C. Rangkuman Tema Temuan Penelitian
Tabel 6 Sejarah Pernikahan
Tema Penelitian Pasangan Subjek 1
Pasangan Subjek 2 Bekerja
dan tidak
melanjutkan pendidikan
menjadi alasan untuk menikah
“Saat menikah merasa masih terlalu
muda tetapi
mau gimana lagi, dulu pengennya
kuliah, gara-gara gak bisa kuliah, ada dendam di hati,
istilahnya kagol. Kalau gak bisa kuliah ya apalagi kalau
gak nikah, akhirnya menikah deh
”. AB, no. 57-64 “Aku pikir, mending cepetan
nikah saja, mau nunggu apalagi, dia juga sudah kerja
kok ”. GR, np. 45-48
“Aku kan gak kuliah, mau nunggu apalagi. Gak ada
yang perlu ditunggu, gak nunggu lulus kuliah atau
apa. Sama-sama
sudah kerja
”. WH, no. 53-57 Dorongan dari
orangtua merupakan
alasan untuk
menikah “Yang nyuruh orang tua.
Orang tuanya dia nyuruh cepet-cepet menikah. Kalau
akunya ya gak enak sama mereka
”. WH, no. 29-33 “Tapi orangtuaku bilang
kenapa lama-lama pacaran, sekarang lamaran aja. Dari
situ aku langsung telpon WH kalau mau melamar dia
”. GR, no. 60-65
Rasa nyaman
“Aku yakin sama AB karena AB yang bisa mengerti watak
terhadap pasangan
menjadi alasan untuk menikah
aku dan
AB yang
bisa menerima
apa aku
apa adanya
”. BA, no.30-33 “Kalau ngomong nyambung,
suka sama
cowok yang
ngomongnya nyambung dan jarang ngomong, suami jarang
ngomong. Terus seneng sama cowok yang sukanya marah-
marah karena
perhatian ”.
AB, no. 50-56
Tabel 7 Konflik dalam Pernikahan
Tema penelitian Pasangan subjek 1
Pasangan subjek 2 Mendiskusikan
penyebab pertengkaran
setelah masalah dianggap selesai
dapat menyebabkan
pertengkaran “He’em, nanti nek didiskusiin
lagi malah diungkit-ungkit, bertengkar lagi
”. AB, no. 352-354
“Gak mengungkit-ungkit lagi, soalnya kalau diungkit-ungkit
gitu, pasti lagi ”. BA, no. 297-
299. “Gak pernah. Nanti dia
marah-marah lagi. Buat apa didiskusikan, soalnya nanti
malah bikin WH marah lagi. Didiamkan
saja. Dulu
pernah didiskusikan
tapi malah marah-marah
”. GR, no. 222-228.
Komunikasi “Kalau
komunikasi aku,
yang kurang
antar pasangan sebagai pemicu
konflik misalnya aku kadang ngasih
informasi, trus aku gak, telat- telat ngasih informasi kan jadi
pikiran to ”. BA, no. 242-246
“Aku sama AB tu yaitu paling komunikasi.
Komunikasinya apa ya. Aku sering komuniksi
trus aku
tahu-tahu gak
berkomunikasi, gitu aja ”. BA,
no. 261-267 Perbedaan
pengasuhan anak
dapat menyebabkan
konflik dalam
rumah tangga. “Misale mengurus anak, aku
sering bertengkar
karena mengurus Aku mau kesana,
mau kesana, gak boleh po, gak boleh gini, gak boleh bawa ini,
dia ngomonge gitu trus aku nganu, opo nglawan trus
bertengkar…” AB, no.298- 313
“Masalah anak mungkin. Kalau aku sudah pulang
kerja, biasanya si RZ anak langsung dikasih ke aku.
Padahal aku
itu capek
banget. Apalagi kalau pas dapat
shift malam.
Pengennya itu istirahat, tapi malah dilimpahin anak
”. GR,no. 354-365
“Katanya dia juga capek ngurus RZ
”. GR, no. 369- 370
Teman sebaya
menjadi pemicu konflik
“Kalau di luar paling ya kumpul sama teman-teman.
Tapi ya dengan posisiku. AB pasti
awal-awalnya marah
kalau aku pamitin tapi kalau “Misalnya saja temennya
ada yang punya barang baru, dia juga kepengen.
Kaya ikut-ikutan. Ada satu barang yang lagi populer di
aku sudah pulang, dia biasa lagi”. BA, no 189-194.
“Kalau yang sms teman laki-
lakinya, pasti membahas yang aneh-aneh, itu yang bikin
jengkel”. AB, no. 627-630. temen-temennya, dia juga
ikutan beli. Kebutuhan anak malah jarang dipikirkan
”. GR, no. 386-393
“Rasanya jengkel aja. Sudah punya anak kok tidak mikir
anaknya. Resiko nikah masih muda
ya begitu.
Masih kepengen
senang-senang dulu dibandingin keluarga,
masih ikut-ikutan teman ”
“….Kalau dikasih tahu, dia biasanya
ngeyel terus
marah- marah.”GR, no.404-
422 Kurangnya
perhatian dari
pasangan sebagai pemicu
konflik “Ada lagi sih, kadang-
kadang aku suka jengkel kalau WH pergi itu masih
memikirkan diri sendiri. WH masih pengen maen-maen.
Lupa mungkin kalau dia sudah punya anak.” GR, no
376-381 “Katanya
aku lebih
mementingkan mereka
daripada dia,
padahal sebelumnya gak apa-apa itu,
aku juga sudah minta ijin
sama dia
dan katanya
dibolehin, gak apa-apa tapi kenyataannya
marah- marah
”. GR, no. 429-436 Kecemburuan
dari pasangan
sebagai pemicu pertengkaran
“Ada, istri cemburuan. Contohnya saja, kalau cerita
sama dia menyangkut teman kerja
cewek, pasti
dia langsung marah-
marah.” BA, no. 450-453.
“Awal mulane emang anu apa, banyak
pertengkaran, yo
biasalah cemburu ”. AB, no.
89-91. “Selain itu, awal-awal nikah
dulu, ada mantannya suami yang coba sms suami saya.
Dia ngakunya mau ngundang reuni, tapi ternyata itu hanya
akal-akalan dia saja, jelas aku marah-marah
karena gak
terima ”. AB, no. 637-644
“Aku sama WH paling cemburu saja. Dari dulu
biasanya cemburu”. GR, no.168-170
“Kalau aku sendiri, karena salah
paham, cemburu.
Salah paham kalau sering ada cewek yang sms. Cuma
itu sih, masalah sepele, gara- gara ada cewek yang sms.
Temen dia banyak, cewek- cewek banyak yang sms.
Kalau aku kan gak punya teman
cowok. Temenku
cewek semua”.WH, no. 145- 154
Mengalah terhadap
pasangan adalah salah satu cara
menyelesaikan pertengkaran
“Aku sebagai kepala rumah tangga,
harus mengalah.
Harus mengalah juga to, meskipun aku benar, aku harus
mengerti istri aku, soalnya aku kepala rumah tangga”. BA,
“Kalau dari dia biasanya langsung marah-marah sama
aku. Kalau aku, ngalah saja
”. GR, no. 196-198 “Aku dulu. Aku mencoba
yang mengalah.
Sebagai
no. 370-375 “Soal’e nek aku bertengkar tu
biasane aku yang diem, aku yang ngalah, agak ngalah
…... Cuma aku nek misale pas bertengkar yo kadang kan
ada perbedaan pendapat, aku gini,
dia gini,
trus aku
menyikapine ya aku ngalah lah. Wis diem wae, ntar dia
juga sadar sendiri. Yo wis gitu”. AB, no. 272-283
seorang suami, dan WH yang keras kepala, aku ngalah
”. GR, no. 263-266
“Aku saja yang mengalah, WH itu gak pernah mau
mengalah. Jadi selama ini, aku
yang mengalah,
mengajak baikan dulu”. GR, no. 345-349
“Suami aku, karena dia tidak betah lama-lama bertengkar
dengan aku. Kalau dari aku, aku tidak mau memulai untuk
berbaikan. Kalau aku betah lama bertengkar
”. WH, no. 246-251
“Yang mengajak berbaikan itu suami. Kalau dari aku itu
cuek. Sorry aja buat ngajak berbaikan, gak mau
”. WH, no. 285-289
“Misal aku yang salah atau dia yang salah, tetap tidak
mau memulai baikan, biar suami saja yang mulai.
Sudah kebiasaan seperti itu dari dulu, dari pacaran.
Untungnya suamiku tidak
betah lama bertengkar”. WH, no. 304-311
Melibatkan orang
lain digunakan
untuk menyelesaikan
pertengkaran “Paling ya sama apa, sama
orangtua aja lah supaya gak tahu to, malu kalau sama
orang lain ”. BA, no. 381-383
“Kalau itu permasalahannya gak selesai, ya udah, kalau
orangtua tahu, kalau maju ya udah lah gak apa-
apa”. BA, no. 414-418
“Sama ibu, yo kadang nek ibu kan biasanya ngomong sama
bapak. Ngomong sama bapak, trus nanti bapak kan ngasih
nasehat sama aku”. AB, no. 422-426
“Kalau dulu hanya sama orangtuaku saja”. GR, no.
272-273
Menghindar dari
pasangan atau
masalah digunakan
untuk meredakan
masalah dalam rumah tangga
“Kalau suamiku tu gini, nek lagi
bertengkar, dia
trus pergi.” AB, no. 483-485
“Diem-dieman, gak mau menyapa, gak mau dekat-
dekat. Namanya juga baru marahan”. WH, no. 157-
159
Menuruti kemauan
pasangan adalah “Ya kita bicaranya mau
gimana, aku
turutin, aku
nurutin AB ”. BA, no. 428-
“ibu mau apa, nanti ayah beliin deh. Kalau kayak gitu,
biasanya WH luluh”. GR,
salah satu cara untuk
menyelesaikan pertengkaran
430. “dia
kemauannya apa.
Misalnya minta apa ya, misal minta cium ya tak kasih cium.
Asal dia baikan lagi. Menuruti kemauannya lah”. BA, no.
443-447 no. 308-311
Membicarakan berdua dengan
pasangan sebagai
salah satu
cara menyelesaikan
konflik “Rencananya
kita mau
membicarakan permasalahannya.
Misalkan kita, aku ajak AB kemana,
misal ke kafe atau kemana, itu aja to
”. BA, no. 407-411 “Ngomong baik-baik, trus
udah baik lagi ”. AB, no. 502-
503 “Cara yang efektif, ngomong
baik-baik, bicara dari hati ke hati, bicara berdua.” AB, no.
519-601 Saling
memahami atau pengertian
antara pasangan digunakan
untuk meredakan
konflik Ho’o, yo aku mengerti dia, dia
yo mengerti aku. AB, no. 113- 114
“.... knapa to kok kayak gini, kok bisa kayak gini. Trus yo
istilahe curhat lah. Aku kayak gini, aku ngene-ngene, kayak
gitu.” AB, no. 603-607 “Saling mengerti dan saling
tidak egois kedua- duanya.”
GR, no. 341-342
“Ya aku memahami, kalau aku salah, aku juga minta maaf.”
BA, no. 272-273 Mengajak
bercanda dan
merayu antar
pasangan digunakan
untuk menyelesaikan
pertengkaran “Pandang-pandangan.
Hahaha ” AB, no. 337
“Aku biasanya langsung ngerayu-ngerayu WH
”. GR, no. 302-304
“Kalau gak kayak gitu, ya aku goda-godain aja, aku
ajak bercanda. Soalnya aku itu gak betah lama-lama
untuk bertengkar.
Repot kalau pas bertengkar sama
WH ”. GR, no.311-316
“Caranya dengan dirayu- rayu atau diajak bercanda.
Itu yang efektif ”. GR, no.
349-351 Sikap
biasa seperti
tidak bertengkar
digunakan agar masalah
tidak membesar
“Ya kita emang biasa aja, ... Tetep biasa meskipun dia itu
marah. Kalau aku terus pas posisi marah, trus aku nyapa
AB trus marah-marah, nanti ngelunjak to kemarahannya.
Mending aku seperti biasa aja, meskipun dianya dongkol, aku
sapa baik- baik saja”. BA, no.
302-311
D. Deskripsi Tema