Uji Normalitas Evaluasi Model One-Step Approach to SEM

55

4.3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 1 yaitu sebesar  2,58. Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariate diantara  2,58 dan itu berarti asumsi normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya. Tabel 4.13. Normalitas Data Variable min max kurtosis c.r. X11 3 7 - 0,369 - 0,782 X12 3 7 0,493 1,047 X13 3 7 - 0,059 - 0,125 X21 3 7 - 0,783 - 1,660 X22 2 7 - 0,143 - 0,303 X23 3 7 - 0,873 - 1,851 X31 3 7 - 0,024 - 0,051 X32 4 7 - 0,751 - 1,593 X33 3 7 - 0,141 - 0,299 Y1 3 7 0,108 0,229 Y2 2 7 0,690 1,463 Y3 3 7 0,136 0,289 Multivariate 7,594 2,153 Batas Normal ± 2,58 Sumber : Lampiran 3 Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Kurtosis Value dari data yang digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut Z-value. Bila nilai-Z lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 [1] yaitu sebesar ± 2,58. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 56 Hasil uji menunjukkan bahwa nilai c.r. mutivariate berada di antara ± 2,58 yaitu 2,153 itu berarti asumsi normalitas terpenuhi. Fenomena ini tidak menjadi masalah serius seperti dikatakan oleh Bentler Chou [1987] bahwa jika teknik estimasi dalam model SEM menggunakan maximum likelihood estimation [MLE] walau ditribusi datanya tidak normal masih dapat menghasilkan good estimate, sehingga data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

4.3.6. Evaluasi Model One-Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model dan structural model yang diestimasi secara bersama-sama one – steep approach to SEM . Digunakan bila model dilandasi teori yang kuat serta validitas dan reliabilitas data sangat baik Hair, et,al, 1998. Gambar 4.1. Model Pengukuran dan Struktural Base Model MODEL PENGUKURAN STRUKTURAL Ad Message, Purchase Intention Model Specification : One Step Approach - Base Model Content X11 er_1 1 1 1 Ad Message d_co 1 X12 er_2 1 X13 er_3 1 Purchase Intention d_pi Y1 er_10 1 1 1 Format X21 er_4 d_fo X22 er_5 X23 er_6 1 1 1 1 1 Source d_so X31 er_7 1 1 1 Y2 er_11 1 Y3 er_12 1 X32 er_8 1 X33 er_9 1 Sumber : Data Diolah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 57 Tabel 4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Base Model Kr it er ia Hasil Nilai Kr it is Ev aluasi Model CminDF 1,144 ≤ 2,00 baik Probability 0,237 ≥ 0,05 baik RMSEA 0,035 ≤ 0,08 baik GFI 0,939 ≥ 0,90 baik AGFI 0,900 ≥ 0,90 baik TLI 0,972 ≥ 0,95 baik CFI 0,981 ≥ 0,94 baik Sumber : Lampiran 3 Dari hasil evaluasi terhadap model one step base model ternyata dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya menunjukkan hasil evaluasi model yang baik, berarti model telah sesuai dengan data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori telah sepenuhnya didukung oleh fakta. Dengan demikian model ini adalah model yang terbaik untuk menjelaskan keterkaitan antar variabel dalam model.

4.3.7. Analisis Unidimensi