40
BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA TINDAK PIDANA
DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA API
A.  Faktor Kontrol yang Lemah
Salah  satu  faktor  penyebab  maraknya  penyalahgunaan  senjata  api  disebabkan oleh  kontrol  terhadap  peredaran  senjata  api  yang  lemah  di  Indonesia,  baik  itu  senjata
api  yang  legal  maupun  yang  ilegal.  Dalam  kaitan  dengan  senjata  api  legal,  meski terdapat  aturan  yang  mengatur  tentang  perizinan  penggunaan  senjata  api,  namun
seringkali implementasi pengawasannya sangat lemah khususnya terhadap pengawasan penggunaan senjata api oleh warga sipil.
Aksi  kekerasan  dengan  menggunakan  senjata  api  belakangan  ini  sudah  sangat memprihatinkan.  Penyalahgunaan  senjata  api  itu  secara  nyata  telah  mengusik  rasa
aman masyarakat. Terlebih lagi target penembakan oleh orang tidak dikenal menyasar kepada  institusi  penegak  hukum  dan  mengakibatkan  jatuhnya  korban  jiwa.  Imparsial
mengecam  keras  aksi  kekerasan  menggunakan  senjata  api  oleh  orang  atau  kelompok tidak  dikenal.  Tindakan  teror  itu  tentu  memiliki  beragam  motif  sehingga  tindak
kejahatan  itu  harus  diungkap  secara  tuntas.  Aparat  kepolisian  harus  bekerja  terdepan untuk menuntaskan kasus-kasus tersebut secara cepat dan akuntabel.
Pemerintah  seharusnya  bersikap  serius  di  dalam  menghadapi  aksi  kekerasan menggunakan  senjata  api  belakangan  ini.  Negara  tidak  boleh  kalah  di  dalam
menghadapi tindakan teror orang atau kelompok tidak dikenal itu. Di sini, negara harus memastikan  kepada  publik  bahwa  rasa  aman  masyarakat  tetap  terjamin,  dengan
langkah-langkah  kebijakan  komprehensif  dan  proporsional  yang  seharusnya  segera
Universitas Sumatera Utara
41 dibuat pemerintah untuk menghadapi situasi ini. Salah satu faktor penyebab maraknya
penyalahgunaan  senjata  api  disebabkan  oleh  kontrol  terhadap  peredaran  senjata  api yang  lemah  di  Indonesia,  baik  itu  senjata  api  yang  legal  maupun  yang  ilegal.  Dalam
kaitan dengan senjata api legal, meski terdapat aturan yang mengatur tentang perizinan penggunaan  senjata api,  namun  seringkali implementasi pengawasannya sangat lemah
khususnya  terhadap  pengawasan  penggunaan  senjata  api  oleh  warga  sipil.  Jumlah senjata  api  yang  beredar  di  mayarakat  secara  legal  telah  mencapai  41.102  pucuk.
Sebanyak 17.983 pucuk di antaranya berizin untuk bela diri, 11.869 pucuk digunakan oleh  Polisi  Khusus  Polsus,  6.551  pucuk  diperuntukkan  olahraga,  dan  4.699  pucuk
diperuntukkan  oleh  Satpam.  Sementara  itu,  berdasarkan  perhitungan  statistik  yang dihimpun  oleh  organisasi  Gunpolicy.org  menyebutkan  bahwa  tingkat  kepemilikan
senjata api pribadi di Indonesia adalah 0.5 per seratus orang. Bila mengacu pada 2010 saja, Polri mencatat ada 58 kasus penyalahgunaan senjata api.
Senjata  itu  seharusnya  digunakan  untuk  membela  diri  oleh  warga  sipil,  tetapi di  salahgunakan  oleh  pemiliknya.  58  kasus  tersebut  dengan  rincian,  14  pucuk  senpi
dengan peluru tajam, sebanyak 44 pucuk senjata berpeluru karet dan 11 pucuk senjata api  berpeluru  gas.  Yang  mengkhawatirkan,  Gunpolicy.org  juga  menyebutkan  bahwa
pada  perhitungan  kepemilikan  senjata  api  yang  tidak  terdaftar,  di  Indonesia  terdapat sekitar 0.44 dari 100 orang. Sumber senjata api ilegal bisa berasal dari penyelundupan
melalui  perbatasan,  sisa  dari  daerah  konflik,  rakitan,  bisnis  senjata  api  legal  yakni senjata api yang tadinya legal lalu  diperjualbelikan secara ilegal. Di sisi lain, persoalan
lemahnya aturan hukum yang  mengatur tentang kontrol  peredaran  senjata api menjadi permasalahan  tersendiri  yang  memicu  penyalahgunaan  senjata  api.  Dalam  level
Universitas Sumatera Utara
42 undang-undang, pengaturan tentang kontrol peredaran senjata api masih menggunakan
undang-undang  warisan  orde  lama.  Kalaupun  ada  aturan  baru  tentang  kontrol  senjata api hanya sebatas berupa kebijakan Kapolri.
109
Jumlah  senjata api  yang beredar di  mayarakat secara legal telah  mencapai  354 pucuk.  Sebanyak 104 pucuk di antaranya berizin untuk bela diri, 120 pucuk digunakan
oleh  Polisi  Khusus  Polsus,  10  pucuk  diperuntukkan  olahraga,  dan  20  pucuk diperuntukkan  oleh  Satpam.  Kurangnya  kontrol  dari  pihak  kepolisian  terhadap
kepemilikan dan peredaran senjata api ilegal mengakibatkan kejahatan-kejahatan yang menggunakan  media  senjata  api  sulit  dihilangkan,  padahal  kontrol  dari  pihak
kepolisianlah  yang  paling  berperan  guna  meminimalisir  peredaran  senjata  api  secara illegal di masyarakat.
Pemerintah, lanjutnya, harus bersikap serius dalam menghadapi aksi kekerasan menggunakan  senjata  api  belakangan  ini.  Menurutnya  penyalahgunaan  senjata  api
tersebut  salah  satunya  disebabkan  kontrol  yang  lemah  terhadap  peredaran  senjata  api baik  itu  senjata  api  yang  legal  maupun  ilegal.  Meski  terdapat  aturan  yang  mengatur
tentang perizinan penggunaan senjata api, namun,  tambahnya, seringkali implementasi pengawasannya lemah. Batasan terkait masyarakat sipil yang berhak mendapatkan izin
memiliki  senjata  api  juga  masih  sangat  luas.  Penguasaan  dan  penggunaan  senjata  api untuk kepentingan warga sipil harus sebatas pada kepentingan olahraga saja dan itupun
harus  disimpan  kembali  dalam  gudang  persenjataan  yang  dikontrol  pemerintah. Pemberian izin  penguasaan dan  penggunaan senjata api kepada warga sipil untuk bela
diri  harus  dihentikan  karena  cenderung  disalahgunakan.  Selain  itu,  perlu  ada
109
http:www.imparsial.orgid2010pemerintah-dan-dpr-harus-segera-membuat-uu-tentang- kontrol-senjata-api.html, diakses tanggal 26 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
43 peningkatan  pengawasan  DPR  terhadap  TNI  dan  Polri  yang  berwenang  dalam
memberikan  izin  maupun  penggunaan  senjata  api  untuk  kepentingan  sipil  dan militer.
110
Pemberian ijin penggunaan senjata api kepada warga sipil untuk bela diri harus dihentikan.  Penggunaan  senjata  api  untuk  kepentingan  bela  diri  ternyata  cenderung
terjadi  penyalahgunaan  sehingga  senjata  api  untuk  kepentingan  bela  diri  tidak diperlukan.  Perlu  peningkatan  pengawasan  DPR  terhadap  kedua  intansi  TNI  dan
Polri yang  berwenang dalam  memberikan izin  maupun penggunaan senjata api untuk kepentingan  sipil  dan  militer.  Perlunya penegakan  hukum yang tegas terhadap  perakit
senjata  api  ilegal  dan  peredarannya.  Pengamanan  senjata  api  di  daerah  bekas  konflik dan perbatasan sebagai upaya pencegahan peredaran dan penggunaan senjata api secara
illegal  dan  perlu  sinkronisasi  dan  harmonisasi  peraturan  baik  secara  vertikal  maupun secara  horisontal  tentang  senjata  api,  termasuk  regulasi  dilevel  internasional  tentang
senjata  api.  Memperkuat  koordinasi  antar  institusi  pemerintah  di  dalam  menghadapi persoalan penyalahgunaan senjata api.
Penegakan hukum secara tegas terhadap warga sipil maupun aparat pertahanan- keamanan  yang  terlibat  melakukan  bisnis  persenjataan  secara  ilegal.  Imparsial
mengecam  keras  aksi  kekerasan  menggunakan  senjata  api  oleh  orang  atau  kelompok tak dikenal. Tindakan teror itu tentu memiliki beragam motif sehingga tindak kejahatan
itu  harus  diungkap  secara  tuntas.  Negara  tidak  boleh  kalah  di  dalam  menghadapi tindakan teror orang atau kelompok tidak dikenal itu. Di sini, negara harus memastikan
kepada  publik  bahwa  rasa  aman  masyarakat  tetap  terjamin,  dengan  langkah-langkah
110
http:www.voaindonesia.comcontentadanya-penembakan-atas-polisi-bin-desakkan-razia- senjata-api1731913.html, diakses tanggal 26 Mei 2015
Universitas Sumatera Utara
44 kebijakan  komprehensif  dan  proporsional  yang  seharusnya  segera  dibuat  pemerintah
untuk  menghadapi  situasi  ini  Salah  satu  faktor  penyebab  maraknya  penyalahgunaan senjata  api  disebabkan  oleh  kontrol  terhadap  peredaran  senjata  api  yang  lemah  di
Indonesia,  baik  itu  senjata  api  yang  legal  maupun  yang  ilegal.  Meski  terdapat  aturan yang  mengatur  tentang  perizinan  penggunaan  senjata  api,  namun  seringkali
implementasi  pengawasannya  lemah.
111
Ada  sejumlah  proses  dan  syarat  utama perizinan  kepemilikan  senjata  api  yang  harus  dilalui  warga  sipil.  Pertama,  pemberian
izin  harus  berdasarkan  pemantauan  petugas  kewilayahan,  dalam  hal  ini  Polres  dan Polda.  Kedua,  seseorang  telah  melewati uji kemampuan, baik  dalam  penguasaan atau
penggunaannya,  seperti  penembakan,  dengan  sasaran  yang  ada.  Selain  itu,  seorang calon  pemilik  senjata  harus  lolos  kesehatan  jasmani  dan  rohani.  Jika  kepemilikan
senjata  api  disalahgunakan,  maka  polri  akan  mencabut  izinnya  dan  tidak  akan  mem- berikannya lagi.  Selain itu pengawasannya juga mesti ketat,  dan tidak dilakukan Polri
saja,  melainkan  lembaga  yang  berwenang  lainnya.  Misalnya  Pemda,  dan  dengan instansi  militer.  Hal  dilakukan  mengingat  pengawasan  yang  hanya  dilakukan  Polri
sangat terbatas.  Lemahnya  fungsi  dan  peran Polri dalam memberikan rasa aman bagi masyarakat  harus  dievaluasi, terutama dalam  hal  pengawasan.  Sebab,  hal  inilah  yang
memicu terhadap banyaknya kepemilikan senjata api di kalangan sipil.
112
B.  Faktor Lemahnya Aturan Hukum