1
I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang begitu melimpah, berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik. Hal ini
menjadikan Indonesia disebut sebagai negara agraris. Sebagian besar rakyat Indonesia mengandalkan hasil bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Secara umum sektor pertanian di Indonesia dibagi menjadi empat subsektor yang terdiri atas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan. Sektor pertanian, memegang peranan yang sangat penting bagi
pembangunan ekonomi di Indonesia, berdasarkan data dari BPS 2012 bahwa laju pertumbuhan lapangan usaha menurut PDB mencapai 20. Hal ini
membuktikan bahwa sektor pertanian berperan dalam membuka dan menyerap lapangan kerja baru sehingga sektor pertanian turut dapat mengurangi
pengangguran yang ada di Indonesia. Sistem pertanian yang ada di Indonesia bermula dengan sistem ladang.
Dengan pengolahan tanamanyang sangat minim,produktivitas bergantung pada persediaan lapisan humus yang ada. Seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk maka pada masa orde baru muncul program pemerintah yang dinamakan dengan revolusi hijau, sistem ini harus menggunakan bibit unggul,
pupuk kimia, pestisida, dan herbisida yang tinggi baru akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula, akibatnya muncul resisten hama dan penyakit dan
degradasi lahan. Setelah itu, muncul sistem pertanian berkelanjutan sustainable agriculture didalam system ini lebih menekan dampak negatif terhadap
Universitas Sumatera Utara
lingkungan seminimal mungkin dan mengarah pada penggunaan produk hayati yang ramah lingkungan Kasumbogo, 1997
Semula usaha pertanian yang ada di masyarakat hanya memproduksi satu jenis tanaman saja, namun sejak berkembangnya pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki oleh petani muncullah sistem pertanian tumpang sari, dimana dalam satu lahan dapat menghasilkan paling sedikit dua komoditas. Selanjutnya, muncul
sistem integrasi yang menggabungkan antara tanaman dan ternak. Kabupaten Karo banyak petani yang mengusahakan tanaman jeruk sebagai
salah satu sumber pendapatan. Sektor pertanian, apabila ditinjau dari pembentukan PDRB Kabupaten Karo atas harga berlaku tahun 2000, kontribusi
subsektor bahan makanan sangat signifikan peranannya yaitu sebesar 47,10 yang mengalami peningkatan dibanding tahun 2008 sebesar 46,81. Kabupaten
Karo merupakan sentra produksi komoditi jeruk. Varietas jeruk yang ditanam di Kabupaten Karo sekarang ini adalah Washington, Sunkist, Padang, Siam Madu
dan sebagainya. Pada tahun 2010, luas panen tanaman jeruk di KabupatenKaro mencapai 11.910 ha dengan produksi sebesar 1.437.782 ton dan produktivitasnya
422,41 KwhaDistan Karo, 2011. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Malau 2007 tentang
potensi sumberdaya lahan untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo menyimpulkan bahwa sapi potong sangat potensial untuk di kembangkan di
Kabupaten Karo. Lahan yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong di Kabupaten Karo adalah sawah, tegalan, kebun campuran, lahan terbuka dan
semak belukar, dengan total luas 135.000 Ha 62 dari luas wilayah Karo.
Universitas Sumatera Utara
Untuk meningkatkan pendapatan, didalam satu areal lahan dapat diusahakan dua jenis usaha tani yaitu menggabungkan antara tanaman dan ternak,
hal ini dinamakan dengan integrasi. Menurut Ma’sum 2012 konsep integrasi ternak dalam usaha tani tanaman baik itu tanaman perkebunan, pangan, atau
hortikultura adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah hewan ternak, dalam hal ini ternak ruminansia sapi, kerbau, domba, kambing dan atau
pseudominansia kelinci, kuda tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman.
Konsep integrasi ternak dalam usaha tani tanaman jeruk adalah menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak sapi potong tanpa mengurangi
aktivitas dan produktivitas tanaman sekaligus dengan produksi ternaknya. Pola pemeliharaan ternak dapat dilakukan secara terpisah antara tanaman jeruk dan
areal tanaman jeruk atau dapat pula satu kesatuan untuk mempermudah kegiatan budidaya tanaman jeruk dan ternak. Namun, agar keadaan ternak tidak
mengganggu maka ternak harus dikandangkan Surbakti, 2008. Sistem pertanian dengan integrasi ternak-tanaman memiliki banyak
keuntungan dimana akan terjadi simbiosis antar ternak dan tanaman. Petani akan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik sedangkan gulma yang ada di
lahan pertanaman dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk ternak.
BPTP2000 menyatakan bahwa ternak selain menghasilkan produk utama juga menghasilkan produk samping berupa feses dan urin yang dapat
dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai pupuk kompos sehingga akan mewujudkan organic farming yang dapat bersaing. Ternak sapi bagi petani berfungsi sebagai
Universitas Sumatera Utara
penghasil pupuk kandang dan tabungan yang memberikan rasa aman saat kekurangan selain itu juga berfungsi sebagai ternak kerja Najib, dkk, 2007.
Kotoran sapi berpotensi untuk dijadikan sebagai pupuk organik, jika dikelola dengan teknologi dan cara yang benar maka dapat meningkatan
pendapatan petani mengingat besarnya angka kebutuhan pupuk organik di Kabupaten Karo.Data penggunaan pupuk organik di Kabupaten Karo pada tahun
2008 dapat dilihat pada Tabel 1.1. sebagai berikut:
Tabel 1.1. Data penggunaan pupuk organik di Kabupaten Karo pada tahun 2008-2012 ton
No. Kecamatan
2008 2009
2010 2011
2012
1 Barusjahe
60,00 289,52
690,00 453,40
695,80 2
Tiga Panah 60,00
145,00 820,00
600,00 481,78
3 Kabanjahe
25,00 166,40
368,38 5,78
301,92 4
Simpang Empat -
444,04 977,76
300,00 469,98
5 Payung
12,30 160,00
88,00 191,40
56,00 6
Munte 117,70
286,00 326,00
15,50 563,34
7 Tiga Binanga
67,00 592,10
893,80 973,00
179,00 8
Juhar 18,00
257,00 621,00
554,00 290,58
9 Kutabuluh
- -
115,00 167,00
210,60 10
Mardingding 31,60
101,08 109,00
144,50 186,40
11 Berastagi
54,00 20,00
80,00 183,00
52,64 12
Merek 45,00
54,00 125,00
168,00 93,20
13 Lau Baleng
68,40 149,60
289,80 255,50
285,12 14
Naman Teran 5,00
71,00 715,88 1.012,60
276,20 15
Merdeka 5,00
71,32 63,00
161,00 52,36
16 Dolat Rakyat
35,00 27,00
12,92 149,00
145,00 17
Tiga Nderket 5,00
145,00 410,70
643,00 179,16
Total 609,00 2.979,06
6.706,24 5.976,68 4.519,08
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo,2012
Berdasarkan Tabel 1.1. Dapat diketahui jumlah kebutuhan pupuk organik di Kabupaten Karo dari tahun 2008 sampai 2012. Secara keseseluruhan jumlah
kebutuhan pupuk organik dari tahun 2008 sampai tahun 2012 tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 6.706,24 ton.Sedangkan pemakaian pupuk organik
Universitas Sumatera Utara
tertinggi terjadi pada tahun 2011 di Kecamatan Naman Teran yaitu sebesar 1.012,60 ton.
Di kebun jeruk akan menghasilkan banyak gulma yang dapat berdampak negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan dari budidaya jeruk. Dengan pola
integrasi maka gulma tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan ternak. Khairunnisa, dkk 2005 bahwa kebutuhan untuk pakan hijauan sebesar 10-15
dan pakan penguat 2,5 dari berat tubuh sapi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roehani, dkk 2005
bahwa sistem integrasi dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani. Bahwa nilai RC yang dihasilkan dari sistem integrasi jagung dan ternak sapi
sebesar 1,32 sedang pada non integrasi sebesar 1,14. Hal ini berarti bahwa pendapatan petani dengan sistem integrasi lebih besar daripada non integrasi,
kontribusi pendapatan yang dihasilkan dari ternak sapi dengan sistem integrasi sebesar 49,96.
Petani di beberapa lokasi di Indonesia sejak dulu telah mengembangkan sistem integrasi ternak. Menurut Fagi dan Kartaatmadja 2004 integrasi tanaman
ternak pada umumya telah berkembang di daerah dimana terdapat perbedaan yang nyata antar musim hujan dan kemarau. Fenomena di lapangan menunjukkan
bahwa petani tidak lagi memperhatikan penggunaan pupuk berimbang. Oleh karena itu, masalah ini dapat diatasi dengan pemanfaatan kotoran sapi.
Upaya pengembangan tanaman jeruk yang terintegrasi dengan ternak sapi perlu dilakukan melalui pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern, dan
dengan memanfaatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian, produktivitas diharapkan akan meningkat serta akan tercapai sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana komparasi usaha tani pola integrasi dan non integrasi antara tanaman
jeruk dan ternak sapi di Kabupaten Karo berdasarkan Revenue-Cost Ratio sehingga diharapkan hasil penelitian ini akan berguna sebagai salah satu bahan
pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dan keputusan di bidang pertanian dan peternakan.
1.2.Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan teknis, sosial, dan lingkungan antara usaha tani
integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo? 2.
Bagaimana perbandingan keuntungan yang diperoleh usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo?
3. Bagaimana perbandingan analisis penerimaan antara usaha tani integrasi dan
non integrasi di Kabupaten Karo?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1.
Kelayakan teknis, sosial, dan lingkungan antara usaha tani integrasi dan non integrasi di Kabupaten Karo.
2. Perbandingan keuntungan yang diperoleh usaha tani integrasi dan non
integrasi di Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
3. Perbandingan penerimaan antara usaha tani integrasi dan non integrasi di
Kabupaten Karo.
1.4 .Manfaat Penelitian