Diuretika Obat-obat Antiadrenergik Vasodilator yang bekerja langsung

b. Inhibitor angiotensin converting enzyme ACE

Obat-obat golongan ini mengurangi tekanan darah dengan cara menurunkan tahanan pembuluh darah tepi, sedangkan pengaruhnya kecil pada isi semenit jantung, denyut jantung atau laju filtrasi glomerulus. Obat- obat ini terutama berguna pada pasien dengan hipertensi karena aktivitas renin yang tinggi atau hipertensi renovasculer serta hipertensi berat yang membandel. Keunggulan inhibitor ACE yang utama adalah kurangnya efek samping simptomatik, seperti rasa lelah dan gangguan mental atau fungsi seksual. Woodley, 1992 Inhibitor ACE merupakan yang paling penting, karena menurunkan angiotensin II dalam sirkulasi, antagonis reseptor angiotensin II dan antagonis kalsium. Hasil meta-analisis uji klinik menunjukkan bahwa tiazid, -blocker, inhibitor ACE dan antagonis kalsium secara signifikan menurunkan resiko kematian karena stroke, penyakit jantung koroner dan kardiovaskular. Hipertensi ringan sampai sedang sering dapat dikendalikan dengan pengobatan tunggal, biasanya tiazid atau -blocker. Tetapi semakin jelas bahwa pasien memerlukan kombinasi dua atau bahkan tiga macam obat untuk bisa mengendalikan tekanan darah Neal. 2006.

c. Diuretika

1. Diuretika Thiazide memiliki mekanisme kerja tergantung dari natriuresis awal dan pengurangan volume plasma. Golongan thiazide tidak efektif sebagai diuretika apabila GFR 25mlmenit sehingga pada keadaan semacam ini sebaiknya diganti dengan obat lain yang lebih kuat seperti furosemide atau metolazone. 2. Diuretika Ansa Henle misalnya Furosemide, Asam ethacrynat dan Bumetamide. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada keadaan kekurangan elektrolit, pada wanita usia subur dan pada orang yang hipersensitif. 3. Diuretika Penahan Kalium adalah diuretika yang relatif lunak dan pada umumnya digunakan sebagai terapi pembantu terhadap diuretika yang lebih kuat seperti misalnya hidrochlorothiazide. Obat ini bermanfaat untuk kondisi oedematosa yang membandel terhadap terapi diuretika lain akibat hiperaldosteronisme sekunder. Contoh dari diuretika penahan kalium adalah Spironolacton, Amiloride dan Triamterene. Woodley, 1992.

d. Obat-obat Antiadrenergik

Obat antiadrenergik terdiri dari 4 kelompok yaitu: 1. Antagonis beta-adrenergik misalnya Atenolol, Metoprolol, Acebutolol, Esmolol, Timolol, dan Pindolol. 2. Antagonis adrenergik yang bekerja sentral misalnya Clonidine, Methyldopa, dan Guanabenz. 3. Antagonis adrenergik yang bekerja perifer misalnya Reserpine, Guanethidine, dan Guanadrel. 4. Antagonis alpha-adrenergik misalnya Prazosin, Terazosin, Doxazosin, dan Phenoxybenzamine. Woodley, 1992.

e. Vasodilator yang bekerja langsung

1. Hydralazine. Obat ini dapat menurunkan tekanan darah bila digunakan sebagai obat tunggal tetapi aksi hipertensi untuk jangka lama terbatasi oleh refleks retensi Na + dan cairan serta hiperaktivitas simpatetik. 2. Minoxidil. Pada umumnya obat ini digunakan dalam pengelolaan hipertensi berat khususnya pada pasien dengan gagal ginjal. Woodley, 1992.

F. Manajemen Pengelolaan Obat.