Contoh yang memiliki dampak buruk seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak bagi perkembangan
psikologi anak. Dalam hal ini, bukan saja anak enggan belajar melainkan ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang berat
seperti antisosial Muhhibin Syah, 1984:138. Menurut Slameto 2010:61 Mendidik anak dengan cara memanjakannya
adalah cara mendidik yang tidak baik. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya tidak sampai hati memaksa anak untuk belajar, bahkan membiarkan
saja jika anaknya tidak belajar dengan alasan segan, adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-larut anak menjadi nakal, berbuat seenaknya
saja, pastilah belajarnya menjadi kacau. Disinilah bimbingan dan penyuluhan memegang peranan yang penting.
Anaksiswa yang mengalami kesukaran dapat ditolong dengan memberikan bimbingan belajar yang sebaik-baiknya. Tentu saja keterlibatan orang tua akan
sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut Slameto, 2010:62.
1. Macam-macam Perhatian
Macam-macam perhatian menurut Sumadi Suryabrata 1984:16 antara lain:
a. Berdasarkan intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas, dibedakan:
1 Perhatian intensif 2 Perhatian tidak intensif
b. Berdasarkan cara timbulnya dibedakan menjadi: 1 Perhatian spontan adalah perhatian yang timbul tanpa sengaja
atau dapat dikatakan perhatian tidak sengaja. 2 Perhatian sekehendak adalah perhatian yang timbul karena
perhatian tersebut disengaja. c. Berdasarkan luasnya objek yang dikenai perhatian, dibedakan
menjadi: 1 Perhatian terpencar yaitu perhatian yang pada suatu saat dapat
tertuju pada bermacam-macam objek. 2 Perhatian terpusat yaitu perhatian yang pada suatu saat hanya
dapat tertuju pada objek yang terbatas.
2. Konsep Perhatian Orang Tua
Grolnick dikutip oleh Syaiful Bahri 2011: 233 menyampaikan 3 konsep bentuk perhatian orang tua, antara lain:
a. Perhatian dalam bentuk keterlibatan perilaku orang tua, yang mengacu pada sikap dan tindakan orang tua yang mewakili kepentingan
publik dalam pendidikan anak mereka, seperti menghadiri open house atau kegiatan sukarela di sekolah.
b. Perhatian dalam bentuk keterlibatan pribadi, yang mencakup cara interaksi orang tua-anak melalui komunikasi positif tentang pentingnya
sekolah dan pendidikan untuk anak-anak mereka.
c. Perhatian dalam bentuk keterlibatan kognitif atau intelektual, yang mengacu pada perilaku yang mendukung pengembangan keterampilan
dan pengetahuan anak-anak, seperti membaca buku dan pergi ke museum.
Halim Malik 2011 menjelaskan macam-macam perhatian orang tua dapat direalisasikan melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti berikut
ini: a. Mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak Di masa sekarang
dunia hiburan yang sangat menarik bagi anakremaja tersebar di mana-mana. Acara-acara televisi, VCD, play station dan permainan
lain dapat dengan mudah dijumpai dan dinikmati anak-anak dan remaja. Oleh sebab itu, orang tua harus mengarahkan anak-anaknya
dengan bijaksana mengenai pengaturan waktu, kapan boleh bermain, dan kapan harus belajar. Anak-anak harus ditanamkan sejak dini
belajar secara rutin, tidak hanya sewaktu ada PR atau ulangan saja. Adakalanya orang tua perlu memeriksa buku-buku anaknya, baik
catatan ataupun buku latihan dan tugas. Seringkali dijumpai oleh guru di sekolah adanya siswa yang tidak punya buku catatan,
walau ada dipakai untuk mencatat macam-macam pelajaran di buku yang sama. Jika orang tua rajin memeriksa buku-buku sekolah
anaknya, tentu hal seperti ini tidak terjadi karena orang tua dapat segera mengetahui apakah anaknya belajar sungguh-sungguh di
sekolah atau tidak, dan melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya sendiri.
b. Memantau perkembangan kemampuan akademik anak Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa nilai-nilai ulangan harian dan tugas
anak. Jika ada keganjilan, seperti tidak dikembalikannya hasil ulangan atau suatu pelajaran tidak pernah ada ulangan hariannya menurut
pengakuan si anak, maka orang tua berhak menanyakan kepada guru di sekolah. Demikian pula jika ada keganjilan masalah nilai, orang tua
berhak menanyakannya pada guru di sekolah untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai kemampuan dan sikap anak pada
pelajaran tersebut. c. Memantau perkembangan kepribadian sikap, moral, tingkah laku Hal
ini dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke sekolah dan berkomunikasi dengan wali kelas atau gurunya, untuk menanyakan
persentase kehadiran, apakah pernah membolos pada jam pelajaran tertentu, tingkah lakunya misalnya apakah pernah melanggar
peraturan sekolah, bagaimana sikapnya terhadap guru, bagaimana keaktifannya di kelas, dan sebagainya. Dengan adanya keaktifan
orang tua seperti ini maka siswa yang bermasalah di sekolah dapat segera ditangani dengan bantuan orang tua, sehingga
masalahnya tidak berlarut-larut yang akan berdampak buruk bagi perkembangan jiwa anak dan masa depannya.
d. Memantau efektivitas jam belajar di sekolah Hal ini dapat dilakukan dengan sering bertanya pada anak mengenai proses belajar
mengajar di sekolah, misalnya apakah sepanjang hari pelajarannya penuh atau ada jam kosong, kalau ada jam kosong karena guru
berhalangan hadir apakah ada tugas yang diberikan, apakah ada mata pelajaran yang sering sekali kosong, atau hanya mencatat terus,
apakah gurunya masuk dan keluar kelas tepat waktu, dan sebagainya. Apabila dari keterangan-keterangan anak ada yang menimbulkan
tanda tanya ataupun ketidakpuasan, maka orang tua berhak menanyakan langsung ke sekolah mengenai hal tersebut, dan
berdiskusi dengan pihak sekolah untuk mencari pemecahan masalahnya. Sebagai pihak yang berkewajiban membayar biaya
bantuan pendidikan, orangtua berhak mendapatkan jaminan bahwa anaknya dididik secara sungguh-sungguh di sekolah. Dapat juga
dilakukan melalui komite sekolah, orangtua dapat mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di sekolah bersama
komponen yang lain, sehingga sekolah akhirnya dapat benar-benar menjalankan fungsinya dalam memegang amanah dari para orangtua
mendidik anak-anak kita sebaik-baiknya untuk mempersiapkan masa depannya.
3. Prinsip Perhatian