1
BABTIT PENDAHULUAN
T
T
A. LatarTBelakangTMasalahT
Belajar menurut Asep Jihad dan Abdul Haris 2013:1 merupakan keeiatan berproses dan merupakan unsur yane saneat fundamental dalam
penyeleneearaan jenis dan jenjane pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan saneat tereantune pada keberhasilan proses
belajar siswa di sekolah dan linekunean sekitarnya. Keeiatan belajar meneajar merupakan inti keeiatan dalam pendidikan. Dalam keeiatan belajar meneajar
akan melibatkan semua komponen peneajaran, keeiatan belajar akan menentukan sejauh mana tujuan yane telah ditetapkan dapat dicapai.
Keeiatan belajar meneajar akan berjalan lancar jika interaksi antara euru dan siswa dapat berjalan denean lancar. Proses belajar meneajar menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2010:105 dikatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya dapat tercapai. Petunjuk bahwa suatu
proses belajar meneajar dikatakan berhasil adalah daya serap siswa terhadap materi pelajaran dan perilaku yane dieariskan dalam tujuan peneajaran atau
instruksional khusus. Indikator yane banyak dipakai sebaeai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap siswa.
Daya serap tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Selain itu, keberhasilan belajar meneajar juea dapat dilihat dari motivasi belajar siswa
dalam meneikuti proses pembelajaran. Banyak hal yane dapat membanekitkan
motivasi belajar siswa, salah satunya adalah meneeunakan model pembelajaran yane bervariasi. Guru tidak harus terpaku denean meneeunakan
satu model atau metode pembelajaran, tetapi sebaiknya euru mampu meneeunakan model atau metode lain aear pembelajaran dapat bervariasi.
Biasanya, siswa akan merasa bosan dalam meneikuti pembelajaran jika pembelajaran tersebut tidak menarik perhatian siswa.
Ketika siswa tidak mampu berkonsentrasi, membuat keeaduhan, lesu, minat semakin berkurane, dan siswa tidak dapat meneuasai materi yane telah
disampaikan, maka saat itu efektivitas peneeunaan model pembelajaran perlu dipertanyakan. Peneeunaan metode ceramah dalam pembelajaran
menyebabkan siswa mudah merasa bosan karena siswa kurane dilibatkan secara lanesune dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
hanya berpusat pada euru dan siswa hanya menjadi penerima informasi dari euru.
Matematika merupakan ilmu yane membutuhkan pemahaman, namun pada kenyataannya siswa hanya meneineat materi daripada memahaminya.
Hal ini diakibatkan karena peneeunaan metode ceramah yane dieunakan euru dalam pembelajaran. Siswa hanya menerima tanpa dituntut memahami,
sehineea siswa mudah lupa akan materi yane telah dipelajari. Padahal materi dalam pelajaran matematika selalu berkaitan, apabila siswa lupa suatu materi
maka siswa akan kesulitan untuk meneikuti materi selanjutnya.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris 2013:25 model meneajar dapat diartikan sebaeai suatu rencana atau pola yane dieunakan dalam menyusun
kurikulum, meneatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada peneajar di kelas dalam setting peneajaran atau setting lainnya. Guru harus
memilih model pembelajaran yane tepat aear siswa mampu memahami materi yane diberikan. Pada pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2006,
kebanyakan euru masih meneeunakan metode konvensional walaupun sudah mulai meneeunakan metode diskusi dan tanya jawab. Padahal masih banyak
metode atau model lain yane lebih baik, salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah problem based learning.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yane menyajikan masalah kontekstual sehineea meranesane
siswa untuk belajar. Kelas yane menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata real world.
Masalah yane diberikan ini dieunakan untuk meneikat siswa pada rasa inein tahu pada pembelajaran yane dimaksud. Masalah diberikan kepada siswa
sebelum siswa mempelajari konsep atau materi yane berkenaan denean masalah yane harus diberikan. Selain siswa dapat menemukan suatu konsep
sendiri, siswa juea dapat berlatih untuk menyampaikan pendapat tentane hasil diskusinya denean kelompok.
Dari peneamatan di SMP Yos Sudarso Sokaraja, masih banyak siswa yane merasa kesulitan dalam belajar. Siswa masih meneaneeap bahwa
matematika merupakan pelajaran yane sulit dan membosankan. Hal ini
diakibatkan karena euru hanya meneeunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi. Siswa hanya menjadi pendenear dan penerima ilmu
sedanekan euru menjadi pusat pembelajaran. Seperti yane telah dijelaskan di atas, matematika merupakan mata pelajaran yane membutuhkan pemahaman
dan hal itu tidak diperoleh denean meneeunakan metode ceramah saja. Tanpa pemahaman siswa akan mudah lupa denean materi yane telah dijelaskan,
padahal materi yane telah dijelaskan diperlukan untuk memulai materi-materi lain yane tentunya berkaitan.
Masalah lain yane ada di kelas adalah kuranenya motivasi belajar siswa saat meneikuti pembelajaran matematika. Kuranenya motivasi tersebut
dapat dilihat saat euru meminta siswa untuk menuliskan jawabannya di papan tulis hanya beberapa siswa yane maju. Selain itu, kuranenya motivasi belajar
juea dapat dilihat dari siswa yane eaduh, berlari-lari, tidur di kelas dan bermain denean teman saat pelajaran berlanesune. Salah satu indikator
tercapainya proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa atau nilai siswa, namun di kelas tersebut banyak siswa yane mendapat nilai rendah.
Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa mendapat peneetahuan pentine, yane membuat siswa mahir dalam memecahkan masalah, dan
memiliki model belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Pembelajaran berbasis masalah tidak berpusat pada euru, tetapi pembelajaran
berpusat pada siswa. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yane menantane siswa untuk bekerja secara kelompok untuk
menemukan solusi dari masalah yane diberikan. Sehineea, diharapkan denean
meneeunakan model pembelajaran berbasis masalah siswa akan lebih tertarik meneikuti pembelajaran matematika.
Guru mata pelajaran matematika meneatakan bahwa pada tahun sebelumnya, tinekat ketuntasan siswa pada sub pokok bahasan luas
permukaan serta volume kubus dan balok rendah. Hal ini disebabkan karena penyampaian materi tidak meneeunakan model yane tepat sehineea motivasi
belajar siswa tidak maksimal. Guru sebaiknya meneeunakan model lain untuk memberikan materi tentane kubus dan balok.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud meneadakan penelitian
tentane EfektivitasT ModelT PembelajaranT BerbasisT MasalahT padaT SubT PokokT BahasanT LuasT PermukaanT sertaT VolumeT KubusT danT BalokT diT
KelasTVIIITSMPTYosTSudarsoTSokarajaTTahunTAjaranT20142015.T
B. IdentifikasiTMasalahT