Nambangan-Madiun dan jeruk Bali; jeruk nipis C. aurantifolia, jeruk purut C. hystrix dan jeruk sambal C. hystrix Prihatman, 2000.
Sekitar 70-80 jeruk yang dikembangkan di Indonesia adalah jeruk siem, dan sisanya adalah jeruk keprok unggulan daerah dan jeruk lainnya Suyamto,
dkk, 2005. Jeruk siem Pontianak, siem Garut, dan siem Lumajang merupakan beberapa jenis jeruk siem yang ditanam di Indonesia, sedang jeruk keprok yang
dikenal antara lain adalah keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Siompu dari Sulawesi Tengara, keprok Tejakula dari Bali, keprok Kacang dari Sumatera Barat,
keprok Batu 55 dari Batu, keprok Madura dari jawa Timur, dan keprok So’e dari Nusa Tenggara Timur Prihatman, 2000.
Sampai saat ini, pasar di Indonesia masih didominasi oleh jeruk siem karena produksinya yang mencapai 70-80 dari total produksi jeruk nasional.
Seiring dengan makin berkembangnya luasan tanaman jeruk keprok diharapkan dapat meningkatkan pasar untuk jenis jeruk ini, disamping juga melirik peluang
ekspor Winarno, 2004. Menurut data dari BPS Kabupaten Karo 2010 adapun varietas-varietas
jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah varietas Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu dan sebagainya. Jenis yang disukai konsumen lokal
adalah varietas siam madu sehingga varietas jeruk ini mendominasi penanaman jeruk di Kabupaten Karo.
b. Pupuk
Kebutuhan pupuk yaitu jenis dan jumlah pupuk untuk tanaman jeruk salah satu indikatornya adalah umur tanaman jeruk tersebut. Menurut Prosedur
Operasional SPO Jeruk Siam Madu Karo 2006 jenis dan jumlah untuk
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan pupuk tanaman jeruk grph6 bulandapat dilihat pada Tabel 2.1. sebagai berikut:
Tabel 2.1. Jenis dan jumlah untuk kebutuhan pupuk tanaman Jeruk grph6 bulan
Umur Tanaman
thn Urea
ZA SP-36
ZK Kiserit
Dolomit Pukan
Kgph
1 100
200 50
100 -
200 10
2 200
400 100
200 -
400 20
3 300
600 150
300 -
600 30
4 400
800 200
400 75
800 40
5 500
1.000 250
500 100
1.000 50
6 600
1.200 300
600 150
1.200 60
7 700
1.400 350
700 175
1.400 70
8 800
1.600 400
800 200
1.600 80
9 900
1.800 450
900 250
1.800 90
10 1.000
2.000 500
1.000 250
2.000 100
11 1.050
2.100 550
1.050 275
2.100 100
12 1.100
2.200 600
1.100 300
2.200 100
13 1.150
2.300 650
1.150 325
2.300 100
14 1.200
2.400 700
1.200 350
2.400 100
15 1.250
2.500 750
1.250 400
2.500 100
Sumber: Standar Prosedur Operasional SPO Jeruk Siam Madu Karo,2006
Dari Tabel 2.1. diatas dapat dilihat bahwa tanaman jeruk paling banyak membutuhkan pupuk jenis ZA dan Dolomit. Pemberian pupuk pada jeruk untuk
lahan yang berlokasi di Kabupaten Karo disesuaikan dengan umur tanaman jeruk. Semakin tinggi usianya maka semakin tinggi pula kebutuhan pupuk tanaman jeruk
tersebut hingga mencapai umur optimal produksi yaitu 15 tahun Kebutuhan pupuk yaitu ketika tanaman jeruk berumur 15 tahun.
c. Alat dan Mesin Pertanian
Biaya total penggunaan suatu peralatan pertanian terdiri dari biaya peralatan, biaya traktor penggerak dan upah pekerja. Biaya peralatan dan traktor
Universitas Sumatera Utara
terbagi ke dalam dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya tak tetap. Biaya tetap berkaitan dengan pemilikan peralatan serta tak tergantung apakah alat tersebut
dipakai ataukah tidak. Biaya tetap per jam berbanding terbalik dengan jumlah pemakaian tahunan alat. Biaya pengerjaan berkaitan langsung dengan jumlah
pemakaian dan terdiri dari perbaikan dan pemeliharaan, bahan bakar dan pelumas serta perawatan harian TPOU, 2013.
Alat dan mesin pertanian termasuk kedalam faktor produksi modal. Alat biasanya digunakan untuk usaha tani tanaman jeruk adalah seperti cangkul untuk
menggali tanah, gembor untuk menyiram tanaman, knapsack untuk penyemprotan hama dan gulma, pisau digunakan pada saat okulasi, gunting digunakan pada saat
panen, ember digunakan untuk wadah pupuk saat pemupukan dan parang untuk membersihkan lahan dari gulma.
2.2.2 Faktor Produksi Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan hal yang penting untuk mendukung dan melaksanakan kegiatan usaha tani Tenaga kerja dalam usaha tani merupakan
faktor produksi kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Ada tiga jenis tenaga kerja yaitu tenaga kerja manusia pria, wanita, dan anak-anak, tenaga kerja ternak
dan tenaga kerja mekanik Soekartawi, 1990. Tenaga kerja menjadi pelaku usaha tani diperlukan dalam menyelesaikan
berbagai macam kegiatan produksi. Dalam praktiknya, digunakan satuan ukuran yang umum untuk mengatur tenaga kerja yaitu jumlah jam dan hari kerja total.
Tenaga kerja usaha tani dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka petani mempekerjakan buruh yang berasal dari
Universitas Sumatera Utara
luar keluarga dengan memberi upah. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan tanah dan angkutan. Begitu pula dengan tenaga kerja mekanik yang
digunakan untuk pengolahan lahan, penanaman, pengendalian hama, serta pemanenan Defri, 2011.
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga
kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja. Oleh karena itu, tenaga kerja dapat dikelompokkan berdasarkan kualitas kemampuan dan keahlian dan berdasarkan sifat kerjanya Maulidah,
2012. Siregar 2009 dalam Syamsidar 2012 menyatakan bahwa Tenaga kerja
merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan
konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia 15-64 tahun yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak
bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang berasal dari dalam
keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria 1 HKP menggunakan jam kerja selama 8 jam dengan standar sebagai berikut :
Tenaga Kerja Pria dewasa 15 Tahun = 1 HKP Tenaga Kerja Wanita Dewasa 15 Tahun = 0.8 HKP
Tenaga Kerja anak-anak 10 – 15 Tahun = 0.5 HKP
Universitas Sumatera Utara
Untuk analisis tenaga kerja di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang
dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Skala usaha mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja, biasanya usaha pertanian dalam skala
kecil akan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, sebaliknya pada usaha pertanian skala besar, lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga
dengan menyewa tenaga kerja ahli Bangun, 2005.
2.2.3 Budidaya Tanaman Jeruk
Secara umum budidaya tanaman jeruk terdiri atas beberapa tahap yaitu pemilihan, benih, pemilihan bibit, perawatan bibit, pemeliharaan, pengapuran,
pemupukan, pemangkasan, penjarangan buah, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan dan penanganan pascapanen Ismali, 2009.
Selanjutnya Purnomosidhi, dkk 2002 kegiatan budidaya jeruk secara garis besar adalah sebagai berikut :
a. Perbanyakan Tanaman
Jeruk dapat diperbanyak dengan cara generatif maupun dengan cara vegetatif. Perbanyakan dengan cara generatif dapat dilakukan dengan menanam
biji sedangkan perbanyakan vegetatif yang biasa dilakukan adalah sambung dan okulasi. Perbanyakan generatif memiliki keuntungan sistem perakaran lebih kuat,
lebih mudah diperbanyak, dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan kelebihan dari perbanyakan vegetatif adalah lebih cepat berbuah, sifat turunan
sesuai dengan induk dan dapat digabung dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
b. Jarak Tanam