4.2.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa pekembangan Tingkat Suku Bunga SBI selama 15 tahun 1995-2009 cenderung
mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi selama periode penelitian adalah pada tahun 1998 sebesar 24,43 dengan Tingkat Suku Bunga SBI
sebesar 37,93 yang ditahun sebelumnya nilainya sebesar 13,50. Sedangkan perkembangan terendah adalah pada tahun 1999 sebesar
–25,29 .
Tabel.4. Perkembangan Tingkat Suku Bunga SBI Tahun 1995-2009
Tahun Tingkat Suku Bunga
SBI Persen
Perkembangan
1995 14,50
- 1996
14,00 -0,50
1997 13,50
-0,50 1998
37,93 24,43
1999 12,64
-25,29 2000
14,31 1,67
2001 17,63
3,32 2002
13,12 -4,51
2003 8,34
-4,78 2004
7,29 -1,05
2005 12,83
5,54 2006
9,50 -3,33
2007 7,83
-1,67 2008
11,08 3,25
2009 7,39
-3,69 Sumber : Badan Pusat Statistik Surabaya diolah
4.2.5. Perkembangan Kurs Valuta Asing
Berdasarkan tabel dibawah dapat diketahui bahwa pekembangan Kurs Valuta Asing selama 15 tahun 1995-2009 cenderung mengalami
fluktuasi. Perkembangan tertinggi selama periode penelitian adalah pada tahun 1997 sebesar 138,99 dengan nilai Kurs Valuta Asing sebesar
Rp 5.700,- per dollar yang ditahun sebelumnya nilainya sebesar Rp. 2.385,- per dollar. Sedangkan perkembangan terendah adalah pada
tahun 2002 sebesar –14,56 .
Tabel.5. Perkembangan Kurs Valuta Asing Tahun 1995-2009
Tahun Kurs Valuta Asing
Rp Perkembangan
1995 2.305
- 1996
2.385 3,47
1997 5.700
138,99 1998
8.100 42,11
1999 7.161
-11,59 2000
9.385 31,06
2001 10.450
11,35 2002
8.929 -14,56
2003 8.528
-4,49 2004
9.361 9,77
2005 9.850
5,22 2006
9.197 -6,63
2007 9.376
1,95 2008
11.092 18,30
2009 9.694
-12,60 Sumber : Badan Pusat Statistik Surabaya diolah
4.3 Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE Best Linier Unbiased
Estimator.
Agar dapat diperoleh hasil estimasi yang BLUE Best Linier Unbiased Estimator
atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan.
Apabila salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan
melalui uji F dan uji t menjadi bias. Dalam hal ini harus dihindarkan terjadinya kasus-kasus sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series
atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional” Gujarati, 1995:201. Untuk menguji variabel-variabel yang diteliti
apakah terjadi autokorelasi atau tidak dapat digunakan uji Durbin Watson, yaitu dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson yang
dihitung dengan nilai Durbin Watson dL dan du dalam tabel. Distribusi penetuan keputusan dimulai dari 0 nol sampai 4 empat.
Kaidah keputusan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Jika d lebih kecil daripada d
L
atau lebih besar daripada 4-d
L
2. Jika d teletak antara d ,
maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat autokorelasi.
U
dan 4-d
U
, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.