28
emosi yang cenderung naik turun sehingga saat masalah muncul maka akan sulit mempertimbangkan berbagai kondisi www.kompas.com.
C. Dinamika Pengelolaan Konflik pada Pernikahan Usia Muda
Penelitian mengenai pengelolaan konflik pada usia muda bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan konflik yang dilakukan pasangan-pasangan
yang menikah pada usia yang tergolong muda saat terjadinya suatu konflik pada rumah tangganya. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menimbulkan konflik pada rumah tangga pasangan muda. Rumusan tujuan diatas dipilih dengan menimbang masih adanya
pernikahan yang dilakukan pada usia muda. Sementara wacana yang lebih banyak dijumpai baik pada tataran akademis maupun populer, pernikahan usia muda
tidak lagi dianggap ideal. Justru fenomena yang semakin lebih mudah dijumpai adalah penundaan usia pernikahan. Maka banyak studi yang justru menyoroti
tentang konsekuensi-konsekuensi negatif pada pernikahan usia muda. Pada penelitian sebelumnya, pernikahan usia muda lebih cenderung
mempunyai dampak negatif dibandingkan dampak positif yang diperoleh. Para peneliti kebanyakan meneliti pernikahan usia muda berhubungan dengan
kehamilan yang tidak diinginkan, tekanan dari budaya setempat ataupun orangtua dalam pengambilan keputusan untuk menikah muda. Pernikahan usia muda juga
memicu terjadinya keributan ataupun percekcokan dalam rumah tangga.
29
Pasangan yang menikah muda memiliki potensi lebih besar untuk mengalami konflik. Untuk mengatasi ataupun mengelola konflik maka
dibutuhkan suatu kematangan psikologis untuk mengintegrasikan antara emosi dan logika agar dapat memahami masalah dengan baik. Kematangan-kematangan
seperti itu biasanya sulit dicapai pada saat individu remaja. Selain itu, adanya penelitian yang menyebutkan bahwa pasangan yang menikah muda lebih
cenderung mengalami keributan ataupun pertengkaran, menegaskan bahwa pengelolaan konflik sangat penting dilakukan pada pasangan yang menikah muda.
Oleh sebab itu, fokus penelitian yang akan dilaksanakan adalah pengelolaan konflik pada pasangan yang menikah muda.
Secara teoritis, pengelolaan konflik dipengaruhi oleh banyak hal, bisa oleh gaya pengelolaan konflik, latar belakang budaya, dan juga kematangan
psikologis. Dalam pernikahan, kematangan psikologis berperan dalam diri individu agar mampu mengatasi dan menghadapi masalah keluarga dan mencari
pemecahan masalahanya. Havigurst dalam Mappiare, 1983 mengemukakan bahwa individu yang mempunyai emosi stabil akan dapat memecahkan berbagai
persoalan yang ada pada dirinya. Seseorang yang mempunyai kematangan emosi lebih mampu mengelola perbedaan pada masing-masing pasangan sehingga dapat
menjaga kelangsungan pernikahannya. Selain itu, pasangan yang mampu memahami sesuatu dengan didasari cara pandang yang luas cenderung lebih
mampu menyelesaikan konflik yang dimilikinya. Kemampuan untuk memahami
30
masalah secara baik ditandai dengan adanya integrasi antara emosi dan logika Kremer, 1989. Gaya dalam pengelolaan konflik juga mempengaruhi individu
untuk menentukan bagaimana individu tersebut bertindak dalam mengatasi konflik yang ada. Dalam gaya pengelolaan konflik, ada dua dimensi utama yang
digunakan individu untuk mengelola konflik, yaitu berpusat pada diri sendiri dan berpusat pada orang lain. Latar belakang budaya juga mempengaruhi seseorang
dalam mengelola konflik. Pada beberapa budaya, konflik dihadapi dengan komunikasi yang terbuka atau mendiskusikan panjang lebar antar anggota
keluarga, tetapi budaya lain lebih tenang dan menghindari konflik agar tercipta keadaan yang harmonis.
Menimbang paparan diatas, maka diasumsikan bahwa pengelolaan konflik pada pasangan yang menikah muda merupakan proses psikologis yang kompleks
yang dipengaruhi oleh banyak hal seperti kematangan psikologis individu, gaya pengelolaan konflik serta latar belakang budaya yang dimiliki oleh masing-
masing individu. Oleh karena itu, pengelolaan konflik pada pasangan muda perlu untuk dieksplorasi secara mendalam.
31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk memahami
fenomena yang dialami manusia secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada konteks khusus yang alamiah serta dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah Moleong, 2009. Penelitian kualitatif mendasarkan diri pada kekuatan narasi agar dapat mengungkap kompleksitas
realitas sosial yang ditelitinya Poerwandari, 2005. Penelitian yang berjudul “Pengelolaan Konflik pada Pasangan Muda” ini
bersifat deskriptif karena tujuannya mendeskripsikan pengelolaan konflik yang
dilakukan oleh pasangan yang menikah muda dalam rumah tangganya.
B. Fokus Penelitian
Ada dua fokus dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Faktor penyebab timbulnya konflik dalam rumah tangga pada pasangan yang menikah muda Apa sajakah faktor pemicu terjadinya konflik pada pasangan
yang menikah muda?