Aktivitas antimikroba metil paraben berada dalam rentang pH 4-8. Semakin tinggi pH sistem, maka aktivitas antimikroba semakin turun Haley, 2009.
E. Ekstraksi
Proses ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang aktif pada daun mengkudu dalam menyembuhkan luka. Ekstraksi merupakan
kegiatan penarikan bahan yang terkandung dengan pelarut cair yang sesuai. Ekstraksi umumnya dapat dilakukan secara maserasi, perkolasi, infusa, refluks,
soxhlet, dan destilasi uap Depkes RI, 2000. Ekstraksi dilakukan untuk mendapatkan ekstrak daun mengkudu dengan
melewati proses maserasi dan remaserasi. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya Depkes RI, 2000. Pada proses maserasi, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan terlarut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan terpekat
didesak ke luar. Peristiwa tersebut terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain Depkes RI, 1986. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi daun mengkudu ialah etanol 70.
Senyawa aktif dalam ekstrak daun mengkudu yang berupa flavonoid, triterpenoid,
alkaloid merupakan senyawa yang cukup polar dan larut dalam pelarut organik, sehingga etanol dapat digunakan sebagai pelarut agar senyawa aktif yang didapat
maksimal.
F. Landasan Teori
Ekstrak etanol
daun mengkudu
memiliki kemampuan
dalam menyembuhkan luka. Ada beberapa komponen utama ekstrak etanol daun
mengkudu yang mampu menyembuhkan luka yaitu flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid Nayak et al., 2009. Flavonoid berperan pada fase proliferasi dan
remodelling jaringan selama proses penyembuhan luka Patil et al., 2012, triterpenoid memiliki efek astringent dan antimikroba dalam meningkatkan
penyembuhan luka Soni and Singhai, 2012, serta alkaloid sebagai antibakteri Wijaya et al., 2014. Ketiga komponen senyawa tersebut mampu meningkatkan
kecepatan epitelisasi jaringan luka. Ekstrak etanol daun mengkudu ini larut dalam air sehingga dapat
diformulasikan dalam bentuk sediaan hidrogel. Hidrogel merupakan jaringan tiga dimensi yang terdiri dari polimer-polimer hidrofilik Winfield and Richards,
2004. Wujud dari hidrogel ini transparan sehingga tidak terlihat berminyak saat sediaan diaplikasikan pada kulit, selain itu juga memberikan sensasi dingin
sehingga bisa diterima dan nyaman digunakan penderita luka. Komponen utama pada hidrogel ialah gelling agent. Peneliti Chandira et
al. 2010 memaparkan tentang sifat fisik daya sebar dan viskositas dan stabilitas gel dengan jenis dan konsentrasi gelling agent yang berbeda untuk tiap
formula. Salah satu jenis gelling agent yang digunakan ialah CMC-Na. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa konsentrasi gelling agent yang ditambahkan
dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan gel pada semua formula yang diuji. CMC- Na digunakan sebagai basis gel dalam formulasi gel ekstrak daun mengkudu
dengan menggunakan perbedaan konsentrasi CMC-Na dalam menguji sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Stabilitas fisik sediaan gel dilihat dengan penyimpanan
sediaan selama 28 hari pada suhu kamar. Peneliti Sanjaya 2013 menyatakan gel dari daun petai cina yang berbentuk hidrogel dengan gelling agent CMC-Na dan
humektan propilen glikol memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan 1 bulan. Stabilitas fisik meliputi organoleptis, daya sebar, viskositas, dan pH.
Komponen-komponen gel berupa CMC-Na dan propilen glikol digunakan dalam formulasi gel ekstrak daun mengkudu dan dilakukan masa penyimpanan selama
28 hari untuk menguji stabilitas fisiknya.
G. Hipotesis