Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.

8 Pangsa pengeluaran pangan tergantung dari faktor harga, jumlah komoditas yang dikonsumsi dan pendapatan keluarga. Hubungan antara pangsa pengeluaran pangan dengan total pengeluaran rumahtangga dikenal dengan Hukum Working. Hukum Working yang dikutip oleh Rachman dan Suhartini 1996 menyatakan bahwa pangsa pengeluaran pangan mempunyai hubungan negatif dengan pengeluaran rumahtangga. Sedangkan ketahanan pangan mempunyai hubungan negatif dengan pangsa pengeluaran pangan mengikuti sebagai berikut : SF = α + β ln T dimana α 0 dan β 0 Dengan kata lain, pangsa pengeluaran pangan akan menurun apabila pengeluaran rumahtangga naik. Semakin besar pangsa pengeluaran pangan rumahtangga, ada indikasi semakin rendah ketahanan pangannya. Menurut Johnson dan Toole 1991 dalam Rachman dan Ariani 2002, indikator ketahanan pangan dikelompokkan menjadi dua kelas berdasar pangsa pengeluaran pangan. Batasan yang digunakan adalah rumahtangga dengan : 1. Pangsa pengeluaran pangan SF ≤ 60 dari total pengeluaran rumahtangga dikategorikan ketahanan pangannya tinggi. 2. Pangsa pengeluaran pangan SF 60 dari total pengeluaran rumahtangga dikategorikan ketahanan pangannya rendah.

2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.

Menurut Pakpahan dan Pasandaran 1990 dalam Rachman dan Suhartini 1996 ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan, yaitu : 1. Jumlah pangan yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan seluruh penduduk. 2. Jumlah pangan yang tersedia secara statistik agregat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk, tetapi distribusinya kurang baik. 3. Situasi jumlah pangan yang tersedia secara statistik agregat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk, tetapi sebagian kelompok masyarakat tidak dapat memperoleh bahan pangan karena tidak memiliki daya beli cukup. Situasi ini merupakan fenomena yang relevan untuk Indonesia dimana 9 pemecahan masalah yang tepat adalah meningkatkan pendapatan dan memperbaiki distribusinya. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih jenis pangan yang baik menurut mutu gizi dan keragamannya. Tingkat pendapatan akan menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. Di tingkat rumahtangga atau kelompok pendapatan tertentu, faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan selain ketersediaan pangan dan distribusinya di tingkat wilayah, juga dipengaruhi oleh : a. Surplus produksi b. Daya beli yang dapat dilihat dari tingkat pendapatan per kapita. c. Aksesibilitas terhadap pangan yang tercermin pada harga pangan di tingkat rumahtangga. d. Adanya kegagalan panen karena serangan hama dan penyakit tanaman, bencana alam, angin barat bagi nelayan. Departemen Pertanian 2000 mengemukakan bahwa kebijakan pangan dan gizi diarahkan pada kewaspadaan dan ketahanan pangan, efisiensi pemasaran dan pemerataan persediaan pangan. Tersedianya bahan pangan yang cukup di masyarakat harus diimbangi dengan harga dan daya beli yang memadai. Menurut soehardjo 1996 kondisi ketahanan pangan rumahtangga dapat dicerminkan oleh beberapa indikator, antara lain : 1. Tingkat kerusakan tanaman, ternak dan perikanan. 2. Penurunan produksi pangan. 3. Tingkat ketersediaan pangan di rumah tangga. 4. Proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total. 5. Fluktuasi harga-harga pangan utama yang umum dikonsumsi rumahtangga. 6. perubahan kehidupan sosial misalnya urbanisasi, migrasi, menjual atau menggadaikan harta miliknya 7. Keadaan konsumsi pangan kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas digambarkan oleh perubahan-perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada penurunan kuantitas dan kualitas makanan secara keseluruhan, termasuk perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok. 10 8. Status gizi keluarga terutama balita. Khumaidi dalam Roesini Sukanta 1997 menyebutkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga, antara lain : 1. Jumlah tanggungan keluarga. Besarnya tanggungan keluarga dapat menyebabkan tingkat pengeluaran yang lebih banyak sehingga akan berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli. 2. Tingkat pendidikan Kepala Rumahtangga. Dengan tingkat pendidikan yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan pendapatan keluarga, mengatur penggunaan pendapatan dengan bijaksana, dan mampu memilih jenis makanan yang murah dan bergizi tinggi. 3. Luas lahan garapan atau kepemilikan alat tangkap ikan. Luas lahan garapan dan kepemilikan alat tangkap ikan disertai dengan kemampuan pengelolaan usahatani, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga petaninelayan. Mubyarto, 1994 4. Tingkat pendapatan. Tingkat pendapatan berkaitan erat dengan daya beli terhadap pangan dalam jumlah cukup dan bernilai gizi baik.

2.3. Dampak dari ketahanan pangan yang rendah.