Faktor Lemahnya Aturan Hukum

44 kebijakan komprehensif dan proporsional yang seharusnya segera dibuat pemerintah untuk menghadapi situasi ini Salah satu faktor penyebab maraknya penyalahgunaan senjata api disebabkan oleh kontrol terhadap peredaran senjata api yang lemah di Indonesia, baik itu senjata api yang legal maupun yang ilegal. Meski terdapat aturan yang mengatur tentang perizinan penggunaan senjata api, namun seringkali implementasi pengawasannya lemah. 111 Ada sejumlah proses dan syarat utama perizinan kepemilikan senjata api yang harus dilalui warga sipil. Pertama, pemberian izin harus berdasarkan pemantauan petugas kewilayahan, dalam hal ini Polres dan Polda. Kedua, seseorang telah melewati uji kemampuan, baik dalam penguasaan atau penggunaannya, seperti penembakan, dengan sasaran yang ada. Selain itu, seorang calon pemilik senjata harus lolos kesehatan jasmani dan rohani. Jika kepemilikan senjata api disalahgunakan, maka polri akan mencabut izinnya dan tidak akan mem- berikannya lagi. Selain itu pengawasannya juga mesti ketat, dan tidak dilakukan Polri saja, melainkan lembaga yang berwenang lainnya. Misalnya Pemda, dan dengan instansi militer. Hal dilakukan mengingat pengawasan yang hanya dilakukan Polri sangat terbatas. Lemahnya fungsi dan peran Polri dalam memberikan rasa aman bagi masyarakat harus dievaluasi, terutama dalam hal pengawasan. Sebab, hal inilah yang memicu terhadap banyaknya kepemilikan senjata api di kalangan sipil. 112

B. Faktor Lemahnya Aturan Hukum

Maraknya tindak kejahatan dan penyalahgunaan senjata api sudah sangat mengkhawatirkan. Kondisi ini membuat rasa aman masyarakat kia terkikis. 111 http:tabloidjubi.com20130817imparsial-pemerintah-dan-dpr-segera-buat-uu-kontrol- senpi.html, diakses tanggal 26 Mei 2015 112 http:www.rmol.coread2012050963214Polri-Telah-Keluarkan-Izin-Kepemilikan-18- Ribu-Senpi-.html, diakses tanggal 26 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 45 Penggunaan senjata api oleh anggota polisi paling sering dilakukan pada saat penangkapan tersangka teroris, kriminalitas, pembubaran masa demonstran mahasiswa di lokasi konflik sumber daya alam dan di lokasi konflik komunal. Seluruh praktik kekerasan yang dilakukan oleh institusi negara tersebut dibilang hampir tak memiliki akuntabilitas. Kalau pun ada usaha ke arah itu, namun tak sesuai dengan standar hukum yang berlaku. 113 Pemerintah dan parlemen harus segera membuat Undang-Undang guna mengontrol peredaran senjata api dan bahan peledak. Peredaran dan penyalahgunaan senjata api oleh aparat keamanan maupun oleh warga sipil belakangan ini menjadi perhatian dan sorotan publik. Penyalahgunaan senjata api oleh warga sipil untuk berbagai kepentingan ilegal dan melawan hukum juga marak terjadi di berbagai tempat. Dalam situasi saat ini peredaran dan penyalahgunaan senjata api semakin meningkatkan rasa tidak aman bagi masyarakat. Hal itu bisa dilihat dari tingkat kejahatan yang belakangan terus berkembang dan dalam berbagai kasus tidak lagi menggunakan cara-cara konvensional dimana senjata api seringkali digunakan sebagai alat oleh para pelaku dalam menjalankan aksinya. Penyalahgunaan senjata api ketika aparat negara menjalankan tugas secara berlebihan dan tidak proporsional. Penyalahgunaan senjata api yang kepemilikannya oleh masyarakat bersifat legal demi tujuan tertentu semisal aksi kriminalitas. Penyalahgunaan senjata api yang kepemilikannya bersifat illegal demi tujuan tertentu seperti tindakan kriminalitas. 114 Faktor kontrol yang dilakukan oleh pihak kepolisian menjadi penting dalam meminimalisir peredaran senjata api secara illegal di masyarakat. Namun di sisi lain, 113 A. Josias Simon Runtutambi dan Atin Sri Pujiastuti, Op.Cit, hal 46-47 114 http:www.ciputranews.comhukumpemerintah-diminta-susun-uu-peredaran-senjata- api..html, diakses tanggal 27 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 46 persoalan lemahnya aturan hukum yang mengatur tentang kontrol peredaran senjata api menjadi permasalahan tersendiri yang memicu penyalahgunaan senjata api. Dalam level undang-undang, pengaturan tentang kontrol peredaran senjata api masih menggunakan undang-undang warisan orde lama. Kalaupun ada aturan baru tentang kontrol senjata api hanya sebatas berupa kebijakan Kapolri. Padahal aturan hukum yang kuat sangat membatu para penegak hukum, khususnya bagi instansi kepolisian dalam melakukan perannya guna mencegah dan menanggulangi peredaran dan kepemilikan senjata api secara ilegal di masyarakat, karena aturan hukum tersebutlah yang menjadi dasar atau dijadikan dasar bagi pihak kepolisian dalam menjalankan peran dan fungsinya guna memberikan rasa aman bagi masyarakat. Oleh karena itu, aturan hukum juga menjadi salah satu faktor penentu dalam meminimalisir peredaran senjata api ilegal di tengah masayarakat, yang terhitung kompleks dan dalam masa transisi menuju Kota Metropolitan. Sehingga peredaran senjata api ilegal harus sesegera mungkin di tangani dengan baik. Aturan mengenai kepemilikan senjata api sebenarnya sudah cukup ketat. Namun lemahnya penegakan aturan tersebut memicu maraknya peredaran senjata api di masyarakat. Adanya kelemahan itu pada penegakan aturan. Bila menyaksikan betapa tata cara dan prosedur sedemikian ketatnya, tapi dalam prakteknya sedemikian mudahnya orang memiliki senjata api. Untuk mencegah maraknya peredaran senjata api diperlukan ketegasan dari aparat untuk menjalankan aturan mengenai kepemilikan senjata api. Selama ini, menambahkan bahwa aparat malah berkontribusi terkait maraknya peredaran senjata di masyarakat. Mungkin dengan pihak-pihak tertentu, seseorang yang sebenarnya sama sekali tidak berhak memiliki senjata malah bisa Universitas Sumatera Utara 47 memiliki senjata. Oleh karena itu, aparat penegak hukum melakukan sweeping untuk mecegah peredaran senjata api ilegal. Sweeping juga harus dilakukan untuk pemilik senjata yang memegang izin. Aparat keamanan harus melakukan sweeping tentang kepemilikan senjata itu, dan mencocokkan kembali dengan peraturan, karena saat ini disinyalir kepemilikan senjata api itu sudah tidak sesuai dengan peraturan. 115 Di sisi lain, persoalan lemahnya aturan hukum yang mengatur tentang kontrol peredaran senjata api menjadi permasalahan tersendiri yang memicu penyalahgunaan senjata api. Dalam level undang-undang, pengaturan tentang kontrol peredaran senjata api masih menggunakan undang-undang warisan orde lama. Kalaupun ada aturan baru tentang kontrol senjata api hanya sebatas berupa kebijakan Kapolri. 116 Lemahnya jaringan informasi dan penguasaan perundang-undangan serta peraturan tentang senjata api dan amunisi oleh anggota Polri Polda. Dalam rangka menumpas penyalahgunaan senjata api, pengawasan terhadap perilaku aparat bersenjata perlu diperketat. Institusi yang personelnya dipersenjatai, sekurangnya Kepolisian dan TNI, dituntut mampu mengawasi penggunaan senjata. Masih ditemukannya penggunaan senjata organik dalam sejumlah tindak kejahatan menjadi bukti bahwa pengawasan belum sempurna. Selama ini Indonesia termasuk negara yang cukup ketat menerapkan aturan kepemilikan senjata api. Dasar hukum yang mengatur mengenai hal ini sudah ada sejak lama, yakni dalam UU Darurat No 121951 dan Perpu No 201960. Turunan dari UU tersebut antara lain SK Kapolri No 822004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik. Namun ketatnya peraturan kepemilikan senjata api 115 http:news.detik.comread20120507112510191079110.html, diakses tanggal 27 Mei 2015 116 http:www.imparsial.orgid2010pemerintah-dan-dpr-harus-segera-membuat-uu-tentang- kontrol-senjata-api.html, diakses tanggal 27 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 48 ini tak lagi dapat diandalkan bila para pemangku kepentingan di lapangan tidak melaksanakannya dengan baik. Apa jadinya bila izin dapat dibeli. Ketika uang sudah bicara maka peraturan seideal apa pun menjadi tak bermakna. 117 Berbagai penyalahgunaan senjata api baik oleh aparat keamanan atau warga sipil ini disebabkan oleh beberapa faktor, yakni: lemahnya pengaturan tentang senjata api yang tidak ketat dan masih tumpang tindih, kontrol dan pengawasan yang lemah terhadap peredaran dan penggunaan senjata api, rendahnya profesionalisme aparat keamanan, bisnis peredaran senjata api yang menggiurkan, rendahnya hukuman bagi pelaku penyalahgunaan senjata api, lemahnya penegakan hukum dan kontrol perbatasan. sehubungan dengan semakin mengkhawatirkannya penyalahgunaan senjata api ini, maka Imparsial mendesak parlemen dan pemerintah untuk segera membentuk undang-undang yang mengatur tentang kontrol senjata api dan bahan peledak yang lebih lengkap dan memadai. Pemerintah juga harus memperkuat pengawasan, pengendalian perizinan senjata api yang dilakukan melalui satu pintu, yakni hanya melalui kepolisian, penegakan hukum yang tegas pada pelaku yang menyalahgunakan, mengaudit semua pemilikan senjata api oleh masyarakat sipil, menghentikan sementara perizinan kepemilikan senjata api oleh masyarakat sipil terkecuali untuk kepentingan olahraga serta melakukan penguatan kontrol perbatasan dan imigrasi. 118 C. Faktor Kurangnya Kesadaran warga sipil Tentang Hukum dan Bahaya Yang Ditimbulkan Akibat Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak 117 http:www.beritasatu.comblogtajuk2535-koboi-kembali-beraksi.html, , diakses tanggal 27 Mei 2015 118 http:www.ciputranews.comhukumpemerintah-diminta-susun-uu-peredaran-senjata- api.html, diakses tanggal 27 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 49 Merebaknya penggunaan senjata api dalam kenyataan, dapat dimulai dari sekedar tampil gaya:gayaan, sok jagoan, hingga aksi sampai mengancam bahkan membunuh. Hal ini benar-benar menjadi peristiwa menakutkan dan mengancam ketenangan warga. Pola lain penyalahgunaan senjata api adalah kepemilikannya bersifat legal demi tujuan tertentu ilegal. Kepemilikan senjata api bukan berarti tak diperbolehkan, setiap orang yang memiliki dan memakai senjata pai harus memenuhi persyaratan dan mendapat ijin dari lembaga berwenang. Beberapa profesi tertentu sangat erat dengan penggunaan senjata api dalam melakukan tugasnya. Secara umum motivasi ingin memiliki senjata api kebanyakan demi mempertahankan diri self defence. 119 Selain kedua faktor sebelumnya faktor kontrol yang lemah dan faktor lemahnya aturan hukum, faktor kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan senjata api illegal menjadi faktor penting sehingga maraknya peredaran dan kepemilikan senjata api secara illegal di masyarakat khususnya masyarakat sipil. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan senjata api illegal menjadi faktor penting sehingga maraknya peredaran dan kepemilikan senjata api secara illegal di masyarakat, karena polisi sendiri memiliki keterbatasan, sehingga kuncinya ada pada masyarakat itu sendiri, kalau masyarakat sadar akan hukum, maka sebenarnya peredaran dan kepemilikan senjata api secara illegal dapat hilang dengan sendirinya”. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka dapat di ketahui bahwa betapa pentingnya peran serta dari masyarakat dalam meminimalisir terjadinya peredaran senjata api secara ilegal, kesadaran masyarakat sangat di butuhkan, karena polisi 119 A. Josias Simon Runtutambi dan Atin Sri Pujiastuti, Op.Cit, halaman 48 Universitas Sumatera Utara 50 hanyalah fasilitator saja untuk menciptakan ketertiban di masyarakat, dan memiliki banyak keterbatasan, oleh karena itu jika faktor kurangnya kesadaran masyarakat tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan senjata api ilegal ini masih ada, maka sudah pasti peredaran senjata api secara ilegal tidak akan bisa dihilangkan. Memiliki, menyimpan, dan menggunakan senjata api tanpa izin dilarang keras oleh ketentuan Undang-undang yang berlaku di Indonesia. Oleh sebab itu, masyarakat yang masih menyimpan senjata api agar menyerahkannya kepada Kodim untuk dimusnahkan. Jika masyarakat di Indonesia ini sudah sepintar demikian, sehingga bisa merakit senjata api, lalu pertanyaannya kenapa tidak orang-orang yang memang bisa merakit senjata api untuk dimanfaatkan oleh negara, sehingga bisa saling menguntungkan. Negara tidak harus membeli senjata api dari luar negeri, dan mereka bisa mendapatkan pekerjaan dari negara dan jauh dari kejahatan. Dengan demikian usaha untuk meminimalisir tindak kejahatan karena penyalahgunaan senjata api oleh masyarakat sipil bisa terbantu. Masyarakat juga bisa mendapatkan hal lebih dalam merasakan kenyamanan dan rasa aman terhadap serangan kejahatan. Di sisi lain, maraknya kepemilikan senjata juga dilihat dari aspek rasa keamanan masyarakat. Boleh jadi, peningkatan kepemilikan juga dipicu oleh rasa aman yang kini sangat sulit diperoleh masyarakat. Angka kejahatan yang tinggi berakibat tumbuh suburnya jual-beli senjata secara legal maupun tidak. Para pemilik senpi dari warga sipil memang jadi lebih merasa aman dan percaya diri, namun masyarakat kita justru bisa terganggu keamanannya jika mereka tidak mampu menahan emosinya dan kurang bertanggung jawab. 120 120 www.Info-RI.com.html, diakses tanggal 27 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 51 Masyarakat Indonesia yang ingin memiliki senjata api, sekarang tidak perlu harus menjadi tentara atau polisi. Meskipun ketentuan hukum mengatur kepemilikan senjata yang berdaya bunuh itu hanya bagi militer dan polisi atau seseorang yang direkomendasaikan untuk menguasai senjata api, seperti Satpam, Sipir Penjara, dan semacamnya.Keinginan untuk mengoleksi senjata api dalam berbagai jenis, tentu memiliki bermacam latar belakang. 121 Bisa saja awalnya adalah untuk pengamanan diri, jika sewaktu-waktu berhadapan dengan hal yang mengancam jiwanya, sebut saja kepemilikian itu untuk mempertahankan diri. Tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa kepemilikan tersebut juga berlatar belakang pemuasan diri, karena merasa dirinya sanggup mengoleksi barang eksklusif dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya. Orang yang bangga dirinya secara berlebihan akan terpuaskan dengan mengoleksi barang-barang seperti itu. Tetapi juga ada tipe orang yang senang mengoleksi senjata, apakah itu keris, pedang, badik dan atau sebagainya. Artinya orang seperti itu memang berselera demikian. Karena untuk penguasaan senjata api saat ini aturannya terasa lebih longgar terutama kelonggaran dalam izin kepemilikan, maka tidak terlalu sulit untuk mengoleksinya, sementara itu, disisi lain pasar senjata api yang gelap, remang-remang maupun yang terang-terangan terasa meluas.

D. Faktor kepemilikan senjata api

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261/Pid.b/2013/PN.GS)

12 173 88

Pelanggaran Hak Sipil dan Politik Warga Negara (Studi Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998)

7 68 90

Pengakuan Penguasaan Dan Pendudukan Tanah Tanpa Alas Hak Kepemilikan Yang Berakibat Sengketa: Studi Kasus Putusan MA NO. 2511K/PDT/1995 Tanggal 09 September 1997

1 68 136

Analisis Hukum Terjadinya Pengalihan Hak Atas Tanah Atas Dasar Penguasaan Fisik (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.475//Pk/Pdt.2010).

5 41 132

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Kepemilikan dan Penjualan Senjata Api Serta Amunisi Ilegal Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan Nomor 3550/Pid.B/2006/PN.Mdn)

0 64 150

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Pengakuan Penguasaan Dan Pendudukan Tanah Tanpa Alas Hak Kepemilikan Yang Berakibat Sengketa: Studi Kasus Putusan MA NO. 2511K/PDT/1995 Tanggal 09 September 1997

0 0 27