Gambaran Berat Jenis Dan Glukosa Pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September - November 2014
GAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN
PERIODE SEPTEMBER
–
NOVEMBER 2014
OLEH:
GUNAWAN WIJAYA SETIAWAN
110100246
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
GAMBARAN BERAT JENIS DAN GLUKOSA PADA URIN
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUP H.
ADAM MALIK MEDAN
PERIODE SEPTEMBER
–
NOVEMBER 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
OLEH:
GUNAWAN WIJAYA SETIAWAN
110100246
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
(4)
ii
ABSTRAK
Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit yang sering ditemukan di seluruh dunia. Perjalanan penyakit dari diabetes mellitus tipe 2 ini umumnya diawali dengan resistensi insulin dimana insulin tidak sensitif dalam metabolisme glukosa. Jika keadaan ini terus berlangsung maka glukosa didalam darah akan meningkat yang kemudian akan ditemukan glukosa didalam urin. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa terjadi peningkatan 1% kasus DM di Indonesia dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Pengambilan dan pengumpulan data dimulai pada bulan September sampai dengan November 2014 di bagian poliklinik endokrinologi RSUP H.Adam Malik Medan. Cara pengambilan sampel yaitu dengan metode total sampling. Data yang diteliti berupa data primer (subjek penelitian).
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ada sebanyak 30 pasien. Dari 30 pasien DM tipe 2 diperoleh data bahwa kasus yang ditemukan lebih banyak terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun (43,3%), pada jenis kelamin perempuan (60%), kelompok pekerjaan pegawai (63,3%), dan tingkat pendidikan D1-D3/PT (33,3%). Sedangkan pada 30 pasien yang diteliti berat jenis urinnya diperoleh semua hasilnya normal.
(5)
iii
ABSTRACT
Type 2 Diabetes mellitus is a disease that is often found around the world. Development of the disease is usually because of insulin resistance which become less sensitive in glucose metabolism. If this condition continues, the blood glucose will increase until it can be found in urine. According to data from Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) that the data increase of 1% of cases from 2007 to 2013.
This research was done by using the type of descriptive method Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan desain cross sectional study. Data collected from September to November 2014 at the endocrinology clinic of RUSP H. Adam Malik Medan. The sample was chosen by total sampling method. The data examined in the form of primary data (research subjects).
Subject who meet the inclusion and exclusion criteria are 30 patients. In the result of research from this 30 patients, the data showed that the cases were found to be more in 55-64 years age group(43,3%), the female gender(60%), employee(63,3%), and D1-D3/PT level of education (33,3%). As for the specific gravity of urine in all of these patients were normal.
(6)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat pada waktunya. Proposal penelitian ini yang berjudul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September – November 2014”, disusun penulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam proses penyusunan proposal penelitian ini, penulis mendapatkan kesulitan dan hambatan namun penulis memperoleh bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen Pembimbing, dr. Muhammad Syahputra, M.Kes yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya di tengah kesibukan beliau untuk memberikan arahan, dukungan, dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan proposal penelitian ini.
2. Dosen Penguji, dr. Masyitah, Sp.A dan dr. Zuhrial Zubir, Sp.PD KAI yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya di tengah kesibukan beliau untuk memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan kepada penulis dalam penyusunan proposal penelitian ini.
3. Semua staf pengajar Ilmu Kesehatan Kedokteran (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi pengajaran, pengarahan, dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.
(7)
v
4. Keluarga tercinta yang telah membesarkan, mengasihi, mendoakan, dan senantiasa memberikan semangat kepada penulis sehingga proposal penelitian ini dapat selesai.
5. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 yang selalu mendukung penulis selama penyusunan proposal penelitian ini.
Usaha dan kerja keras telah dilakukan penulis selama proses penyusunan proposal penelitian ini, namun penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan proposal penelitian ini.
Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan dapat menjadi rujukan bagi penulisan proposal berikutnya di masa yang akan datang.
Medan, 2 Juni 2014
(8)
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR ISTILAH ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas dalam Metabolisme Glukosa 4 2.2 Diabetes Mellitus ... 7
2.2.1 Definisi ... 7
2.2.2 Epidemiologi ... 8
2.2.3 Klasifikasi ... 11
2.2.4 Komplikasi ... 13
2.3 Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 14
2.3.1 Faktor Risiko ... 14
2.3.2 Patofisiologi ... 15
2.3.3 Diagnosis ... 16
(9)
vii
2.4.1 Pengertian Urin ... 16
2.4.2 Macam-Macam Pengambilan Spesimen ... 17
2.5 Berat Jenis Urin ... 19
2.5.1 Metode Pengukuran ... 20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 21
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21
3.2 Definisi Operasional ... 21
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1 Jenis Penelitian ... 23
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.3 Populasi dan Sampel ... 23
4.3.1 Populasi ... 23
4.3.2 Sampel ... 23
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... . 24
4.4 Metode Pengumpulan Data ... 24
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
5.1 Hasil Penelitian... 26
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... . 26
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian... 26
5.1.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia... 27
5.1.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 27
5.1.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan... 28
5.1.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 28
5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin ... 29
(10)
viii
5.2 Pembahasan ... 30
5.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia ... 30
5.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin... 31
5.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan... 32
5.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 32
5.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Dan Berat Jenis ... 33
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
6.1 Kesimpulan ... 34
6.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 36
(11)
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus ... 10
5.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia ... 27
5.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27
5.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan ... 28 5.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat
Pendidikan...
28 5.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa
Urin ...
29 5.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis
Urin ...
(12)
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas ... 4
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans ... 5
Gambar 2.3 Reseptor Insulin ... 7
Gambar 2.4 Jumlah Sampel Penyakit Tidak Menular ... 8
Gambar 2.5 Urinometer ... 20
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 21 Gambar 5.1 Grafik Berat Jenis Urin Dengan Peningkatan
Kadar Glukosa Urin...
30
(13)
xi
DAFTAR ISTILAH
ADA : American Diabetes Association
Ca2+ : Kalsium
DM : Diabetes Mellitus
FPG : Fasting Plasma Glucose GFR : Glomerular Filtration Rate GGK : Gagal Ginjal Kronis
GTT : Glucose Tolerance Test HNF : Hepatocyte Nuclear Factor IPF : Insulin Promoter Factor IRS : Insulin Receptor Substrate
K+ : Kalium
Mg2+ : Magnesium
MODY : Maturity-Onset Diabetes of the Young NaCl : Sodium chloride
NH4+ : Ammonium
OGTT : Oral Glucose Tolerance Test PO43- : Fosfat
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar SO42- : Sulfat
UCP : Uncoupling Protein
WHO : World Health Organization
(14)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan
Lampiran 4 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan
Lampiran 5 Data Induk Penelitian Lampiran 6 Output SPSS
Lampiran 7 Surat Pengantar Izin Penelitian dari USU ke RSUP. H. Adam Malik Medan
(15)
ABSTRAK
Akhir-akhir ini, minuman bero ksigen dipasarkan di seluruh dunia dengan klaim bahwa air minuman ini dapat meningkatkan kebugaran tubuh manusia dengan kandungan tujuh kali kadar oksigen lebih tinggi dari minuman air putih biasa. Penelitian yang dilakukan berkaitan manfaat minuman beroks igen terhadap tingkat kebugaran masih sangat sedikit.
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh minuman beroksigen dengan minuman air putih biasa terhadap tingkat kebugaran dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang hasil dari penelitian ini.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode Rancangan Postes dengan kelompok kontrol . Sampel penelitian merupakan laki-laki yang berusia 18 sampai 20 tahun, mahasiswa stambuk 2012 di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (n=34). Sampel dibagi kepada dua kelompok secara acak sederhana, kelompok yang meminum air beroksigen(n=17) dan kelompok yang meminum air putih biasa(n=17). Setelah itu, dilakukan latihan fisik, Harvard Step Test. Kemudian, dilakukan pengukuran Indeks Kebugaran Tubuh. Dikarenakan data tidak berdistribusi normal, hasil data dilakukan dengan menggunakan uji Mann -Whitney U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p value 0,143) , yaitu berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh minuman beroksigen dengan minuman air putih biasa terhadap tingkat kebugaran .
(16)
ABSTRACT
Lately, oxygenated drinks marketed worldwide claims that it imp roves physical fitness level; with oxygen content seven times higher than in plain water. Very less researches had been conducted relating to benefits of oxygenated drinks on physical fitness level.
The purpose of this study is to determine the differences in effects of oxygenated drinks with plain water on the fitness level and to provide sufficient information to the public about the results of this study.
This research is an experimental study with the method, Postest Only Control Group Design. The samples involved are men aged 18 to 20 years old, students batch 2012 in Medical Faculty of Sumatera Utara University, (n=38). Samples were divided in two groups by simple random sampling, drinking oxygenated water(n=17) and drinking plain water(n=17). Harvar d Step Test, a physical fitness test is done on samples and then the Physical Fitness Index was measured. Because the data is not normally distributed, a Mann-Whitney U test was done to show the results.
In the results, there was no significant differenc es (p value 0,143) which means there is no differences in effects of oxygenated drinks with plain water on the fitness level.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit sistemik yang sampai sekarang menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 4 di dunia dengan angka penderita DM terbanyak di dunia setelah India, China dan U.S.. Dan diperkirakan bahwa Indonesia akan tetap menduduki peringkat ke 4 pada tahun 2030 mendatang (Wild et al, 2004).
Penderita DM mengalami hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein oleh karena gangguan sekresi insulin, atau kerja insulin, dan bisa bersamaan antara sekresi dengan kerjanya (WHO, 1999).
Menurut American Diabetes Association/ADA(2010) DM yang paling umum dijumpai ada 2 tipe yaitu DM tipe 1 (5-10% kasus), biasanya disebabkan karena autoimun tubuh pasien sendiri dan DM tipe 2 (90-95% kasus) yang biasa disebabkan karena adanya resistensi insulin. Kebanyakan penderita DM tipe 2 mengalami obesitas dan dengan kadar glukosa darah yang meningkat.
Menurut Silbernagl dan Lang (2000), kadar glukosa darah yang terlalu banyak melebihi transport maksimum renal akan diekskresikan ke dalam urin atau disebut dengan glukosuria.
Pada penderita yang mengalami glukosuria dengan kadar glukosa yang tinggi, akan menyebabkan peningkatan berat jenis urin yang melebihi angka normal (1003- 1035). Bila berat jenis urin melebihi angka normal, artinya urin
(18)
2
yang diperiksa tersebut menjadi pekat. Berat jenis juga dapat dipengaruhi oleh adanya protein dalam urin (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Menurut Redhead (1960), dalam 1991 partisipan yang diteliti terdapat 105 partisipan yang terdapat glukosuria. Dalam 105 partisipan yang glukosuria terdapat 58 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Insidensi glukosuria tertinggi juga terdapat pada kelompok umur 30-39.
Urin yang pekat akan memperberat kerja ginjal, sehingga dapat menyebabkan peningkatan risiko gagal ginjal pada pasien DM. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan tes sederhana sebagai screening awal pasien DM tipe 2 dengan memeriksa berat jenis dan glukosa pada urin penderita DM tipe 2.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, permasalahan yang diambil yaitu bagaimana gambaran glukosa urin dan berat jenis urin pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan periode September - November 2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk melihat gambaran berat jenis urin dengan kadar glukosa urin pada penderita DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan periode September - November 2014.
(19)
3
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat : 1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan peneliti dalam pemeriksaan urin, khususnya pada pemeriksaan berat jenis dan kadar glukosa urin. b. Menambah pengetahuan peneliti tentang penyakit DM tipe 2. 2. Bagi Masyarakat
a. Menambah wawasan kepada masyarakat, khususnya penderita DM beserta keluarga tentang pemeriksaan berat jenis dan glukosa urin.
b. Menambah wawasan tentang komplikasi pada penyakit DM sehingga pasien menjadi lebih waspada dan berhati-hati dalam menjaga kesehatan.
3. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan data pada penelitian yang terkait.
(20)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Pankreas dalam Metabolisme Glukosa
Pankreas merupakan organ retroperitoneal yang terletak di bagian posterior dari dinding lambung. Letaknya diantara duodenum dan limfa, di depan aorta abdominalis dan arteri serta vena mesenterica superior (Gambar 2.1). Organ ini konsistensinya padat, panjangnya ±11,5 cm, beratnya ±150 gram. Pankreas terdiri bagian kepala/caput yang terletak di sebelah kanan, diikuti corpus ditengah, dan cauda di sebelah kiri. Ada sebagian kecil dari pankreas yang berada di bagian belakang Arteri Mesenterica Superior yang disebut dengan Processus Uncinatus (Simbar, 2005).
Gambar 2.1 Anatomi Pankreas
(21)
5
Jaringan penyusun pankreas (Guyton dan Hall, 2006) terdiri dari :
Jaringan eksokrin, berupa sel sekretorik yang berbentuk seperti anggur yang disebut sebagai asinus/Pancreatic acini (Gambar2.2), yang merupakan jaringan yang menghasilkan enzim pencernaan ke dalam duodenum.
Jaringan endokrin yang terdiri dari pulau-pulau Langerhans/Islet of
Langerhans (Gambar2.2) yang tersebar di seluruh jaringan
pankreas, yang menghasilkan insulin dan glukagon ke dalam darah.
Gambar 2.2 Asinus dan pulau Langerhans
Sumber : Guyton & Hall, 2006
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010) yaitu:
1. Sel α (sekitar 20%), menghasilkan hormon glukagon.
2. Sel ß (dengan jumlah paling banyak 70%), menghasilkan hormon insulin.
3. Sel δ (sekitar 5-10%), menghasilkan hormon Somatostatin. 4. Sel F atau PP (paling jarang), menghasilkan polipeptida pankreas.
(22)
6
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama, ketika sel oto melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeabel terhadap glukosa. Kedua, ketika beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan meningkat dan pankreas akan mengeluarkan insulin yang banyak. Insulin yang meningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport glukosa ke dalam sel (Guyton dan Hall, 2006).
Insulin dihasilkan didarah dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh plasma ±6 menit, bila tidak berikatan dengan reseptor pada sel target, maka akan didegradasi oleh enzim insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu 10-15 menit (Guyton dan Hall, 2006).
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit yang berikatan dengan ikatan disulfida yaitu dua subunit-α yang berada di luar sel membran dan dua unit sel-ß yang menembus membran (Gambar 2.3). Insulin akan mengikat serta mengaktivasi reseptor α pada sel target, sehingga akan menyebabkan sel ß terfosforilasi. Sel ß akan mengaktifkan tyrosine kinase yang juga akan menyebabkan terfosforilasinya enzim intrasel lain termasuk insulin-receptors substrates (IRS) (Guyton dan Hall, 2006).
(23)
7
Gambar 2.3 Reseptor Insulin
Sumber : Guyton dan Hall, 2006.
Dalam tubuh kita terdapat mekanisme reabsorbsi glukosa oleh ginjal, dalam batas ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira 100mg glukosa/100ml plasma dengan GFR/Glomerular Filtration Rate 125ml/menit. Glukosa akan ditemukan diurin jika telah melewati ambang ginjal untuk reabsorbsi glukosa yaitu 375 mg/menit dengan glukosa di plasma darah 300mg/100ml (Sherwood, 2011).
2.2 Diabetes Mellitus 2.2.1 Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah kumpulan penyakit metabolik dengan hiperglikemi yang bisa disebabkan oleh kekurangan insulin, kerja insulin yang menurun, atau keduanya. Hiperglikemi yang berlanjut hingga kronik pada penderita DM akan menyebabkan kerusakan , disfungsi, maupun kegagalan organ lain, khususnya mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah (American Diabetes Association, 2011).
(24)
8
2.2.2 Epidemiologi
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar / Riskesdas tahun 2013, seluruh sampel yang didampat akan dikelompokkan menjadi penyakit menular dan penyakit tidak menular. DM termasuk dalam kelompok yang tidak menular dengan total sampel untuk penderita DM, hipertiroid, hipertensi, jantung koroner, stoke, gagal ginjal kronis/GGK, batu ginjal dan penyakit sendi/rematik yang ≥15 tahun adalah berjumlah 722.329. Dengan perincian laki-laki 347.823 dan perempuan 374.506 (Gambar2.4) (Riskesdas, 2013).
Gambar 2.4 Jumlah Sampel Penyakit Tidak Menular
(25)
9
Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa kasus penderita DM di Indonesia terjadi peningkatan dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Pada hasil yang dicantumkan dalam Riskesdas, terdapat nilai prevalensi pada para responden yang diberi pertanyaan secara terstruktur. Responden ditanya apakah pernah didiagnosis oleh dokter, jika sudah pernah terdiagnosa maka akan diberi tanda D (Diagnosa). Jika belum terdiagnosis akan ditanya mengenai apakah sekarang sedang menderita gejala klinis penyakit diabetes. Gejala klinis yang ditanya kepada responden adalah apakah dalam 1 bulan terakhir ini ada merasa sering lapar, sering haus dan sering buang air kecil dalam jumlah banyak serta berat badan yang menurun, jika responden telah memiliki gejala maka akan diberi tanda G (Gejala). Jadi hasil yang diperoleh sebagai prevalensi penyakit adalah data yang diperoleh dari yang telah terdiagnosis dan yang memiliki gejala (D/G). Di Sumatera Utara sendiri didapatkan nilai D/G sebesar 2,3. Sedangkan untuk data Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.1 (Riskesdas, 2013).
(26)
10
Tabel 2.1 Prevalensi Diabetes Mellitus
(27)
11
Pada tabel 2.1 didapati bahwa prevalensi DM pada wanita cenderung lebih tinggi daripada pria, dan pada perkotaan dijumpai lebih banyak kasus DM dibanding dengan pedesaan. Prevalensi DM juga cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan tingkat pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan yang tinggi.
2.2.3 Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association / ADA (2013), DM dikelompokkan menjadi :
1. Diabetes tipe 1 (kerusakan sel beta pankreas, umumnya kearah defisiensi insulin absolut)
a) Immune mediated
b) Idiopatik
2. Diabetes tipe 2 (beragam dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin yang relatif sampai dengan predominan gangguan sekresi dengan resistensi insulin)
3. Tipe spesifik lain
a) Kelainan genetik dari fungsi sel beta
MODY3 (Kromosom 12, HNF-1α)
MODY1 (Kromosom 20, HNF-4α)
MODY2 (Kromosom 7, glukokinase)
Bentuk MODY yang sangat jarang (Kromosom 13, Faktor Promoter Insulin-1/IPF-1; MODY4)
Diabetes neonatus transien (umumnya pada ZAC/HYAMI pada 6q24)
Diabetes neonatus permanen ( umumnya pada gen KCNJ11)
DNA Mitochondria dan lain-lain. b) Kelainan genetik dari fungsi insulin
Resistensi insulin tipe A
(28)
12
Lipoatropik Diabetes dan lain-lain. c) Gangguan penyakit eksokrin pankreas
Pankreatitis
Trauma/pankreatektomi
Neoplasia
Kista fibrotik
Hemokromatosis
Fibrokalkulus pankreatopati dan lain-lain d) Gangguan penyakit endokrin
Akromegali
Sindroma Cushing
Glucagonoma
Feokromositoma
Hypertiroidisme
Somatostatinoma dan lain-lain. e) Obat-obatan atau zat toksik
Vacor
Pentamidine
Asam nikotin
Glukokortikoid
Hormon tiroid
Diazoxide
ß-Adrenergic agonist
Thiazides
Dilantin
γ-Interferon dan lain-lain. f) Infeksi
Rubella kongenital
Sitomegalovirus dan lain-lain.
(29)
13
Sindroma Stiff-man
Antibodi reseptor anti-insulin dan lain-lain.
h) Sindroma genetik lain yang kadang disertai diabetes
Sindroma Down
Sindroma Klineferter
Sindroma Turner
Sindroma Wolfram
Ataksia Friedreich
Korea Huntington
Sindroma Laurence-Moon-Biedl
Distrofi miotonik
Porfiria
Sindroma Prader-Willi dan lain-lain. 4. Diabetes Mellitus Gestasional
2.2.4 Komplikasi
Menurut Fowler (2008), komplikasi DM dibagi menjadi:
1. Komplikasi makrovaskuler yaitu aterosklerosis. Ateroskelerosis merupakan inflamasi kronis dan kerusakan endotelial arteri. Pada komplikasi ini juga akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular, yaitu dengan tersumbatnya arteri koroner oleh plak yang terlepas dari arteri tersebut.
2. Komplikasi mikrovaskuler, antara lain: a. Retinopati Diabetikum
Retino Diabetikum ini disebabkan oleh peningkatan glukosa yang menyebabkan masuknya molekul glukosa ke retina melalui jalur poliol. Jalur ini memiliki enzim yang dinamakan Aldose
(30)
14
reduktase. Enzim ini dicurigai sebagai penyebab komplikasi diabetes.
b. Neuropati Diabetikum
Neuropati perifer pada diabetes memiliki beberapa bentuk, termasuk didalamnya sensori, fokal/multifokal, dan neuropati otonomik. Sebanyak 80% pasien diabetes menjalani amputasi kaki akibat ulkus dan kerusakan yang disebabkan oleh hal ini.
2.3 Diabetes Mellitus Tipe 2 2.3.1 Faktor Risiko
Menurut Valliyot et al (2013), faktor risiko DM tipe 2 terdiri dari: 1. Genetik
Orang yang mempunyai riwayat keluarga yang menderita diabetes akan memiliki risiko sebesar 3 kali dibanding dengan pasien yang tidak memiliki riwayat dibetes dalam keluarga.
2. Hipertensi
Orang dengan hipertensi sistolik akan memiliki risiko 4,6 kali untuk menjadi diabetes.
3. Usia
Pada penelitian ini disebutkan bahwa kelompok orang usia diatas 50 tahun keatas akan memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita diabetes dibanding dengan kelompok usia 20-30 tahun.
Orang yang memiliki usia yang tua akan mengalami peningkatan tekanan darah sistolik secara progresif, yang disebabkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah, fibrosis pembuluh darah dan penurunan pengisian dalam vaskular.
(31)
15
4. Rokok
Pada penelitian ini didapatkan bahwa orang yang merokok meningkatkan risiko terkena diabetes.
5. Aktivitas Fisik
Orang yang kerja berat akan memiliki risiko 89% lebih kecil dibanding orang yang kerja ringan. Tetapi pekerjaan yang dilakukan juga harus didukung oleh aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang. Misalnya orang yang menggunakan waktu luang tersebut dengan pesta makan dan dengan orang yang berolahraga.
Selain faktor diatas, menurut Baliunas et al (2009) , alkohol dapat menjadi faktor protektif yang mencegah DM maupun faktor risiko yang meningkatkan risiko DM, tergantung dari kadar yang dikonsumsi. Pada laki-laki, alkohol akan menjadi faktor protektif pada kadar 22g/hari, dan akan menjadi faktor risiko dengan kadar diatas 60g/hari. Sedangkan pada perempuan, alkohol akan menjadi faktor protektif pada kadar 24g/hari, dan menjadi faktor risiko jika kadar diatas 50g/hari.
2.3.2 Patofisiologi
Menurut Kohei (2010), patofisiologi Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan karena :
Resistensi insulin
Resistensi insulin ini sering dihubungkan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan(hiperglikemia, free fatty acids, dan lain-lain). Faktor genetik didalamnya tidak hanya termasuk dalam gangguan reseptor insulin dan insulin receptor substrate (IRS)-1 gene , tetapi juga disebabkan gangguan gen lain misalnya ß3 reseptor adrenergik dan uncoupling protein (UCP).
Penurunan sekresi insulin
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa terjadi penurunan respon tubuh terhadap sekresi insulin sebelum maupun sesudah makan. Penurunan
(32)
16
sekresi insulin ini umumnya progresif, jika tidak diobati akan meyebabkan toksisitas glukosa dan toksisitas lemak. Dalam keadaan ini, sel ß pankreas akan mengalami penurunan. Pada penderita akan ditemukan kadar glukosa dalam plasma darah akan meningkat setelah makan dikarenakan oleh resistensi insulin dan penurunan sekresi pada fase awal, sehingga dalam waktu yang lama akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa yang permanen.
2.3.3 Diagnosis
Diagnosis menurut ADA(1997), diagnosis dengan pemeriksaan Fasting
Plasma Glucose/FPG ≥7,0 mmol/L (126mg/dL), sedangkan WHO(2006),
diagnosis dengan Oral Glucose Tolerance Test/OGTT 2 jam setelah makan dengan plasma glukosa ≥11,1 mmol/L (200mg/dL)( Olokoba et al, 2012).
2.4 Urinalisis 2.4.1 Pengertian Urin
Urin adalah suatu larutan yang terdiri dari urea dan komponen kimia anorganik lain. Urin normalnya mengandung 95% air dan 5% pelarut, tetapi kandungannya bisa dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, metabolisme tubuh, fungsi endokrin dan bahkan posisi tubuh (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Urea merupakan suatu zat sisa yang dihasilkan di hepar dari perombakan protein dan asam amino. Hampir setengah dari urea akan dikeluarkan melalui urin (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Adapun kandungan urin yang lain menurut Strasinger dan Lorenzo(2008), yaitu:
Organik a. Urea b. Kreatinin
(33)
17
c. Asam urat
d. Asam hipurat dan lain-lain
Anorganik
a. Sodium chloride (NaCl)
b. Kalium (K+) c. Sulfat (SO42-) d. Fosfat (PO43-) e. Ammonium (NH4+) f. Magnesium (Mg2+) g. Kalsium (Ca2+)
2.4.2 Macam-Macam Pengambilan Spesimen
Macam-macam pengambilan spesimen menurut Strasinger dan Lorenzo (2008) dibagi menjadi:
1. Urin sewaktu
Merupakan spesimen urin yang paling umum dan paling mudah didapat, karena dapat diperoleh kapan saja.
2. Urin Pagi
Urin ini merupakan urin yang paling ideal sebagai spesimen uji tapis. Cara pengambilan urin ini juga dapat mencegah false-negative pada tes kehamilan.
Kelebihan urin pagi / 8-hour specimen dibanding urin sewaktu, yaitu urin pagi ini akan terhindar dari pelarut yang akan mengganggu pemeriksaan didalam spesimen urin sewaktu. Pengambilan urin dilakukan pada saat bangun pagi dan dibawa ke laboratorium dalam waktu <2 jam.
(34)
18
3. Fasting specimen
Pada pengambilan spesimen ini, pasien tidak diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan apapun saat dimulainya periode puasa. Yang diharapkan dalam pemeriksaan ini adalah tidak ditemukan adanya hasil metabolik yang merupakan hasil metabolisme makanan.
4. Urin 2-Jam Postprandial
Urin 2-Jam Postprandial merupakan urin yang diperoleh pertama kali 2 jam setelah pasien mengonsumsi makanan. Urin ini digunakan untuk memeriksa glukosa, dan hasil dari pemeriksaan dapat digunakan untuk mengamati efek terapi pasien diabetes mellitus yang diberi terapi insulin.
5. Glukosa Toleransi Test(GTT)
Pada pengambilan spesimen ini, pasien harus melakukan puasa terlebih dahulu, kemudian akan diberi glukosa secara oral. Pemeriksaan kadar glukosa di urin dilakukan setelah ½ jam, 1 jam , 2 jam, 3 jam, dan bahkan 4 jam, 5 jam, dan 6 jam.
6. Urin 24-jam
Urin ini digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi substansi yang akan berubah dalam variasi harian dan dengan aktivitas sehari-hari, seperti: olahraga, makanan dan metabolime tubuh.
7. Urin Midstream
Urin midstream dilakukan untuk pemeriksaan kultur bakteri, karena sedikit terkontaminasi oleh sel epitel. Pasien diinstruksikan untuk tidak mengonsumsi antibiotik apapun sebelum pemeriksaan dilakukan.
(35)
19
8. Aspirasi Suprapubik
Pengambilan urin dengan cara menusukkan jarum suntik kebagian suprapubik abdomen untuk memeriksa kultur bakteri.
9. Spesimen Prostatitis
Mirip dengan cara pengambilan urin midstream hanya saja ditambah dengan pengambilan three-glass collection.
10.Spesimen Pediatrik
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, yaitu dengan cara menggunakan kantong plastik yang hipoalergenik yang disambungkan kealat kelamin anak.
11.Drug Specimen Collection
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kandungan obat dalam urin.
2.5 Berat Jenis Urin
Pemeriksaan berat jenis urin adalah pemeriksaan densitas / kekentalan urin. Urin mengandung air sebagai pelarut dan zat lain sebagai terlarut, maka tujuan pemeriksaan ini adalah untuk melihat ada seberapa banyak zat yang terlarut dalam urin (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Menurut Gaw et al (2011), pemeriksaan berat jenis ini mencerminkan konsentrasi zat terlarut dalam urin, semakin tinggi nilai berat jenis urin berarti urin tersebut semakin pekat.
(36)
20
2.5.1 Metode Pengukuran
1. Urinometer
Pengukuran menggunakan urinometer dengan cara melihat berat apung dari urin terhadap skala yang telah dikalibrasi (Gambar 2.5) . Meskipun telah dikalibrasi, pemeriksaan dengan menggunakan urinometer juga harus memperhatikan temperatur spesimen untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang sesuai.
2.Refraktometer
Seperti pemeriksaan urinometer, yaitu dengan menilai konsentrasi zat terlarut dalam spesimen. Pemeriksaan ini menggunakan index refraktif. Index refraktif merupakan perbandingan dari kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya dalam larutan.
Gambar 2.5 Urinometer
(37)
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
1. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah penyakit yang disebabkan karena kerja insulin yang tidak adekuat, sehingga menimbulkan kadar glukosa darah yang tinggi/ hiperglikemia(Sherwood, 2011).
2. Glukosa dalam urin adalah glukosa yang terkandung dalam urin yang disebabkan kadar glukosa plasma yang tinggi melebihi ambang batas ginjal(375mg/min) (Sherwood, 2011).
Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
Gambaran Berat Jenis dan Glukosuria
(38)
22
a. Cara ukur : dengan mengambil urin sewaktu pada pasien yang memiliki gejala polidipsi,
poliphagi, dan poliuri. b. Alat ukur : Glucose Test Kit c. Skala pengukuran : Ordinal
d. Hasil pengukuran :
Normal : 0 - 0.8 mmol/l (0 - 15 mg/dl)
Tinggi : >0.8 mmol
3. Berat jenis urin adalah konsentrasi zat yang terlarut dalam zat terlarut pada urin, semakin tinggi zat terlarut maka hasil berat jenis menjadi lebih tinggi. (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
a. Cara ukur : dengan menggunakan spesimen yang sama pada pemeriksaan glukosa urin
b. Alat ukur : Urinometer c. Skala pengukuran : Ordinal d. Hasil pengukuran :
Normal : 1003 – 1035
Tinggi : > 1035
4. Usia adalah lama hidup penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan tahun kelahiran.
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Interval
d. Hasil pengukuran : Kelompok umur dalam tahun (15-24, 25 34,35-44, 45-54, 55-64, 65-74, 75+) 5. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin dari pasien diabetes mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Nominal
(39)
23
6. Pekerjaan adalah mata pencaharian atau profesi penderita diabetes mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Nominal
d. Hasil pengukuran : Tidak bekerja, Pegawai, Wiraswasta, Petani/Nelayan/Buruh dan lainnya
7. Pendidikan adalah jenjang sekolah terakhir yang ditempuh pasien diabetes mellitus tipe 2
a. Cara ukur : dengan mengamati rekam medis b. Alat ukur : Rekam medis
c. Skala pengukuran : Ordinal
d. Hasil pengukuran : Tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA, tamat D1-D3/PT
(40)
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan satu kali untuk mendapatkan hasil penelitian tanpa adanya perlakuan terhadap sampel.
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan September sampai November 2014. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran USU.
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Mellitus yang baru didiagnosis selama periode September – November 2014 di Departemen Penyakit Dalam RSUP. Haji Adam Malik Medan.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian.
(41)
25
4.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria inklusi penelitian ini adalah seluruh pasien DM tipe 2 di Departemen Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan.
b. Kriteria eksklusi adalah pasien yang telah mempunyai komplikasi gagal ginjal.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer , yaitu data yang didapat langsung dari subjek penelitian.
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang telah dikumpul akan diolah dan dianalisis dalam program Statistic Package for Social Science(SPSS), yang selanjutnya akan disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
(42)
26
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian poliklinik endokrinologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 335/Menkes/SK/VII/1990, rumah sakit tersebut digolongkan sebagai Rumah Sakit Kelas A di Medan.
RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu, rumah sakit ini juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 502/Menkes/IX/1991.
5.1.2 Deskripsi Data Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 38 orang, namun yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi berjumlah 30 orang. Karakteristik yang diamati dari pasien adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
(43)
27
5.1.2.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa pasien DM tipe 2 terbanyak pada pasien kelompok usia 55-64 tahun dengan 13 pasien (43,3%), kemudian diikuti kelompok usia 65-74 tahun dengan 9 pasien (30%), kelompok usia 45-54 sebanyak 5 pasien (16,7%), kelompok usia 75+ sebanyak 2 pasien (6,7%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia 35-44 tahun dengan 1 pasien (3,3%).
Tabel 5.1 Deskripsi Pasien Berdasarkan Usia
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
35-44 1 3,3
45-54 5 16,7
55-64 13 43,3
65-74 9 30,0
75+ 2 6,7
Total 30 100,0
5.1.2.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah pasien DM tipe 2 terbanyak pada jenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 18 pasien (60%) dan pada laki-laki berjumlah 12 pasien (40%).
Tabel 5.2 Deskripsi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase(%)
Laki-laki 12 40
Perempuan 18 60
(44)
28
5.1.2.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi pasien DM tipe 2 berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pasien DM terbanyak terdapat pada pasien yang tidak bekerja sebagai yaitu berjumlah 19 pasien (63,3%), kemudian untuk pasien yang bekerja sebagai pegawai sebanyak 6 pasien (20%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta adalah berjumlah 5 pasien (16,7%).
Tabel 5.3 Deskripsi Pasien Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)
Tidak Bekerja 19 63,3
Wiraswasta 5 16,7
Pegawai 6 20,0
Total 30 100,0
5.1.2.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian, pasien DM tipe 2 terbanyak pada tingkat pendidikan D1-D3/PT dengan jumlah 10 pasien (33,3%), diikuti pasien yang tamat SMA berjumlah 9 pasien (30%), tamat SMP berjumlah 7 pasien (23,3%), tamat SD berjumlah 3 pasien dan yang paling sedikit pada pasien dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD sebanyak 1 pasien (3,3%).
Tabel 5.4 Deskripsi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Tidak tamat SD 1 3,3
Tamat SD 3 10,0
Tamat SMP 7 23,3
Tamat SMA 9 30,0
Tamat D1-D3/PT 10 33,3
(45)
29
5.1.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin
Berdasarkan hasil penelitian, didapat bahwa pada hasil kadar glukosa urin yang tinggi terdapat 21 pasien (70%) dan hasil yang normal berjumlah 9 pasien (30%).
Tabel 5.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa Urin
Hasil Frekuensi Persen (%)
Normal 9 30.0
Tinggi 21 70.0
Total 30 100.0
5.1.2.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis Urin
Dalam 30 pasien DM tipe 2 yang diteliti berat jenis urinnya,didapatkan bahwa berat jenis urin semua pasien (100%) dalam batas normal.
Tabel 5.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Berat Jenis Urin
Hasil Frekuensi Percent (%)
Normal 30 100.0
Tinggi 0 0
Total 30 100
Meskipun hasil yang didapat dari penelitian bahwa semua hasil berat jenis urin dalam batas normal,, tetapi kita dapat melihat kecenderungan peningkatan berat jenis urin yang dilihat dari peningkatan kadar glukosa urin yang dapat kita lihat pada gambar 5.1 dibawah ini :
(46)
30
Gambar 5.1.Grafik Berat jenis Urin dengan Peningkatan Kadar Glukosa Urin
5.2 Pembahasan
5.2.1 Deskripsi PasienBerdasarkan Usia
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa penderita DM terbanyak terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu sebanyak 13 pasien (44%), diikuti oleh kelompok usia 65-74 tahun sebanyak 9 pasien (30%), kelompok usia 45-54 sebanyak 5 pasien (17%), dan untuk kelompok usia diatas 75 tahun dan 35-44 terdapat masing-masing 2 pasien (6%) dan 1 pasien (3%).
Hasil penelitian berdasarkan kelompok umur didapati bahwa penderita DM terbanyak terdapat pada kelompok usia 55-64 tahun. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukandi Palestina yang juga mendapatkan bahwa kasus DM kebanyakan pada kelompok usia dibawah 65 tahun (Sweileh et al,2014). Namun
(47)
31
ada penelitian yang dilakukan di Ghana mendapatkan bahwa mayoritas pasien DM adalah berusia 40-60 tahun (Danquah et al, 2012). Dan berdasarkan hasil penelitian Azimi-Nezhad et al.(2008) bahwa penderita DM tipe 2 terbanyak terdapat pada usia diatas 60.
Kejadian ini disebabkan karena semakin tinggi usia seseorang maka sensitivitas insulin dalam menurunkan kadar glukosa dalam tubuh manusia itu sendiri juga semakin menurun.
5.2.2 Deskripsi PasienBerdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pasien DM tipe 2 yang terbanyak adalah yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 pasien (60%) sedangkan pada jenis kelamin laki-laki terdapat sebanyak 12 pasien (30%).
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Danquah et al,(2012) bahwa sampel penelitian yang diteliti adalah pasien DM tipe 2 yang mayoritasnya berjenis kelamin perempuan (75%). Dan bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Meisinger et al, (2002) yang mengatakan bahwa insidensi DM tipe 2 untuk laki-laki lebih tinggi yaitu per tahun adalah 5.8 per 1000 orang, sedangkan untuk perempuan adalah 4.0 per 1000 orang per tahun, dan bertentangan pula dengan penelitian yang dilakukan Choi et al, (2013), bahwa tidak dijumpai adanya perbedaan spesifik antara kasus laki-laki dan perempuan. Penelitian lain, yang dilakukan oleh Gale dan Gillespie, (2001) juga mendukung bahwa laki-laki dan perempuan memiliki prevalensi yang sama terhadap penyakit DM tipe 2 ini.
Ini kemungkinan disebabkan karena kebanyakan perempuan adalah ibu rumah tangga dan tidak bekerja, jarang melakukan olahraga, sering menonton televisi dan sering mengonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa tinggi.
Kejadian ini juga dapat didukung bahwa perempuan memiliki waktu hidup lebih lama dibanding laki-laki. Karena pekerjaan laki-laki lebih berbahaya, sehingga menimbulkan bias bahwa kejadian pada perempuan lebih banyak (Gale & Gillespie , 2001)
(48)
32
5.2.3 Deskripsi PasienBerdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 terbanyak adalah pada kelompok tidak bekerja, yaitu sebanyak 19 pasien (63,3%), kemudian disusul oleh kelompok yang pegawai yaitu 6 pasien (20%) dan pada kelompok wiraswasta terdapat 5 pasien(16,7%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murrad et al, (2014) yang mendapat bahwa kasus DM yang sering ditemukan adalah pada orang yang tidak bekerja maupun ibu rumah tangga (P<0.0001).
Ini mungkin disebabkan karena orang dengan pekerjaan pegawai lebih sering duduk didepan komputer untuk melakukan pekerjaannya, kemudian dengan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung kadar glukosa yang tinggi dan juga jarang melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga.
5.2.4 Deskripsi PasienBerdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh pasien DM tipe 2 terbanyak pada tingkat pendidikan D1-D3/PT yaitu 10 pasien (33.3%), kemudian diikuti oleh tamat SMA sebanyak 9 pasien (30,3%), tamat SMP 7 pasien (23%), tamat SD 3 pasien (10%) dan yang tidak tamat SD sebanyak 1 pasien (3.3%). Ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Murrad et al (2014) yang mengatakan bahwa pada tingkat yang berpendidikan rendah akan cenderung menderita penyakit DM tipe 2 (P = 0.05).
Ini mungkin disebabkan karena pasien dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih peduli terhadap kontrol kesehatan mereka dibanding dengan yang berpendidikan rendah, sehingga lebih banyak ditemukan pasien dengan tingkat pendidikan tinggi di rumah sakit.
(49)
33
5.2.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Kadar Glukosa dan Berat Jenis
Dari hasil penelitian pada 30 pasien DM tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan periode September sampai November 2014, terdapat beberapa kasus dimana pasien masih memiliki kadar glukosa urin yang melebihi batas normal yaitu 21 pasien (70%) dibanding normal hanya 9 pasien (30%).
Pada kadar glukosa urin yang tinggi ini mungkin disebabkan karena pasien tidak menjaga pola makan, makan obat tidak teratur, mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar gula yang tinggi, dan tidak menjaga pola hidup. Sedangkan pada kadar glukosa urin yang normal bisa mungkin disebabkan karena pasien yang teratur minum obat, jaga pola makan, dan menjaga pola hidup sehat.
Pada hasil penelitian didapatkan hasil berat jenis urin semua pasien DM tipe 2 normal. Ini menandakan bahwa pasien DM tipe 2 yang diteliti mungkin memiliki fungsi ginjal yang masih bekerja baik dalam memfiltrasi zat bermolekul besar.
Pada hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat kecenderungan peningkatan berat jenis urin yang berdasarkan peningkatan kadar glukosa urin. Ini sesuai dengan teori dari Strasinger dan Lorenzo (2008) bahwa kadar glukosa akan mempengaruhi berat jenis urin.
(50)
34
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok usia dengan jumlah pasien terbanyak terdapat pada kelompok usia55-64.
2. Jumlah pasien DM tipe 2 pada perempuan (60%) lebih banyak dijumpai daripada laki-laki (40%).
3. Distribusi sampel berdasarkan pekerjaan dengan jumlah pasien terbanyak terdapat pada yang tidak bekerja.
4. Distribusi pasien berdasarkan tingkat pendidikan lebih banyak dijumpai pada tamat D1-D3/PT.
5. Kadar glukosa urin yang tinggi terdapat 21 orang (70%) lebih banyak dibanding yang normal 9 orang(30%).
6. Berat jenis yang diperoleh dari seluruh pasien DM tipe 2 semuanya normal.
6.2 Saran
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran dengan harapan agar dapat memberi manfaat pada seluruh pihak yang membantu penyelesaian penelitian ini. Saran tersebut adalah :
1. Disarankan kepada pelayanan medis dapat mengedukasi masyarakat tentang penyakit DM tipe 2, komplikasi dan serta cara untuk mencegahnya, serta menggalakkan kegiatan yang menurunkan risiko DM tipe 2, sehingga dapat mengurangi pasien DM serta mengurangi berlanjutnya ketahap komplikasi. 2. Disarankan kepada masyarakat untuk lebih memahami mengenai penyakit
DM tipe 2 dan melakukan pencegahan.
3. Disarankan kepada peneliti untuk memperbanyak sampel sehingga dapat menyajikan data yang lebih lengkap yang akan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan kedokteran dan kesehatan.
(51)
35
4. Penyimpanan sampel harus menggunakan tempat dan dengan prosedur yang sesuai yang sesuai.
5. Sampel yang akan diperiksa sebaiknya pada hari yang sama dengan hari pengambilan sampel.
(52)
36
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2011. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3006051/
American Diabetes Association. 2010. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, DIABETES CARE 33(1): S62- S69.
American Diabetes Association. 2013. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, DIABETES CARE 36(1): S67- S74.
Azimi-Nezhad M., M. Ghayour-Mobarhan, M.R. Parizadeh, M. Safarian, H. Esmaeili, S.M. Parizadeh, G. Khodaee, J. Hosseini, Z. Abasalti, B. Hassankhani dan G. Ferns. 2008. Prevalence of Type 2 Diabetes Mellitus in Iran and Its Relationship With Gender, Urbanisation, Education, Marital Status and Occupation. Singapore Med J 49(7) : 571-46.
Baliunas, D.O., B. J. Taylor, H. Irving, M. Roerecke, J. Patra, S. Mohapatra, dan J Rehm. 2009. Alcohol as a Risk Factor for Type 2 Diabetes. Diabetes Care 32: 2123-2132.
Choi S.E., M.Liu, L.P. Palaniappan, E.J. Wang dan N.D. Wong. 2013. Gender adn Ethnic Differences in the Prevalence of Type 2 Diabetes Among Asian Subgroups in California. J Diabetes Complications 27(5) 429-35.
Danquah I., G. Bedu-Addo, K.Terpe., F.Micah, Y.A.Amoako, Y.A.Awuku, E. Dietz, M.V.Giet., J.Spranger. dan F.P.Mockenhaupt. 2012. Diabetes mellitus type 2 in urban Ghana: characteristics and associated factors. BMC Public Health 2012 12: 210.
Fowler, M. J.. 2008. Microvascular and Macrovascular Complications of Diabetes. Clinical Diabetes 26(2): 77- 82.
Gale E.A. dan K.M. Gillespie. 2011. Diabetes and Gender. Diabetologia 44(1):3-15.
Gaw, A., M.J. Murphy, R.A. Cowan, D.St.J. O’Reilly, M.J. Stewart, dan J. Shepherd. 2011. Clinical Biochemistry :An Illustrated Colour Text. 4th ed. Elsevier (Singapore) Pte Ltd. Winsland House I, Singapore.
(53)
37
Terjemahan A.A. Mahode dan J. Manurung. 2011. Biokimia Klinis : Teks Bergambar. Edisi Empat. EGC. Jakarta.
Guyton, A.C. dan J.E.Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Elsevier Inc. Philadelphia. Pennsylvania.
KAKU, K. 2010. Pathophysiology of Type 2 Diabetes and Its Treatment Policy. JMAJ 53(1): 41- 46.
Meisinger C., B. Thorand, A. Schneider, J. Stieber, A. Doring dan H. Lowel. 2002. Sex differences in risk factors for incident type 2 diabetes mellitus : The MONICA Augsburg Cohort Study. Arch Intern Med 162(1) : 82-9. Mescher, A. L.. 2010. JUNQUEIRA’S Basic Histology, 12th ed. McGraw-Hill
Companies, Inc. USA.
Murrad M.A., S.S.Abdulmageed, R.Iftikhar, dan B.Khaled. 2014. Assessment of the Common Risk Factors Associated with Type 2 Diabetes Mellitus in Jeddah. International Journal of Endocrinology 2014.
Olokoba, A.B., O.A.Obateru, dan L.B.Olokoba. 2012. Type 2 Diabetes Mellitus: A Review of Current Trends. Oman Med J 27(4): 269-273.
Putz, R. dan R. Pabst. 2007. Sobotta. 22th ed. Elsevier GmbH. Munich.
Redhead, I. H. 1960. Incidence of Glycosuria and Diabetes Mellitus in a General Practice. British Medical Journal : 695-699.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Sherwood, L. 2007. Human Physiology : from cells to systems 6th ed. Cengage Learning Asia Pte Ltd, Singapore. Terjemahan Y. Nella. 2009. Fisiologi Manusia. Edisi Enam. EGC. Jakarta.
Silbernagl, S. dan F. Lang. 1998. Taschenatlas der Pathophysiologie. Georg Thieme Verlag, Stuttgart. Terjermahan G.R. Graham. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. Thieme New York. USA.
Sitepu, S. 2005. Anatomi. Edisi Empat. Anatomi FK USU. Medan.
Strasinger, S. K. And M. S. D. Lorenzo. 2008. URINALYSIS AND BODY FLUIDS. 5th ed. F. A. Davis Company. United States of America.
(54)
38
Sweileh W.M., H.M. Abu-Hadeed, S.W. Al-Jabi, dam S.H.Zyoud. 2014. Prevalence of depression among people with type 2 diabetes mellitus: a cross sectional study in Palestine. BMC Public Health 14:163.
Valliyot, B. , J. Sreedharan , J. Muttappallymyalil, S. B. Valliyot. 2013. RISK FACTORS OF TYPE 2 DIABETES MELLITUS IN THE RURAL POPULATION OF NORTH KERALA, INDIA: A CASE CONTROL STUDY. Diabetologia Croatica 42(1): 33- 40.
Wild, S., G. Roglic, A.Green, R. Sicree, dan H.King. 2004. Global Prevalence of Diabetes. DIABETES CARE 27: 1047-1053
World Health Organization (WHO). 1999. Definition, Diagnose and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Department of Noncommunicable Disease Surveillance. Geneva.
(55)
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Gunawan Wijaya Setiawan
Tempat/ TanggalLahir : Tanjung Balai/ 31 Mei 1993
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Veteran No.19K
RiwayatPendidikan : 1. TK Sisingamangaraja, Tanjung Balai 2. SD Sisingamangaraja, Tanjung Balai 3. SMP Sisingamangaraja, Tanjung Balai 4. SMA Sutomo 1, Medan
RiwayatPelatihan : -
RiwayatOrganisasi : 1. Keluarga Mahasiswa Buddhis USU
(56)
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Saya, Gunawan, adalah mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus – November 2014”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat pendidikan di Fakultas Kedokteran USU.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran berat jenis urin dan kadar glukosa urin yang ditinjau dari usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan. Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Anda untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan Anda untuk menampung urin agar dapat diperiksa. Data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain.
Partisipasi Anda bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Anda berhak untuk menolak untuk berpartisipasi dan tidak akan dikenakan sanksi apapun. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Anda dapat bertanya langsung kepada saya. Atas perhatian dan kesediaan Anda menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya mengucapkan terima kasih.
Medan 2014 Peneliti,
(57)
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Alamat :
Jenis kelamin :
telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Gambaran Berat Jenis dan Glukosa pada Urin Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP H. Adam Malik Medan Periode Agustus – November 2014”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2014
Peneliti Yang membuat pernyataan,
(58)
(59)
Lampiran 5 Data Induk
Nama Jenis Kelamin Kelompok Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Berat Jenis Kadar Glukosa Urin
R Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Normal
R Laki - laki 45 - 54 Tamat SMA Wiraswasta Normal Tinggi
DS Laki - laki 65 - 74 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Normal
N Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
PH Laki - laki 75+ Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Normal
I Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Pegawai Normal Normal
U Perempuan 55 - 64 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
S Laki - laki 45 - 54 Tamat SD Wiraswasta Normal Tinggi
S Perempuan 65 - 74 Tidak Tamat SD Tidak Bekerja Normal Normal
MH Perempuan 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Wiraswasta Normal Tinggi
M Laki - laki 45 – 54 Tamat SMA Wiraswasta Normal Tinggi
RB Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
NH Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Pegawai Normal Normal
MK Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Normal
MT Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Wiraswasta Normal Tinggi
MM Perempuan 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
NA Perempuan 75+ Tamat SD Tidak Bekerja Normal Tinggi
B Perempuan 35 – 44 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
E Perempuan 45 – 54 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
MR Laki - laki 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
(60)
HA Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
US Laki - laki 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
RT Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
I Perempuan 45 - 54 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
RB Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
MN Laki - laki 55 - 64 Tamat SMA Pegawai Normal Normal
(61)
Lampiran 6 Output SPSS
a. Deskripsi Karakteristik Pasien
Statistics
Jenis kelamin
N Valid 30
Missing 0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 12 40.0 40.0 40.0
Perempuan 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics
KelompokUsia
N Valid 30
Missing 0
KelompokUsia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 35-44 1 3.3 3.3 3.3
45-54 5 16.7 16.7 20.0
55-64 13 43.3 43.3 63.3
65-74 9 30.0 30.0 93.3
75+ 2 6.7 6.7 100.0
(62)
Statistics
TingkatPendidikan
N Valid 30
Missing 0
TingkatPendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak tamat SD 1 3.3 3.3 3.3
Tamat SD 3 10.0 10.0 13.3
Tamat SMP 7 23.3 23.3 36.7
Tamat SMA 9 30.0 30.0 66.7
Tamat D1-D3/PT 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics
Pekerjaan
N Valid 30
Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Bekerja 19 63.3 63.3 63.3
Wiraswasta 5 16.7 16.7 80.0
Pegawai 6 20.0 20.0 100.0
(63)
b. Deskripsi Hasil Sampel
Statistics
KelompokBJ KelompokKG
N Valid 30 30
Missing 0 0
KelompokBJ
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 30 100.0 100.0 100.0
KelompokKG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 9 30.0 30.0 30.0
Tinggi 21 70.0 70.0 100.0
(64)
(1)
Lampiran 5 Data Induk
Nama Jenis Kelamin Kelompok Usia Tingkat Pendidikan Pekerjaan Berat Jenis Kadar Glukosa Urin
R Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Normal
R Laki - laki 45 - 54 Tamat SMA Wiraswasta Normal Tinggi
DS Laki - laki 65 - 74 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Normal
N Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
PH Laki - laki 75+ Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Normal
I Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Pegawai Normal Normal
U Perempuan 55 - 64 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
S Laki - laki 45 - 54 Tamat SD Wiraswasta Normal Tinggi
S Perempuan 65 - 74 Tidak Tamat SD Tidak Bekerja Normal Normal
MH Perempuan 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Wiraswasta Normal Tinggi
M Laki - laki 45 – 54 Tamat SMA Wiraswasta Normal Tinggi
RB Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
NH Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Pegawai Normal Normal
MK Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Normal
MT Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Wiraswasta Normal Tinggi
MM Perempuan 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
NA Perempuan 75+ Tamat SD Tidak Bekerja Normal Tinggi
B Perempuan 35 – 44 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
E Perempuan 45 – 54 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
MR Laki - laki 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
(2)
HA Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
US Laki - laki 55 - 64 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
RT Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Pegawai Normal Tinggi
I Perempuan 45 - 54 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
RB Perempuan 55 - 64 Tamat SMA Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Laki - laki 65 - 74 Tamat D1-D3/PT Tidak Bekerja Normal Tinggi
AS Perempuan 65 - 74 Tamat SMP Tidak Bekerja Normal Tinggi
MN Laki - laki 55 - 64 Tamat SMA Pegawai Normal Normal
(3)
Lampiran 6 Output SPSS
a. Deskripsi Karakteristik Pasien
Statistics Jenis kelamin
N Valid 30
Missing 0
JenisKelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 12 40.0 40.0 40.0
Perempuan 18 60.0 60.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics KelompokUsia
N Valid 30
Missing 0
KelompokUsia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 35-44 1 3.3 3.3 3.3
45-54 5 16.7 16.7 20.0
55-64 13 43.3 43.3 63.3
65-74 9 30.0 30.0 93.3
75+ 2 6.7 6.7 100.0
(4)
Statistics TingkatPendidikan
N Valid 30
Missing 0
TingkatPendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak tamat SD 1 3.3 3.3 3.3
Tamat SD 3 10.0 10.0 13.3
Tamat SMP 7 23.3 23.3 36.7
Tamat SMA 9 30.0 30.0 66.7
Tamat D1-D3/PT 10 33.3 33.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics Pekerjaan
N Valid 30
Missing 0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak Bekerja 19 63.3 63.3 63.3
Wiraswasta 5 16.7 16.7 80.0
Pegawai 6 20.0 20.0 100.0
(5)
b. Deskripsi Hasil Sampel
Statistics
KelompokBJ KelompokKG
N Valid 30 30
Missing 0 0
KelompokBJ
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 30 100.0 100.0 100.0
KelompokKG
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Normal 9 30.0 30.0 30.0
Tinggi 21 70.0 70.0 100.0
(6)