pada rumah tangganya. Hal ini dialami oleh pasangan subjek 2 GR, no. 376-381. Kurangnya perhatian juga dirasakan saat pasangan dianggap
lebih mementingkan keluarganya dibanding dengan pasangannya sendiri GR, no. 429-436
f. Kecemburuan dari pasangan sebagai pemicu pertengkaran
Kedua pasang subjek penelitian mengatakan bahwa kecemburuan dari pasangan sebagai pemicu terjadinya konflik. Kecemburuan subjek
biasa terjadi saat pasangan membicarakan ataupun bergaul dengan teman lawan jenisnya. Hal ini didukung oleh pernyataan subjek 1 dan subjek 2
BA, no. 450-453 dan WH, no. 145-154.
2. Cara Pengelolaan Konflik.
Dalam mengelola konflik rumah tangga, kedua pasang subjek penelitian melakukan beberapa cara agar konflik rumah tangga dapat mereda
dan dapat terselesaikan. Beberapa cara tersebut adalah: a.
Mengalah pada pasangan adalah salah satu cara untuk menyelesaikan konflik.
Mengalah merupakan cara untuk mengelola konflik rumah tangga yang dilakukan oleh kedua pasang subjek penelitian. Pada penelitian ini,
kedua pasang subjek menyatakan bahwa salah satu pasangan harus lebih mengalah terhadap pasangannya, hal ini terdapat pada isi wawancara pada
salah satu subjek penelitian GR, no. 345-349. Mengalah juga dilakukan
karena adanya pemikiran subjek yang mengharuskan dia untuk mengalah karena perannya sebagai kepala rumah tangga.
b. Melibatkan orang lain digunakan untuk menyelesaikan masalah
Melibatkan orang lain untuk membantu menyelesaikan masalah dapat membantu pasangan untuk mengelola konflik yang terjadi pada
rumah tangganya. Hal ini juga terjadi pada kedua pasang subjek penelitian dan dapat dilihat pada salah satu wawancara dengan AB AB, no. 422-
426. Mereka pernah melibatkan orang lain untuk mengelola konflik yang terjadi di dalam keluarganya. Namun yang dimaksud orang lain disini
hanyalah pada orang tua subjek, bukan teman ataupun saudara lainnya. Untuk membantu permasalahan rumah tangga anaknya, orangtua biasanya
memberikan nasehat untuk kelangsungan rumah tangga mereka. c.
Menghindar dari pasangan atau masalah digunakan untuk meredakan masalah dalam rumah tangga
Penghindaran dari pasangan saat terjadi konflik rumah tangga dilakukan oleh subjek untuk mengelola konflik. Subjek WH mengatakan
bahwa ia tidak mau mendekati suaminya saat mereka sedang bertengkar WH, no. 157-159. Subjek lain juga mengatakan bahwa mereka pernah
mengelola konflik dengan menghindar dari pasangan atau meninggalkan masalah begitu saja dan membiarkan masalah berlalu tanpa adanya
penyelesaian dari mereka. Namun terkadang menghindari pasangan
ataupun masalah saat bertengkar dapat menyebabkan pasangan yang ditinggalkan merasa marah.
d. Menuruti kemauan pasangan untuk mengelola konflik.
Salah satu cara yang dilakukan oleh kedua pasang subjek agar pertengkaran mereka terselesaikan adalah dengan cara menuruti kemauan
pasangannya BA, no. 443-447 dan GR, no. 308-311. Pada penelitian ini, para suami biasanya menuruti kemauannya istrinya dengan melakukan hal
yang diminta oleh para istri. e.
Membicarakan berdua dengan pasangan sebagai salah satu cara menyelesaikan konflik
Pembicaraan yang dilakukan berdua dengan pasangan dapat digunakan untuk mengelola konflik rumah tangga. Pasangan subjek 1
melakukan cara ini untuk menyelesaikan konflik BA, no. 407-411. Pergi ke suatu tempat bersama pasangan adalah cara yang dilakukan oleh
mereka agar dapat berbicara berdua. Selain itu, berbicara dari hati ke hati dipandang subjek sebagai cara yang paling efektif dalam mengelola
konflik AB, no. 519-601. f.
Saling memahami atau pengertian antara pasangan digunakan untuk meredakan konflik.
Saling memahami juga digunakan oleh kedua pasang subjek sebagai salah satu cara untuk mengelola konflik. Subjek 1 memahami
pasangan dengan cara saling mencurahkan isi hati mereka dan meminta maaf jika ia bersalah terhadap pasangan AB, no. 603-607 dan BA, no.
272-273. Sedangkan subjek kedua memahami pasangan dengan cara saling mengerti dan tidak egois satu sama lainnya.
g. Mengajak bercanda dan saling merayu antar pasangan digunakan untuk
menyelesaikan konflik. Merayu dan bercanda dengan pasangan dapat meredakan
pertengkaran. Kedua subjek juga mengatakan bahwa mereka juga menyelesaikan konflik dengan cara seperti itu. Hal tersebut dapat
membuat hati pasangan mereka menjadi luluh. Dengan mengajak bercanda ataupun merayu pasangan, dapat mencairkan konflik yang
terjadi diantara mereka. GR, no. 349-351 h.
Sikap biasa seperti tidak bertengkar digunakan agar masalah tidak membesar.
Menunjukkan sikap biasa terhadap pasangan saat konflik terjadi, dilakukan oleh pasangan subjek 1. Subjek 1 AB, no. 302-311
mengatakan bahwa sikap biasa seperti saat tidak bertengkar digunakan agar permasalahan tidak semakin memanas, sehingga masalah tidak
membesar. Jika subjek tidak menunjukkan sikap biasa tersebut, maka dikhawatirkan kemarahan pada mereka akan semakin membesar.
Skema Pengelolaan Konflik pada Kedua Subjek
Kematangan psikologis Pasangan subjek 2
Sumber konflik: Pendiskusian kembali setelah masalah dianggap
selesai Kecemburuan yang dialami pasangan
Kurangnya perhatian dari pasangan “kadang-kadang aku suka jengkel kalau WH pergi
itu masih memikirkan diri sendiri. WH masih pengen main-
main”. GR, no. 376-381 Teman sebaya
“misalnya saja temennya ada yang punya barang baru, dia juga kepengen. Kayak ikut-
ikutan …”. GR, no. 386-393
Perbedaan tugas mengurus anak “kalau aku sudah pulang kerja, biasanya si RZ
langsung dikasih ke aku … pengennya itu istirahat, tapi malah dilimpahin an
ak”. GR, no 354-365.
Mengatasi konflik: GR menggunakan gaya akomodasi atau kerelaan
untuk membantu GR menggunakan gaya kompromi
WH menggunakan
gaya kompetisi
atau mendomunasi
Relasi: Suami lebih banyak mengalah terhadap istri
GR kolektivis, WH individualis dominasi atau kompetisi
WH belum matang secara psikologis Pasangan subjek 1
Sumber konflik: Pendiskusian kembali setelah masalah dianggap selesai
Kecemburuan yang dialami pasangan Komunikasi yang kurang diantara pasangan
“misalnya aku kadang ngasih informasi, trus aku gak, telat ngasih inforrmasi kan jadi pikiran to”. BA, no.
242-246 Teman sebaya
“kalau yang sms teman laki-lakinya, pasti membahas yang aneh-
aneh, itu yang bikin jengkel”. AB, no. 627- 630
Perbedaan cara mengasuh anak “misale mengurus anak … aku mau kesana mau
kesana, gak boleh, gak boleh gini, gak boleh bawa ini, dia ngomonge gitu trus aku nganu, nglawan trus
bertengkar”. AB, no 298-313
Mengatasi konflik: BA dan AB menggunakan gaya akomodasi atau
kerelaan untuk membantu BA dan AB menggunakan gaya kompromi
BA menggunakan gaya penghindaran
Relasi: sama-sama saling melengkapi atau memahami
Keduanya lebih
ke kolektivis
akomodasi, kolaborasi, kompromi dan penghindaran
AB dan BA matang secara psikologis
E. Hasil dan Pembahasan