Unsur-unsur Strategi KIE TINJAUAN PUSTAKA

17 informasi yang dapat menyesatkan dan bahkan mungkin membentuk konsep yang lain sama sekali. b. Edukatif, dimana sesuatu perubahan tingkah laku diharapkan dapat terjadi apabila si penerima dapat diajak untuk berfikir, merasa dan bertindak menurut tingkah laku mandiri pangan dan pada tingkah laku tersebut diberikan penghargaan dan sekaligus kita tanggalkan penghargaan dari mereka yang tidak berupaya untuk tahan pangan setelah suatu batas toleransi diberikan. c. Persuasif, dimana secara persuasif, motivatif ditanamkan kepercayaan dan nilai-nilai mandiri pangan serta ditunjukkan cara-cara bagaimana kepercayaan dan nilai-nilai tersebut dapat diwujudkan dalam tata nilai masyarakat Indonesia. d. Tatap Muka, yang sekaligus dapat menerangkan ketiga pendekatan tersebut diatas asalkan pemeran sumber dapat mengerti posisinya, mengetahui situasi dan kondisi lingkungan, mengetahui tata nilai yang dianut oleh penerima, serta mendapatkan dukungan kredibilitas pada dirinya dan validitas dari masyarakat pada seorang “individu”. Usaha untuk meningkatkan peranan masyarakat dalam pelaksanaan Program Ketahanan Pangan mengharuskan segala cara pendekatan yang ada dipergunakan secara bersama dan terpadu agar kelompok-kelompok atau perorangan dalam masyarakat dapat berfungsi melakukan tugas penyampaian informasi yang lengkap, tepat dan terpercaya untuk pelembagaan dan pembudayaan norma keluarga mandiri pangan.

2.7. Unsur-unsur Strategi KIE

Yang perlu dibayangkan terlebih dahulu adalah gambaran hasil yang ingin dicapai jika strategi KIE untuk ketahanan pangan tersebut mengenai sasarannya yaitu perubahan perilaku konsumsi pangan yang cukup dalam jumlah, mutu gizi, memenuhi selera anggota keluarga, sehat dan halal. Agar perubahan ke arah itu terjadi maka diperlukan pengembangan pemikiran dan tindak operasional terhadap unsur-unsur berikut: 1. Pengenalan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia di masing-masing wilayah. Yang termasuk dalam Sumber Daya Alam adalah: 18 a. Jenis bahan-bahan makanan yang telah dan biasa dibudidayakan serta dikonsumsi oleh masyarakat setempat; b. Jenis bahan-bahan makanan yang telah dan biasa dibudidayakan, tetapi belum biasa dikonsumsi oleh sebagain besar masyarakat setempat; c. Jenis bahan-bahan makanan yang tidak atau belum dibudidayakan oleh masyarakat setempat, tetapi tersedia dalam lingkungan alam setempat dan belum biasa dikonsumsi; d. Jenis bahan-bahan makanan yang belum dibudidayakan dan tidak tersedia dalam lingkungan alam setempat, tetapi lingkungan alamlahan setempat berpotensi untuk mengembangkannya. Yang termasuk Sumber Daya Manusia adalah: a. Berbagai potensi masyarakat setempat dalam : 1. Usahatani tanaman pangan, termasuk tanaman pekarangan 2. Pengelolaan teknologi bahan makanan pasca panen 3. Perlakuan terhadap bahan makanan sebelum siap santap 4. Perlakuan masyarakat terhadap bahan makanan setempat dari sudut nilai tambah ekonomi b. Pola konsumsi makanan serta susunan menu sehari-hari menurut kebiasaan pangan masyarakat setempat food habits , kaitannya dengan sistem nilai value system dan sistem kepercayaan believe system . c. Pendapat atau persepsi masyarakat pada semua lapisan terhadap konsep makan dan makanan, minum dan minuman. d. Pola komunikasi dalam sistem sosial masyarakat setempat, baik yang bersifat tradisional maupun ciri pola interaksi dengan media massa. e. Peranan tokoh informal yang menjadi acuan masyarakat dalam proses menerima hal-hal baru inovasi . Tokoh informal sering disebut juga “penjaga gawang” gate keeper dalam sistem sosial budaya masyarakatnya. Ia juga berfungsi sebagai penyaring inovasi sebelum hal baru tersebut diterima dan dianut oleh masyarakatnya. f. Pendayagunaan peluang akses pelayanan gizi oleh masyarakat setempat, terutama penyuluhan gizi. 19 2. Pengenalan pandangan, persepsi atau wawasan konsumsi para pejabat instansi pemerintahan di berbagai tingkat administrasi, para pimpinan organisasikelembagaan swasta, para ketuapengurus organisasi sosialkemasyarakatan, organisasi profesi dan para tokoh masyarakattokoh adat, dan pimpinanketua kelompok informal lainnya, berkenaan dengan prinsip ketahanan pangan atau kemandirian pangan. 3. Pengenalan kemampuan ekonomi masyarakat. Ketika ada peningkatan pendapatan masyarakat perlu dilakukan upaya bimbingan dan penyuluhan gizi yang lebih intensif agar masyarakat memberi perhatian lebih besar kepada peningkatan mutu pangan sehari-hari. 4. Pengenalan sarana dan kualitas serta kuantitas ketenagaan pada instansisektor pemerintahan, organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, yang mengemban fungsi penyuluhan pangan dan gizi. Pengertian sarana disini termasuk alat-alat bantu penyuluhan seperti poster, leaflet, spanduk, dll. 5. Pengenalan saluran-saluran yang telah dan sedang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan informasi pembangunan, tidak terbatas hanya media massa radio, TV, Koran, majalah, dan lain-lain tetapi termasuk juga media tradisional misalnya: kesenian daerahtradisional, forum paguyuban, kelompok keagamaan dan lain-lain. 6. Pengenalan ciri-ciri majemuk masyarakat sebagai sasaran program terutama dari sudut kebutuhan nyata real needs dan kebutuhan yang dirasakan felt needs isu sosial yang hidup dalam sistem sosial masyarakat yang berkaitan dengan kebutuhan pangan mereka hendaklah digali dan diangkat ke permukaan. 7. Pengenalan nama-nama makanan hasil olahan pada tingkat keluarga baik berasal dari serealia, umbi-umbian, hewani, sayuran dan buah-buahan hendaklah digali sebagai bagian dari susunan makanan lengkap meal atau makanan selingan snack sehari-hari. 8. Pengenalan kebijakan pemerintah, baik yang digariskan dari pusat maupun daerah berkaitan dengan komoditi pangan yang dapat berfungsi majemuk seperti untuk ekspor, bahan baku pakan, makanan olahan, benih, dan lain-lain. 20

2.8. Kerangka Pemikiran