00 0.98 380 1010 651.4658779 15:00 0.98 380 980 632.1154063 16:00 0.98 380 875 564.3887556 17:00 0.98 380 925 596.6395417 18:00 0.98 400 406 406 551.3187003 19:00 0.98 400 690 650 909.8116482 20:00 0.98 400 687 694 937.6491688 21:00 0.98 400 638 612 848.7048957 22:00 0.98 400 617 562 800.4984576 23:00 0.98 400 542 512 715.6279681
(46)
Kurva Beban Harian 300 375 450 525 600 675 750 825 900 975 0: 00 1: 00 2: 00 3: 00 4: 00 5: 00 6: 00 7: 00 8: 00 9: 00 10: 00 11: 00 12: 00 13: 00 14: 00 15: 00 16: 00 17: 00 18: 00 19: 00 20: 00 21: 00 22: 00 23: 00 Waktu k W
Kurva beban harian diambil pada hari Senin tanggal 22 Februari 2010.
Pembebanan dari PLN mulai pukul 0.00 – 17.00, dilakukan secara pribadi oleh
penulis dengan persetujuan pihak manajemen pabrik PT.Inti Kimiatama Perkasa.
Pencatatan arus beban diperoleh dari panel kontrol Sub Station 1 (S/S1) sebagai titik
(47)
BAB IV
PERANCANGAN KAPASITAS GENSET SEBAGAI CADANGAN
PADA PT. INTI KIMIATAMA PERKASA
PT. Inti Kimiatama Perkasa mempunyai beban daya 2500 kVA, dimana
sumber listrik utama digunakan sumber listrik yang berasal dari PLN dan sebagai
sumber listrik cadangannya digunakan 2 buah genset. Genset yang digunakan
tersebut masing-masing mempunyai daya sebesar 810 kW / 648 kVA
Berikut ini merupakan perencanaan skema sistem pembangkitan listrik di
lokasi industri PT. Inti Kimiatama Perkasa :
PLN Cubicle TRAFO LOAD
interlock
G1
G2
Gambar 4.1. Skema Perencanaan Pembangkit Listrik
Tegangan listrik PLN sebesar 20 kV masuk ke kubikle, dari kubikle tegangan
listrik masuk ke trafo untuk diturunkan tegangannya menjadi 400 V. Kemudian arus
listrik tersebut dihubungkan dengan beban. Jika sumber listrik PLN mati, maka
genset dihubungkan dengan beban secara otomatis. Hubungan antara sumber listrik
PLN dan sumber listrik dari genset menggunakan sistem interlock, dimana pada saat
(48)
4.1 Analisa Beban
Sistem pembangkitan listrik di PT. Inti Kimiatama Perkasa berfungsi untuk
memberikan tenaga listrik kepada beban listrik yang telah terpasang pada pabrik.
Pemakaian beban tersebut telah dibagi dalam beberapa sub station yang di dalamnya
terdiri dari beberapa SDP dan MDP.
Dari pendataan beban malam yang disuplai oleh diesel generating set dapat
dilihat besarnya beban puncak yang terjadi pada jam 8 malam adalah sebesar
937,6491688 kW (956,78 kVA), besar beban tersebut dapat dilihat pada bab 3, tabel
3.2. Beban terpasang dapat dilihat pada bab 3, subbab 3.2 dengan total data terpasang
sebesar 1280726,508 Watt atau sebesar 1306,86 kVA. Demand factor yang terdapat
di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat diketahui pada Persamaan 2.1 adalah sebagai
berikut :
(kW) terpasang yang
beban total
(kW) terpakai yang
puncak beban
=
tor Demand fac
kW 1280,726
kW 937,65
=
tor Demand fac
0,732 =
tor Demand fac
Jadi, besar demand factor di PT. Inti Kimiatama Perkasa saat ini adalah
sebesar 0,732, ini menunjukkan bahwa beban terpakai mencapai dua per tiga dari
beban terpasang pada PT. Inti Kimiatama Perkasa.
Selain demand factor masih ada load factor. Load factor merupakan koreksi
(49)
pemakaian daya tiap substation tidak selalu menggunakan daya maksimum. PT. Inti
Kimiatama Perkasa melakukan kegiatan produksinya pada waktu siang dan malam.
Besar beban rata-rata yang terpasang di PT. Inti Kimiatama Perkasa pada tabel 3.2
adalah sebagai berikut :
jam Banyak jam tiap incoming Jumlah rata rata
Beban − =
24 kW 7 14899,3878 rata rata
Beban − =
kW 620,80 rata rata
Beban − =
Beban rata-rata pada PT. Inti Kimiatama Perkasa adalah sebesar 620,80 kW.
Untuk mengetahui besar load factor di PT. Inti Kimiatama Perkasa dapat dilihat pada
persamaan 2.2 adalah sebagai berikut :
(kW) puncak Beban (kW) rata -rata Beban = r Load facto kW 937,65 kW 620,80 = r Load facto % 0,662 = r Load facto
Besar load factor di PT. Inti Kimiatama Perkasa untuk kondisi operasi adalah
sebesar 66,2 %. Jadi daya total rata-rata pemakaian listrik sebesar 66,2 % dari total
(50)
4.2. Pemilihan Diesel Generating Set
Pemilihan diesel generating set di PT. Inti Kimiatama Perkasa adalah stand
by unit diesel generating set, dengan kapasitas running hour < 2000 jam/tahun-nya
sehingga memerlukan putaran mesin yang tinggi yaitu 1500 rpm. Pada awal
pemilihan diesel generating set ini direncanakan penggunaannya digunakan pada
saat beban puncak yaitu jam 6 sore sampai jam 11 malam (lima jam). Besarnya
pemakaian listrik yang akan disupplai dipilih pemakaian listrik terendah selama 24
jam (base load), yakni pada pukul 03.00 dengan pemakaian listrik sebesar
428.9354543 kW (437,68 kVA). Untuk menghindari kerja diesel generating set yang
berat, maka diambil asumsi daya total yang akan disuuplai adalah 0,85 dari daya total
diesel generating set. Besar kapasitas diesel generating set yang akan digunakan
adalah sebagai berikut :
0,85 load Base unit
aya =
D
0,85 10 . 437,68 unit aya
3 =
D
kVA 515 unit
aya =
D
Besar daya mesin diesel generating set yang sebaiknya di pilih lebih besar
dari 515 kVA. Dari besar daya unit tersebut dan pertimbangan penambahan
kebutuhan beban maka dipilih diesel generating set Caterpillar 900 F yang memiliki
putaran mesin yang tinggi yaitu 1500 rpm dan juga memiliki konsumsi bahan bakar
yang rendah. Keluaran daya maksimum diesel generating set Caterpillar memiliki
(51)
Untuk mengetahui jumlah unit diesel generating set membutuhkan informasi
beban puncak sebesar 937,65 kW (956,78 kVA) pada table 3.2, adalah sebagai
berikut : (kVA) unit Daya (kVA) puncak Beban unit apasitas =
K ;Dayaunit = 810kVA x 85%
3 3 10 . 688,5 10 . 956,78 unit apasitas =
K ; Dayaunit = 688,5kVA
1.39 unit Kapasitas =
Kapasitas unit yang digunakan pada PT. Inti Kimiatama Perkasa adalah 2
(dua) buah dengan kapasitas 810 kVA. Jumlah tersebut cocok dengan keadaan yang
terpasang pada PT. Inti Kimiatama Perkasa selain itu sudah tersedia 1 (satu) unit
diesel generating set dengan kapasitas 250 kVA sebagai spare.
Digunakan 2 buah genset dengan daya total yang sama dengan menggunakan
pertimbangan :
- untuk memperkecil base load dari genset
- daya yang dibebankan pada tiap genset menjadi rata
Genset yang digunakan tersebut mempunyai tipe dan merk yang sama dengan
pertimbangan :
- mengurangi jumlah suku cadang yang harus disediakan untuk mencegah
lamanya kerusakan
- memudahkan operasi dan maintenance
(52)
Merk genset : CATERPILLAR
Model : M 900 F
Frekuensi : 50 Hz
Voltage : 400 / 230 Volt
Rpm : 1500 rpm
Duty : Stand-By unit
Rating : @ 0,8 PF, 3 phase, with fan
In kW / kVA : 648 kW / 810 kVA
Inominal : 1169,2 A
Generator connection : star
Insulation Class : H
Excitation current : 10 A Average Fuel Consuption (L/hr) at Load
50% : 90,9 L/hr
75% : 130,4 L/hr
100% : 171,1 L/hr
Engine Diesel
Type : 3412C TA V-12
No. of Stroke per Cycle : 16
Type of Governor : PEEC – Cat Electronic Bore & Stroke : 137.20 mm & 152.40 mm Displacement (L) : 27.02 L
Compression ratio : 13.0 : 1 Heat Rejection to Coolant (KWm) : 386 kW Coolant Capacity with Radiator (L) : 90 L Max. Coolant Friction Head (kPA) : 0.12 kPa
Approx. Genset Dimensions : 4485 x 1741.6 x 1989.7 mm Basic Weight (kg) : 7103 kg
(53)
4.3. Analisa Faktor Kecepatan
Dari data spesifikasi mesin diesel menunjukkan kecepatan diesel generating
set M 900 F dengan putaran mesin sebesar 1500 rpm dan memiliki panjang langkah
piston sebesar 152.4 mm, maka besar faktor kecepatannya dapat diketahui pada
persamaan 2.3 adalah sebagai berikut :
000 . 600 2 l n
Cs = × ; 1meter=3.2808ft
000 . 600 5 . 0 15002× = Cs ; 1000 2808 . 3 4 . 152
1= x
875 . 1 =
Cs ; 1=0.5ft
Besar faktor kecepatan mesin diesel adalah sebesar 1.875. Besar nilai faktor
kecepatan bila dilihat pada bab 2.3.1. Faktor kecepatan, menunjukkan bahwa mesin
diesel yang digunakan memiliki faktor kecepatan rendah, karena faktor kecepatannya
< 3. Pemilihan mesin ini dianggap sesuai dengan fungsi diesel generating set sebagai
stand-by unit yang beroperasi tiap 5 (lima) jam setiap harinya.
4.4. Analisa Sistem Starting
Sistem starting pada diesel generating set M 900 F adalah electric starter
dengan menggunakan 2 buah accu 12 VDC @ 135 Ah. Accu tersebut dihubungkan
seri – parallel sehingga menghasilkan tegangan sebesar 24 VDC dan besar Ampere
hour (Ah) sebesar 135 Ah. Hubungan seri dilakukan antara accu 1 – 2 saat oeprasi
(54)
dynamo starter mesin diesel. Gambar 4.2 menunjukkan sistem starting diesel
generating set.
Gambar 4.2. Sistem Starting Diesel Generating Set
Cara kerja rangkaian diatas adalah :
Dalam keadaan normal yaitu beban disupplai oleh PLN, arus akan mengalir sebagai berikut :
Dari meter PLN – Titik A – Switch KT (on) – Titik B – Load
Dalam keadaan darurat yaitu PLN off (KT off), secara otomatis AMF memerintahkan diesel untuk start dan dalam waktu + 8 detik generator
mengeluarkan tegangan, secara otomatis pula switch KG on. Sekarang beban
disupplai dari diesel generating set.
Apabila PLN on kembali, + 30 detik AMF memerintahkan KG off dan setelah itu meng-on-kan KT, tetapi diesel generating set masih running.
(55)
Apabila PLN dalam waktu + 5 menit tidak off lagi, maka diesel generating set stop.
Semuanya akan bekerja secara otomatis. 4.5. Analisa Kerja AMF – ATS
Pengoperasian generator untuk memikul beban yang ada dilakukan secara
otomatis dengan menggunakan panel kontrol yang di dalamnya terdiri dari
peralatan-peralatan kerja paralel atau sinkronisasi. Pengoperasian secara otomatis ini
memberikan keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengoperasian
secara mnual. Analisa pengoperasian generator secara otomatis dengan
menggunakan panel kontrol generator adalah sebagai berikut :
Bila suatu hari PLN mengalami gangguan atau pemadaman pada waktu
beban puncak, dengan asumsi bahwa beban yang disuplai oleh PLN adalah sebesar
1000 kW (beban harian rata-rata) maka AMF generator (Lampiran Gambar 1) yang
dipilih sebagai prioritas pertama akan memerintahkan generator tersebut untuk start.
Starting generator setelah PLN mengalami gangguan memerlukan waktu 0,6 detik
(tergantung dari setting waktu yang diinginkan). Generator 1 (G1) akan mensuplai
listrik ke seluruh beban. Unit SFG akan mengatur frekuensi generator untuk selalu
beroperasi pada frekuensi 50 Hz dengan memberikan impuls pada governor. Apabila
beban yang ada melebihi batas kapasitas maksimum generator yang telah ditentukan
yaitu + 80% full load, maka AMF generator kedua akan memerintahkan untuk start.
Generator 2 (G2) ini akan diparalel dengan generator pertama untuk bekerja sama
(56)
2) akan membandingkan frekuensi G2 dengan frekuensi G1. Jika frekuensi G2 lebih
tinggi maka FN akan memberikan impuls output kepada governor G2 untuk
memperlambat putaran. Sebaliknya jika frekuensinya lebih rendah maka FN akan
memberikan impuls kepada governor untuk mempercepat putaran.
Syarat-syarat sinkronisasi dimonitor oleh Paralleling Unit (SY) (Lampiran
Gambar 2), setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi yaitu tegangan, frekuensi dan
phasa G2 sama dengan frekuensi G1 maka SY akan memberikan sinyal output
kepada CB sinkronisasi untuk menutup, sehingga G1 dan G2 dapat bekerja secara
sinkron untuk mesuplai beban yang ada. Load Balancing Unit (WLA) (Lampiran
Gambar 3) yang sudah dalam posisi on akan memonitor beban yang disuplai oleh
dua generator. WLA mengatur pembagian beban antara generator sehingga generator
mensuplai beban yang ada dalam persentase yang sama besar. Pengaturan dilakukan
dengan memberikan sinyal kepada governor kedua generator untuk berputar lebih
cepat atau lebih lambat. Unit SFG kembali bekerja mengatur frekuensi kedua
generator yang bekerja paralel untuk selalu beroperasi pada frekuensi 50 Hz dengan
memberikan impuls kepada governor G1 dan G2. Reverse Power Relay (RW)
memeriksa arah arus yang masuk ke generator, bila ada arus yang masuk maka
generator berfungsi sebagai motor. RW akan segera memberikan perintah untuk
melepas CB generator sehingga generator terlepas dari sistem.
Bila beban yang disuplai oleh dua buah generator berangsur-angsur
berkurang sehingga mampu disuplai oleh satu generator saja maka WLA akan
memberikan sinyal kepada AMF salah satu generator untuk berhenti bekerja (off).
(57)
selama + 5 menit untuk menjaga kemungkinan terjadinya kenaikan beban lagi dalam
selang waktu tersebut. Apabila tidak ada kenaikan beban lagi maka generator baru
benar-benar berhenti bekerja (off) secara otomatis.
Bila suplai listrik dari PLN menyala kembali maka beban tidak akan langsung
dipindahkan ke suplai PLN, tetapi tetap disuplai oleh generator selama + 3 menit
untuk menjaga kemungkinan suplai listrik dari PLN padam kembali sehingga
dikuatirkan peralatan-peralatan dapat terganggu karena ketidakstabilan suplai listrik.
Baru setelah itu suplai dipindahkan ke suplai listrik PLN. Meskipun PLN sudah
mensuplai beban, generator tidak langsung off. Generator memerlukan waktu + 5
menit untuk cooling down.
Prime mover
Beban Panel
Kontrol Generator
L V M D P
PLN
Alternator
TRANSFORMATOR HVDP
Panel sinkronisasi AMF PLC SFG FN
SY WLA
RW
(58)
4.6. Power House
Pada awal perencanaan power house perlu mempertimbangkan bahaya
kebakaran sehingga ditempatkan alt pemadam kebakaran dalam power house.
Selain mempertimbangkan alasan kebakaran juga perlu mempertimbangkan radiasi
panas yang ditimbulkan oleh diesel generating set agar tidak membahayakan petugas
pada waktu petugas mengadakan pengecekan pada diesel generating set. Ukuran
perencanan power house untuk tiap unit diesel generating set memiliki ukuran 6 x 3
m ditambah dengan jarak antar tiap unit diesel generating set sebesar 2 m. Gambar
perencanaan power house diesel generating set dapat dilihat pada gambar 4.4
dibawah ini.
A
E E Spare Spare
27 meter
3 m 2 m 3 m 2 m 3 m 2 m 3 m 2 m 3 m
B
B C
P
D
P P
4 m
8 meter
Gambar 4.4. Power House Diesel Generating Set M 900 F
Keterangan :
A : Power control, ATS/AMF B : Daily tank
C : Storage tank
D : Tabung pemadam api E : Diesel Generating Set
(59)
Dari gambar diatas tampak bahwa ukuran power house diesel generating set
di PT. Inti Kimiatama Perkasa memiliki ukuran 27 x 8 meter atau 216 m2. Ukuran
tersebut merupakan hasil penjumlahan tiap unit diesel generating set untuk
mengurangi radiasi panas. Dapat disimpulkan bahwa penyediaan power house di PT.
Inti Kimiatama Perkasa memenuhi persyaratan keamanan power house diesel
generating set.
4.7. Pentanahan
Menurut PUIL 2000 pasal 3.7.2.2.2 tentang Pentanahan yang berisi: “jika
terjadi keraguan terhadap keefektifan ikatan penyama potensial suplemen, hal itu
harus dikonfirmasi bahwa resistans R antara BKE dan BKT yang dapat terjangkau
secara simultan memenuhi kondisi berikut ini:
a
I R =50
Dengan Ia adalah arus gawai proteksi: • untuk GPAS, In
• untuk GPAL, arus operasi 5 detik Kita dapat perhatikan bahwa:
R = resistansi pembumian BKT perlengkapan dan instalasi listrik (ohm)
Ia = k x In, arus kerja pengaman rentang waktu 5 detik (ampere), dimana:
k = faktor konstanta, yaitu:
• untuk pengaman lebur dengan rating pengaman 2,5 – 5 In
(60)
Maka, besarnya resistansi pentanahan yang diizinkan sebesar : A 1169,2 x 3,5 50 R = Ω 0,012 R =
4.8. Analisa Pemilihan Kabel
Dalam pemilihan kabel perlu memperhatikan tegangan dan arus nominalnya.
Arus hantar dari kabel lebih besar dari arus diesel generating set, yakni 80 % dari
kapasitas arus nominal dari kabel tersebut. Konduktor dari kabel mengandung
tembaga yang memiliki konduktivitas listrik yang relative tinggi dan merupakan
penghantar yang sangat baik. Diesel generating set M 900 F memiliki tegangan
keluaran 400 V dengan arus sebesar 1169,2 A. Pemilihan kabel berdasarkan
tegangan dan arus adalah sebagai berikut :
ϕ Cos V P I L L al No . . 3 min − = 8 , 0 . 400 . 3 10 . 648 3 minal =
No I 96 . 678 10 . 648 3 minal =
No
I
A INominal =1169,2
A 96 , 1519 I A 1169,2 x 1,3 I k k = =
(61)
µ γ. ϕ
10 . cos . . .
3Il 6
A=
6
6
10 33
10 . 98 , 0 . 10 . 96 , 1519 . 3
x A=
2 2 , 638 mm
A=
Berdasarkan arus maksimum di atas, pemilihan kabel yang paling tepat untuk
outgoing dari genset dipilih kabel NYFGBy dengan ukuran 2 x ( 1 x 400 mm2) + BC
50 mm2 dengan arus penghantar di dalam tanah dengan suhu 300C adalah 1710 A
dipilih dengan pertimbangan penambahan beban untuk waktu yang akan datang
(62)
KESIMPULAN
Hasil perencanan pembangkit tenaga listrik pada komplek industri PT. Inti
Kimiatama Perkasa yang telah penulis susun dan kerjakan maka penulis dapat
mengambil suatu kesimpulan selama mengerjakan Tugas Akhir dan penulisan
laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Total beban terpasang pada PT. Inti Kimiatama Perkasa sebesar 1306,86 kVA
sedangkan pemakaian beban puncak PT. Inti Kimiatama Perkasa terjadi pada
pukul 8 malam, yakni sebesar 937,6491688 kW.
2. Demand factor PT. Inti Kimiatama Perkasa sebesar 73,2 % dari total beban
puncak.
3. Unit diesel generating set M 900 F yang digunakan untuk kondisi operasi di PT.
Inti Kimiatama Perkasa adalah 2 buah dengan kapasitas tiap unit sebesar 810
kVA.
4. Tegangan diesel generating set M 900 F sebesar 400 V, sehingga dipilih kabel
tegangan rendah dengan tipe NYFGBy 2 x (1 x 400 mm2) + BC 1 x 50 mm2,
(63)
DAFTAR PUSTAKA
Harten, Van. Setiawan. 1981. Instalasi Listrik Arus Kuat I. Bina Cipta:
Bandung.
Lister, Eugene C. Robert J. Rusch. Electric Circuits and Machines. Elenco:
New York.
Panitia PUIL. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000).
Yayasan PUIL: Jakarta.
Seip, Gunter G. 1987. Electrical Installation Handbook Volume I. Siemens:
England.
Sumanto. 1996. Mesin Sinkron (Generator Sinkron dan Motor Sinkron). Anda
Yogyakarta: Yogyakarta.
www.cat-electricpower.com
www.scheneider.com
(64)
LAMPIRAN
STUDI ANALISA KERJA PARALEL GENERATOR
LA1. Tujuan Kerja Paralel
Untuk melayani beban yang berkembang, maka diperlukan tambahan sumber
daya listrik. Agar sumber daya listrik yang yang baru (alternator baru) bisa
digunakan bersama, maka dilakukan penggabungan alternator dengan cara
mempararelkan dua atau lebih alternator pada sistem tenaga dengan maksud
memperbesar kapasitas daya yang dibangkitkan pada sistem. Selain untuk tujuan di
atas, kerja pararel juga sering dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan
apabila ada mesin (alternator) yang harus dihentikan, misalnya untuk istirahat atau
reparasi, maka alternator lain masih bisa bekerja untuk mensuplai beban yang lain.
Untuk maksud mempararelkan ini, ada beberapa pesyaratan yang harus dipenuhi,
yaitu:
1. Harga sesaat ggl kedua alternator harus sama dalam kebesarannya, dan
bertentangan dalam arah, dengan harga efektif tegangan jala-jala.
2. Frekuensi kedua alternator atau frekuensi alternator dengan jala harus sama
3. Fasa kedua alternator harus sama
4. Urutan fasa kedua alternator harus sama
Ketidakseimbangan tegangan atau adanya beda fasa antara kedua sistem
tegangan dapat mengakibatkan gejolak arus yang besar yang dapat meusak lilitan
(65)
LA2. Pembagian Beban Antara Dua Generator
Dengan menimbang 2 ganaretor dengan karakteristik kecepatan/beban identik
dihubungkan secara parallel seperti pada gambar LA1, makategangan terminal V
diberikan oleh :
2 2 2 1 1
1 I Z E I Z
E
V = − = − , sehingga
2 2 1 1 2
1 E I Z I Z
E − = − , juga
2
1 I
I
I = + dan V =IZ , sehingga E1 =I1Z1 +IZ =I1
(
Z +Z1)
+I2Z , dan E2 =I2Z2 +IZ =I2(
Z +Z2)
+I1Z , sehingga(
1 2)
1 21 2 2 1 Z Z Z Z Z Z E Z E I + + +
= , dan
(
)
(
1 2)
1 22 1 2 1 1 Z Z Z Z Z Z E Z E E I + + + − =
(
)
(
1 2)
1 21 2 1 2 2 Z Z Z Z Z Z E Z E E I + + + − = Z Z Z Z Z Z E Z E IZ V 2 1 2 1 1 2 2 1 + + + = = 1 1 1 Z V E
I = − dan
2 2 2 Z V E
I = −
Arus sirkulasi pada kondisi tanpa beban
2 1 2 1 Z Z E E Ic + − =
(66)
1 1 1 sup
cosϕ
VI fasa P
= ; sup2 VI2cosϕ2
fasa P
=
Φ1,2 adalah sudut antara V dan I1,2
Ra
Xs Ra
Xs
E1 E2
Gambar LA1. Rangkaian Generator Paralel
LA3. Pengaruh Perubahan Eksitasi
Jika dua generator beroperasi secara parallel, besar beban kW yang diberikan
tiap alternator diatur dengan input bahan bakar (fuel) seperti suplai uap ke prime
mover. Jika eksitasi salah satu generator diubah, itu hanya akan mengubah daya
reaktif yang diberikan oleh generator, sedangkan ouput daya menjadi sama.
Pada bab 3, tabel 3.2 yang merupakan beban harian rata-rata dapat dilihat
untuk pembebanan generator dari pukul 18.00 – 23.00, arus yang dibangkitkan oleh
kedua generator tidak sama. Jika diambil salah satu kasus pembebanan pada pukul
19.00, Generator G1 membangkitkan arus sebesar 690 A dan generator G2
membangkitkan arus sebesar 650 A. Namun, daya aktif yang dipikul oleh kedua
generator adalah sama. Maka dapat dibuktikan bahwa daya reaktif yang dipikul oleh
kedua generator tidak sama. Dengan cos φ = 0.8 lagging. V
(67)
Daya total kedua generator tersebut adalah : . 8 , 0 . 1340 . 400 . 3 = total P 7 , 742 = total
P kW
kW1 = kW2 = 371,35
2 7 , 742
= kW
kVAr1 = kVAr2 = 278,5125 8 , 0 6 , 0 35 , 371 = x
I1 = I2 = 670A 8 , 0 . 400 . 3 10 . 35 , 371 3 =
Kondisi diatas adalah untuk arus generator yang sama
Jika arus generator G1 sebesar 690 A, pf juga berubah, kW1 tetap sama, tetapi
kVAr1 berubah menjadi kVAr1’.
1000 cos
3 . V . I1 . ϕ1' = kW1 x
1000 35 , 371 cos 690 400
3 . . . ϕ1' = x
690 . 400 . 3 1000 x 371,35
cosϕ1' = = 0,776 sinϕ1' = 1−0,7662 =0,63
48 , 301 63 , 0 776 , 0 35 , 371 '
1 = x =
kVAr
kW1 kW2
kVA1 kVA2 kVAr1 kVAr2 φ1 φ2
(68)
kW2 untuk generator G2 juga tetap sama tetapi kVAr2 berubah menjadi kVAr 2'
dan pf baru menjadi cosϕ2'
' 1 2
1 '
2 kVAr kVAr kVAr
kVAr = + −
' 1 '
2 =278,5125+278,5125−301,48
kVAr 545 , 255 ' 2 = kVAr 2 ' 2 2 ' 2 '
2 kW kVAr
kVA = + =
(
371,35) (
2 + 255,245)
2 78 , 450 ' 2 = kVA 450,78 371,35 kVA kW cos ' 2 22 = =
'
ϕ = 0,82
1000 cos
3 ' 2 2
2 . kW x
. V . I ϕ' =
1000 35 , 371 82 , 0 400
3 . . I2' . = x
82 , 0 . 400 . 3 1000 35 , 3715 ' 2 x
I = = 653 A
Terbukti bahwa, arus yang dibangkitkan oleh generator G2 sebesar 653 A.
Merupakan pendekatan dari harga arus yang terdapat pada tabel 3.2 yang sebesar
650A. Adalah benar bahwa perubahan arus eksitasi juga mempengaruhi perubahan
daya reaktif yang dibangkitkan oleh kedua generator, akibat perubahan faktor daya.
LA4. Pengaruh Perubahan Suplai Uap
Jika suplai ke prime mover (penggerak utama) dinaikkan ke salah satu
(69)
a. Pembagian beban yang sama oleh 2 generator (gambar LA2.a). kW1 = kW2 ;
kVAr1 = kVAr2
b. Pengaruh perubahan suplai uap dengan eksitasi konstan (gambar LA2.b).
kW1 > kW2 ; kVAr1 = kVAr2
c. Pengaruh perubahan eksitasi dengan suplai uap konstan (gambar LA2.c).
kW1 = kW2 ; kVAr1 > kVAr2.
(70)
LA5. Pengaturan Kecepatan Generator
Generator yang bekerja secara parallel dengan generator lain untuk mensuplai
beban yang ada maka jumlah daya aktif dan daya reaktif yang disuplai oleh kedua
generator tersebut harus sama dengan daya aktif dan daya reaktif beban yang ada.
Daya aktif yang harus disuplai oleh kedua generator dirumuskan persamaan
dibawah:
Pload = PG1 + PG2
Daya reaktif yang harus disuplai oleh kedua generator dirumuskan persamaan
dibawah :
Qload = QG1 + QG2
Gambar diagram daya dan frekuensi dibawah menunjukkan dua generator yang
bekerja parallel.
kw
PG1 PG2
G1
G2 f (Hz)
kW
Ptotal
(71)
Pembagian daya aktif dilakukan dengan mengubah setting dari governor
generator. Bila setting governor salah satu generator dinaikkan akan menyebabkan
kenaikan dari frekuensi sistem. Untuk menjaga agar frekuensi sistem tidak berubah
maka setting governor yang lain harus diturunkan. Untuk mengatur frekuensi sistem
tanpa mengubah pembagian beban antara kedua generator maka kedua setting
governor harus dinaikkan atau diturunkan secara bersama-sama.
Analisa pembagian beban antara dua generator yang digunakan oleh PT. Inti
Kimiatama Perkasa untuk mensuplai beban yang ada adalah sebagai berikut :
Dari data dua generator yang diperoleh, diketahui :
Kapasitas G1 = 648 kW (810 kVA)
Kapasitas G2 = 648 kW (810 kVA)
Speed droop = 2 %
Beban puncak harian = 937,35 kW
Frekuensi = 50 Hz
Dengan menggunakan persamaan perhitungan speed drop, frekuensi no load G1 dan
G2 adalah ;
% 100 50
50 %
2 = fo− x ; fo1 = fo2 = 51 Hz
Besarnya slope G1 dan G2 adalah :
Sp1 = Sp2 =
50 51
648 −
= 648 kW/Hz
Daya yang dibangkitkan oleh G1 dan G2 diperoleh dari persamaan berikut :
(72)
Substitusikan ke dalam persamaan perhitungan daya aktif generator :
Pload = P1 + P2
937,35 = 648 ( 51 – fx ) + 648 ( 51 – fx )
937,35 = 1296 ( 51 – fx )
fx
− = 51 1296
35 , 937
fx = 51 – 0.723
= 50,277
Daya yang dibangkitkan oleh G1 dan G2 adalah :
Px1 = Px2 = 648 ( 51 – 50,277 )
= 648 x 0,723
= 468,504 kW
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa G1 dan G2 mensuplai beban dalam jumlah
yang sama pada saat beban puncak, masing-masing generator mensuplai 468,504
kW. Frekuensi sistem naik sebesar 0,277 Hz sehingga menjadi 50,277 Hz ketika
kedua generator membagi beban secara seimbang.
kw
PG1 PG2
G1
G2 f (Hz)
520 454,896 454,896
50
(73)
(74)
(75)
(1)
LA5. Pengaturan Kecepatan Generator
Generator yang bekerja secara parallel dengan generator lain untuk mensuplai beban yang ada maka jumlah daya aktif dan daya reaktif yang disuplai oleh kedua generator tersebut harus sama dengan daya aktif dan daya reaktif beban yang ada. Daya aktif yang harus disuplai oleh kedua generator dirumuskan persamaan dibawah:
Pload = PG1 + PG2
Daya reaktif yang harus disuplai oleh kedua generator dirumuskan persamaan dibawah :
Qload = QG1 + QG2
Gambar diagram daya dan frekuensi dibawah menunjukkan dua generator yang bekerja parallel.
kw
PG1 PG2
G1
G2 f (Hz)
kW
Ptotal
(2)
Pembagian daya aktif dilakukan dengan mengubah setting dari governor generator. Bila setting governor salah satu generator dinaikkan akan menyebabkan kenaikan dari frekuensi sistem. Untuk menjaga agar frekuensi sistem tidak berubah maka setting governor yang lain harus diturunkan. Untuk mengatur frekuensi sistem tanpa mengubah pembagian beban antara kedua generator maka kedua setting governor harus dinaikkan atau diturunkan secara bersama-sama.
Analisa pembagian beban antara dua generator yang digunakan oleh PT. Inti Kimiatama Perkasa untuk mensuplai beban yang ada adalah sebagai berikut :
Dari data dua generator yang diperoleh, diketahui : Kapasitas G1 = 648 kW (810 kVA) Kapasitas G2 = 648 kW (810 kVA)
Speed droop = 2 %
Beban puncak harian = 937,35 kW
Frekuensi = 50 Hz
Dengan menggunakan persamaan perhitungan speed drop, frekuensi no load G1 dan G2 adalah ;
% 100 50
50 %
2 = fo− x ; fo1 = fo2 = 51 Hz
Besarnya slope G1 dan G2 adalah :
Sp1 = Sp2 =
50 51
648
−
= 648 kW/Hz
Daya yang dibangkitkan oleh G1 dan G2 diperoleh dari persamaan berikut : Px1 = Px2 = 648 ( 51 – fx )
(3)
Substitusikan ke dalam persamaan perhitungan daya aktif generator : Pload = P1 + P2
937,35 = 648 ( 51 – fx ) + 648 ( 51 – fx ) 937,35 = 1296 ( 51 – fx )
fx
− = 51 1296
35 , 937
fx = 51 – 0.723 = 50,277
Daya yang dibangkitkan oleh G1 dan G2 adalah : Px1 = Px2 = 648 ( 51 – 50,277 )
= 648 x 0,723 = 468,504 kW
Perhitungan diatas menunjukkan bahwa G1 dan G2 mensuplai beban dalam jumlah yang sama pada saat beban puncak, masing-masing generator mensuplai 468,504 kW. Frekuensi sistem naik sebesar 0,277 Hz sehingga menjadi 50,277 Hz ketika kedua generator membagi beban secara seimbang.
kw
PG1 PG2
G1
G2 f (Hz)
520 454,896 454,896
50
(4)
(5)
(6)