Faktor kepemilikan senjata api

51 Masyarakat Indonesia yang ingin memiliki senjata api, sekarang tidak perlu harus menjadi tentara atau polisi. Meskipun ketentuan hukum mengatur kepemilikan senjata yang berdaya bunuh itu hanya bagi militer dan polisi atau seseorang yang direkomendasaikan untuk menguasai senjata api, seperti Satpam, Sipir Penjara, dan semacamnya.Keinginan untuk mengoleksi senjata api dalam berbagai jenis, tentu memiliki bermacam latar belakang. 121 Bisa saja awalnya adalah untuk pengamanan diri, jika sewaktu-waktu berhadapan dengan hal yang mengancam jiwanya, sebut saja kepemilikian itu untuk mempertahankan diri. Tetapi juga tidak bisa dipungkiri bahwa kepemilikan tersebut juga berlatar belakang pemuasan diri, karena merasa dirinya sanggup mengoleksi barang eksklusif dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya. Orang yang bangga dirinya secara berlebihan akan terpuaskan dengan mengoleksi barang-barang seperti itu. Tetapi juga ada tipe orang yang senang mengoleksi senjata, apakah itu keris, pedang, badik dan atau sebagainya. Artinya orang seperti itu memang berselera demikian. Karena untuk penguasaan senjata api saat ini aturannya terasa lebih longgar terutama kelonggaran dalam izin kepemilikan, maka tidak terlalu sulit untuk mengoleksinya, sementara itu, disisi lain pasar senjata api yang gelap, remang-remang maupun yang terang-terangan terasa meluas.

D. Faktor kepemilikan senjata api

Kepemilikan senjata api oleh masyarakat umum kian meningkat. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kepemilikan dan penggunaan senjata api tersebut. Kondisi keamanan di Indonesia yang menjadi penyebab utama masyarakat mulai melindungi dirinya dengan senjata api. Guna mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan senjata api tersebut dan mencegah peredaran senjata api ilegal, maka 121 www.suaramerdeka.com.html, , diakses tanggal 27 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 52 dibuatlah beberapa peraturan yang mendukung antara lain Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Mengubah “Ordonantie Tijdelijke Bijzondere Strafbepalingendan” Undang-Undang RI dahulu No 8 Tahun 1948 untuk mengontrol peredaran senjata api ilegal, Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep82II2004 tentang buku petunjuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian senjata non-organik TNI Polri. Peraturan-peraturan tersebut antara lain berisi tentang tata cara warga sipil di luar TNI Polri untuk dapat memiliki senjata api, selain itu juga mengatur mengenai batasan-batasan seorang pemilik senjata api dalam menggunakan senjata apinya. Peraturan-peraturan yang sudah berlaku di Indonesia ini ternyata masih tidak dapat mengurangi berbagai tindak pidana yang menggunakan senjata api, seperti perampokan-perampokan serta pembunuhan bersenjata api. Bahkan tiap tahun terjadi peningkatan tindak pidana bersenjata api tersebut dimana puncaknya adalah suatu aksi yang telah menyebabkan seluruh masyarakat Indonesia semakin merasa tidak aman yaitu aksi terorisme. Untuk mencegah terjadinya aksi terorisme di Indonesia, mulai akan dibuat suatu peraturan baru mengenai kepemilikan dan penggunaan senjata api oleh masyarakat umum di Indonesia. Terdapat banyak kasus-kasus mengenai senjata api, antara lain, perlindungan hukum bagi mereka yang menggunakan senjata untuk melindungi dirinya dari kejahatan dan kasus penyalahgunaan senjata api yaitu kepemilikan senjata api ilegal serta pembunuhan dan perampokan yang menggunakan senjata api. Yang jelas tindak pidana tersebut mendapatkan sanksi hukum yang pantas. 122 122 https:lib.atmajaya.ac.iddefault.aspx?tabID=61src=kid=120650.html, , diakses tanggal 28 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 53 Pemberian izin penggunaan senpi kepada warga sipil tersebut tidak ada manfaatnya. Sebaliknya, kepemilikan tersebut dikhawatirkan cenderung membahayakan lingkungan. Selain berpotensi disalahgunakan, kepemilikan senpi oleh sipil juga berdampak terhadap gaya hidup, karenanya izin kepemilikan harus dihentikan. Warga sipil seyogyanya tidak diberi kebebasan memiliki alat mematikan itu. Menurut Adrianus, langkah lain yang perlu dilakukan adalah tes kejiwaan bagi mereka yang kini mengantungi izin kepemilikan senpi. Ini solusi parsial untuk mengatasi bahaya kepemilikan senpi saat ini. 123 Kepemilikan senjata api oleh warga tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kondisi keamanan lingkungan yang belum terjamin. Penegak hukum wajib menciptakan kondisi yang aman bagi setiap warga. Selama kondisi keamanan kota masih belum terjamin, maka masyarakat akan mencari solusi alternatif guna mengatasi masalah tersebut, termasuk dengan memiliki senjata api. 124 Meskipun senjata api sangat bermanfaat dan diperlukan dalam hal pertahanan dan keamanan negara serta mempersenjatai diri atau mempertahankanmembela diri dari hal-hal yang mengancam jiwa, namun apabila disalahgunakan atau penggunaannya tidak sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku, terlebih lagi dengan peredaran senjata api yang dilakukan secara ilegal, maka akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan maupun masyarakat, bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional. Meningkatnya kriminalitas sebagai akibat dari kepemilikan senjata api akan menimbulkan kerugian besar bagi kepentingan masyarakat, yaitu hilangnya 123 Puteri Hikmawati, Op.Cit 124 http:us.finance.detik.comread20120507090510191058410kepemilikan-senpi- berkaitan-erat-dengan-faktor-keamanan-lingkungan.html, diakses tanggal 28 Mei 2015 Universitas Sumatera Utara 54 keseimbangan, ketentraman dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Dari waktu ke waktu kepemilikan senjata api terus meningkat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Secara kuantitatif karena jumlah kepemilikan senjat api semakin banyak disamping peredarannya yang semakin meluas. Kendati sudah banyaknya senjata api yang disita oleh pihak kepolisian, tetapi oknum-oknum tertentu dapat dengan mudah mengedarkannya kembali. Kepemilikan senjata api oleh masyarakat umum kian meningkat. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan kepemilikan dan penggunaan senjata api tersebut. Kondisi keamanan di Indonesia yang menjadi penyebab utama masyarakat mulai melindungi dirinya dengan senjata api. Guna mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan senjata api tersebut dan mencegah peredaran senjata api ilegal, maka dibuatlah beberapa peraturan yang mendukung antara lain Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Mengubah “Ordonantie Tijdelijke Bijzondere Strafbepalingendan ” Undang-Undang RI dahulu No 8 Tahun 1948 untuk mengontrol peredaran senjata api ilegal, Surat Keputusan Kapolri No.Pol.: Skep82II2004 tentang buku petunjuk pelaksanaan pengawasan dan pengendalian senjata non-organik TNI Polri. Peraturan-peraturan tersebut antara lain berisi tentang tata cara warga sipil di luar TNI Polri untuk dapat memiliki senjata api, selain itu juga mengatur mengenai batasan-batasan seorang pemilik senjata api dalam menggunakan senjata apinya. Peraturan-peraturan yang sudah berlaku di Indonesia ini ternyata masih tidak dapat mengurangi berbagai tindak pidana yang menggunakan senjata api, seperti perampokan-perampokan serta pembunuhan bersenjata api. Bahkan tiap tahun terjadi peningkatan tindak pidana bersenjata api tersebut dimana puncaknya adalah suatu aksi Universitas Sumatera Utara 55 yang telah menyebabkan seluruh masyarakat Indonesia semakin merasa tidak aman yaitu aksi terorisme. Untuk mencegah terjadinya aksi terorisme di Indonesia, mulai akan dibuat suatu peraturan baru mengenai kepemilikan dan penggunaan senjata api oleh masyarakat umum di Indonesia. Terdapat banyak kasus-kasus mengenai senjata api, antara lain, perlindungan hukum bagi mereka yang menggunakan senjata untuk melindungi dirinya dari kejahatan dan kasus penyalahgunaan senjata api yaitu kepemilikan senjata api ilegal serta pembunuhan dan perampokan yang menggunakan senjata api. Yang jelas tindak pidana tersebut mendapatkan sanksi hukum yang pantas. 125 Memuat Pasal 5 a 1 Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan No. 9 Tahun 1976 Tentang Pembatasan Senjata Api Amunisi Untuk Perorangan menyebutkan : Izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai dan atau menggunakan senjata api dan atau amunisi untuk perorangan dibatasi untuk kepentingan beladiri karenamenghadapiancaman yang nyata-nyata dapat membahayakan keselamatan jiwanya. 125 Pangestu, Novitanti Sari dan Ignatius Sriyanto, Pemilikan dan Penggunaan Senjata Api LegalIlegal : Masyarakat Umum Indonesia, Fakultas Hukum Unika Atmajaya, Jakarta, 2006. Universitas Sumatera Utara 56 BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA SECARA PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API TANPA HAK OLEH WARGA SIPIL Peredaran dan penggunaan senjata api secara illegal dalam masyarakat warga sipil harus dicegah dan ditanggulangi. Upaya pencegahan ini harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 12DRT Tahun 1951 agar masalah penggunaan senjata api secara ilegal di kalangan warga sipil Kota Makassar ini tidak terus tumbuh dalam masyarakat sebagai wabah yang buruk bagi perkembangan negara. Masalah hukum ini menyangkut peran aparat penegak hukum,khususnya Kepolisian yang sangat penting keberadaannya di tengah-tengah masyarakat sebagai abdi negara penyeimbang dan pengayom kehidupan dalam masyarakat. Semua produk hukum baik dalam bentuk undang-undang maupunperaturan perundang-undangan pasti akan memberikan dampak terhadap kinerja aparat penegak hukum. 126 Hasil perkembangan saat ini dari peredaran senjata api yang semakin marak dalam masyarakat. Peredaran senjata api tidak hanya melibatkan peran serta warga sipil, melainkan melibatkan jaringan yang dilatar belakangi oleh warga sipil. Pihak Kepolisian guna mengungkap jaringan peredaran senjata apisampai ke produsennya. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki Kepolisian,yang menjadi tugasnya dalam berkarya dan mengabdi untuk negara, Kepolisian berwenang untuk melakukan upaya penanggulangan untuk memberantas peredaran dan kepemilikan senjata api 126 Sunarso, Siswantoro. Penegakan Hukum Pidana dalam Kajian Sosiologi Hukum. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2004, halaman 141. Universitas Sumatera Utara 57 secara ilegal di kalangan warga sipil yang sudah membentuk jaringan yang rumit dan mengakar ini. Penegakan hukum dala negara dilakukan seara preventif dan represif. 127 Upaya penanggulangan yang telah dilakukan sebagai berikut:

A. Upaya Preventif

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261/Pid.b/2013/PN.GS)

12 173 88

Pelanggaran Hak Sipil dan Politik Warga Negara (Studi Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa Periode 1997 – 1998)

7 68 90

Pengakuan Penguasaan Dan Pendudukan Tanah Tanpa Alas Hak Kepemilikan Yang Berakibat Sengketa: Studi Kasus Putusan MA NO. 2511K/PDT/1995 Tanggal 09 September 1997

1 68 136

Analisis Hukum Terjadinya Pengalihan Hak Atas Tanah Atas Dasar Penguasaan Fisik (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No.475//Pk/Pdt.2010).

5 41 132

Pelanggaran Hak Asasi Manusia Oleh Israel Terhadap Warga Sipil Palestina Ditinjau Dari Hukum Internasional

6 79 100

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Kepemilikan dan Penjualan Senjata Api Serta Amunisi Ilegal Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan Nomor 3550/Pid.B/2006/PN.Mdn)

0 64 150

Pertanggungjawaban Pidana Anggota Polri Terhadap Penggunaan Senjata Api Tanpa Prosedur (Studi Terhadap Putusan PN BINJAI No.239/Pid.B/2007/PN-Binjai)

1 52 120

Analisa Kasus Tindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak (Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932/Pid.B/2005/PN.MDN)

4 52 94

Analisis Hukum Mengenai Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan Dalam Perspektif Kriminologi (Studi Putusan Kasus Putusan No:2438/Pid.B/2014/Pn.Mdn )

5 117 134

Pengakuan Penguasaan Dan Pendudukan Tanah Tanpa Alas Hak Kepemilikan Yang Berakibat Sengketa: Studi Kasus Putusan MA NO. 2511K/PDT/1995 Tanggal 09 September 1997

0 0 27