Autokorelasi Multikolinieritas Heteroskedastisitas METODELOGI PENELITIAN

2. Uji normalitas

Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorof- Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian 5 maka data tersebut telah terdistribusi normal. Santoso, 2001 : 97 Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah : • Jika nilai signifikansi nilai Profitabilitasnya lebih kecil dari 5, maka distribusi adalah tidak normal • Jika nilai signifikansi nilai profitabilitasnya lebih besar dari 5, maka distribusi adala normal

3.4.3 Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator , artinya pengambilan keputusan melalui uji t dan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar dalam regresi linier berganda yaitu : tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedastisitas.

a. Autokorelasi

Dapat didefinisikan sebagai korelasi antar data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau antara space untuk data cross section. Keberadaan autokorelasi dapat di tes dengan menghitung nilai Durbin Watson d tes dengan rumus sebagai berikut Gujarati, 1995 : 215 : d = keterangan : d = nilai Durbin Watson el = residual pada waktu ke t-1 satu periode sebelumnya N = banyaknya data

b. Multikolinieritas

Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi pengaruh antar variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh linier antar variabel bebas, maka asumsi tersebt tidak berlaku lagi terjadi bias. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat diartikan dengan menghitung VIF Varience Inflation Factor dengan menggunakan rumus sebagai berikut Gujarati, 1995 : 171 : VIF = var β ∑xσ2 VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, hal ini berarti terdapat multikolinieritas pada persamaan regresi linier.

c. Heteroskedastisitas

Homoskedastisitas varian sama merupakan fenomena dimana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan ei mempunyai nilai varian yang sama besar sebesar σ², jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai-nilai estimator koefisien regresi dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten. Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan spearman’s Rank Corelation test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini Gujarati, 1995 : 188 : r s 1 2 2 − ∑ N N d i = 1-6 keterangan : di = perbedaaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke i N = banyaknya data r s = koefisien korelasi 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN KESIMPULAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia Catatan sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di kota Jakarta pernah di bentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta 1912. Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota Besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pembentukan ketiga bursa tersebut diatas dilatar belakangi oleh adanya gejala semakin banyaknya jenis efek yang diperdagangkan di masyarakat, Besarnya volume dan nilai perdagangan, serta tingginya biaya transaksi karena efek yang diperdagangan pada waktu itu tercatat di Bursa Amsterdam. Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di bursa- bursa efek tersebut praktis terhenti karena praktis karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tahun 1951 pemerintah memberlakukan Undang-undang Darurat No. 13 tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai undang-undang yaitu No. 15 tahun 1952 tentang bursa efek. Berdasarkan undang-undang tersebut Bursa Efek Indonesia dibuka kembali di Jakarta. Karena situasi politik dan

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada Perusahaan Indeks LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012

0 80 103

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM LQ-45 TAHUN 2005-2007.

0 0 7

Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Termasuk dalam Indeks LQ 45 Periode 2010-2014).

0 0 20

PENGARUH EVA DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESTA (BEI).

0 0 6

ANALISIS PENGARUH EVA, PER DAN RASIO PROFITABILITAS SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS GLOBAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 0 6

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Harga Saham Perusahaan yang Tergabung dalam LQ 45 (Studi Empirik pada 20 Entitas yang Tergabung dalam Perusahaan LQ 45).

0 0 28

Pengaruh Penilaian Kinerja dengan ROI dan EVA terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Tergabung dalam Indeks LQ di Bursa Efek Indonesia.

0 2 22

PENGARUH EVA DAN BEBERAPA RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG TERGABUNG DALAM INDEKS LQ 45 DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 22

PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 17

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN RASIO SOLVABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 14