Definisi Operasional Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknis analisis framing. Analisis ini mencoba melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas, bagaimana realitas atau peristiwa itu dikonstruksi oleh media, bagaimanan media membingkai peristiwa tertentu. Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media membingkai atau mengkonstruksi berita-berita mengenai Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas yang meliputi penyeleksian isu dan penulisan berita. Penulisan berita ini terdiri dari bagaimana cara wartawan dalam menyusun fakta dan menekankan fakta. Dengan menekankan pendekatan kualitatif, penelitian ini akan menganalisis kalimat demi kalimat, kata demi kata yang ada dalam pemberitaan mengenai m Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas.

3.1.1 Definisi Operasional

“Pemberitaan mengenai Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono”. Yang dimaksud dengan Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono adalah sebuah momen atau peristiwa dalam rangka memberikan penilaian terhadap seratus hari kinerja Presiden pasca pelantikan. Sedangkan yang dimaksud dengan berita-berita di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas adalah suatu peristiwa atau kejadian yang ditulis sedemikian rupa oleh wartawan dari kedua harian tersebut untuk dimuat dan disajikan kepada khalayak. Dalam penelitian ini adalah mengenai berita yang dimuat oleh surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas tentang Momentum Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono. Jadi, pemberitaan tentang Momentum Seratus Hari Kinerja Presiden SBY- Boediono adalah berita-berita yang dimuat oleh surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas mengenai penilaian terhadap seratus hari kinerja Presiden pasca pelantikan. Pada momentum ini ada pro kontra di kalangan elite dan masyarakat umum, hal ini ditunjukkan dengan adanya demo menyambut momentum ini. Pembingkaian mengenai Momentum Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas ini akan dianalisis berdasarkan perangkat framing model Gamson dan Modigliani. Secara operasional didefinisikan sebagai berikut : Pertama, melihat gagasan utama dari Jawa Pos dan Kompas, bagaimana kedua media tersebut mengangkat berita-berita tentang Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono kemudian membingkainya ke dalam frame tertentu. Kedua, menggunakan analisis teks media, frame utama yang mengandung smbol-simbol dalam pesannya, kemudian diuraikan dengan menggunakan perangkat framing methapors, catchprases, exemplars, depictions dan visual images dan perangkat penalaran roots, appeals to principle dan consequences. Methapors , yaitu melihat makna dari berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas, dengan merelasikan fakta yang berupa kiasan. Atau bisa juga mentransfer kata yang memiliki simbol yang bisa mewakili keseluruhan. Misalnya, “Pengamat politik Sukardi Rinakit menambahkan, dalam 100 hari kepemimpinan SBY-Boediono ini, muncul gejala politik bocah-bocah nakal , baik di civil society maupun di parlemen”. Jawa Pos, 27 Januari 2010. Catchprases , yaitu melihat frase atau bentukan kata yang menarik, menonjol dalam berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono dalam Jawa Pos dan Kompas, yang merujuk pada semangat sosial tertentu guna mendukung praktik kekuasaan. Umumnya berupa jargon atau slogan, misalnya pada headline Jawa Pos 28 Januari 2010, yaitu “Popularitas SBY Turun, Demokrat Cemas”. Exemplars , yaitu teori yang memperjelas bingkai, dikaitkan dengan contoh, perbandingan. Posisinya sebagai rujukan, pelengkap pembenaran. Seperti misalnya dalam pemberitaan Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di Jawa Pos dan Kompas, sama-sama menunjukkan adanya prosentase penurunan terhadap kinerja Presiden, ada pihak yang pro dan kontra menanggapi Seratus Hari Kinerja Presiden, dan ada pula yang beramai-ramai melaukan demo. Depictions , yaitu penggambaran fakta yang bersifat konotatif, bertendensi khusus agar pemahaman khalayak terarah ke citra tertentu, memunculkan harapan atau bahkan ketakutan. Misalnya terlihat pada kalimat “Dengan demikian, menteri bersangkutan bisa menerobos kebekuan birokrasi dan membuat program yang langsung dirasakan masyarakat”. Jawa Pos, 27 januari 2010. Visual images , yaitu dengan menampilkan foto, grafik prosentase penurunan kinerja pemerintahan, headline yang ditunjukkan oleh Jawa Pos dan Kompas ikut mempengaruhi dan mendukung berita yang diangkat. Perangkat framing di atas turut didukung oleh perangkat penalaran reasoning devices , digunakan untuk memberikan alasan pembenaran. Hal ini bisa dilihat dari roots yang ditampilkan berupa analisis sebab akibat dengan melibatkan suatu objek yang dianggap sebagai penyebab terjadinya peristiwa. Misalnya pada kalimat “Saat ini, kasus Bank Century justru membuat tingkat kepercayaan masyarakat merosot”. Kompas, 27 Januari 2010. Appeals to principle adalah upaya memberikan alasan pembenar dengan memakai logika dan prinsip moral untuk mengklaim sebuah kebenaran. Seperti kalimat “Demo seperti itu wajar. Bagian dari ekspresi dan dinamika politik yang berkembang. Asalkan tertib, tidak anarki dan menjaga kesantunan”. Kompas, 28 januari 2010. Consequences adalah efek yang didapat dari bingkai berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono yang dilakukan oleh surat kabar harian Jawa Pos dan Kompas. Tentang bagaimana khalayak menerima kebenaran dari apa yang telah diuraikan oleh kedua media tersebut.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian