Sumber : Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, 2011 Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Sudi Rejo
sebagian besar adalah petani yaitu sebesar 58,38. Sedangkan mata pencaharian yang paling kecil yaitu sebagai ABRI 1,17.
4.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik dapat memperlancar jalannya laju pembangunan sehingga mempengaruhi perkembangan masyarakat untuk meraih kehidupan yang
lebih baik. Sarana dan prasarana di Desa Sudi Rejo dinilai sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
tersedianya sarana transportasi dan komunikasi. Sarana transportasi cukup tersedia di daerah ini sehingga petani tidak memperoleh kesulitan dalam memproleh sarana produksi dan pemasaran
hasil.
Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Sudi Rejo dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Sarana dan Prasarana di Desa Sudi Rejo Tahun 2010 No. Sarana Prasarana
Jumlah
1 2
3 4
5 6
7 8
9 Balai Desa
Kantor Desa Mesjid
Musholla TK
SD Madrasah
Cek dan Irigasi Gereja
1 1
1 1
1 1
2 2
1
Sumber : Kantor Kepala Desa Sudi Rejo, 2011
4.2. Karakteristik Petani Sampel
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik petani sampel di daerah penelitian ini meliputi luas lahan, umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Adapun karakteristik petani
sampel yang terdapat di Desa Sudi Rejo dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel di Desa Sudi Rejo No.
Uraian Rataan
Rentang
1 Luas Lahan ha
0,284 0.1-1
2 Umur tahun
43,8 29-67
3 Lama Pendidikan tahun
8,5 6-12
4 Jumlah Tanggungan jiwa
3,467 0-5
5 Pengalaman bertani tahun
15,967 4-39
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 Dari Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa karakteristik petani sampel meliputi umur, luas
lahan, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan, dan pengalaman bertani. Luas lahan yang diusahakan petani rata-rata 0,284 Ha yang terdiri dari rata-rata untuk usahatani bayam seluas
0,148 Ha dan rata-rata untuk usahatani kangkung seluas 0,136 ha dengan rentang 0,1-1 Ha. Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja
dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani , kecendrungan kemampuan kerja semakin menurun, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap produksi
yang diperoleh. Hal ini karena pekerjaan sebagai petani lebih banyak mengandalkan tenaga fisik. Dari tabel dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani sebesar 43,8 tahun, dengan rentang antara
29-67 tahun, umur tersebut masih termasuk dalam kategori umur produktif yang masih cukup berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.
Pendidikan formal merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengelola usahatani terutama dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan
pendidikan formal. Pendidikan formal yang dimiliki petani sampel pada umumnya adalah lulusan SD, walaupun ada juga yang lulusan SLTPSederajat dan SMUSederajat. Dari tabel di
atas diperoleh bahwa rata-rata pendidikan petani responden adalah 8,5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan mengelola usahatani adalah pengalaman bertani. Rata-rata pengalaman bertani responden adalah pengalaman bertani. Rata-
rata pengalaman bertani responden adalah 15,967 tahun dengan rentang 4-39 tahun. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden adalah 3,467 orang dengan rentang 0-5 orang.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.Ketersediaan Input Produksi pada Usahatani Bayam dan Kangkung di Desa Sudi Rejo.
Input produksi yaitu sarana produksi yang digunakan untuk menunjang kegiatan usahatani mulai dari tahap pengolahan tanah sampai tahap pemanenan. Adapun input produksi
yang digunakan pada usahatani bayam dan kangkung adalah lahan, benih, tenaga kerja, pupuk kandang, urea, dan pestisida antrakol, drusband berupa nematisida dan fungisida
yang dipergunakan pada usahatani bayam dan kangkung. a. Ketersediaan Lahan
Lahan yang digunakan petani untuk mengusahakan usahatani bayam dan kangkung merupakan milik petani itu sendiri dan ada juga petani yang menyewa lahan untuk
mengusahakan usahatani tersebut, dengan sewa lahan sebesar Rp. 400.000,- per 1000 m
2
tahun atau Rp. 4.000.000,- per hatahun. Berdasarkan luas lahan yang dimiliki Desa Sudi Rejo yaitu lahan untuk pertanian sebesar 42,91 ha sekitar 45 dari luas keseluruhan desa
sehingga usahatani ini dapat dikembangkan sebab lahan yang digunakan untuk usahatani bayam
Universitas Sumatera Utara
dan kangkung hanya 8,52 ha. Oleh karena itu, lahan untuk usahatani ini tersedia di daerah penelitian.
b. Ketersediaan Benih Benih bayam dan kangkung dapat dengan mudah diperoleh dari toko bibit di Desa Sudi
Rejo dan toko di sekitar desa yang menjual benih sayuran seperti toko bibit di Desa Batu Penjemuran, maupun Pasar Deli Tua. Rentang harga benih bayam antara Rp. 100.000-Rp.
110.000,-kg, sedangkan rentang untuk benih kangkung berkisar antara Rp. 25.000- Rp. 27.000,- kg. Walaupun harga benih mahal terutama benih bayam namun kebutuhannya tetap ada, benih
ini selalu tersedia setiap musim tanam. c. Ketersediaan Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan pada usahatani bayam dan kangkung sebagian besar adalah tenaga dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga dibutuhkan pada tahapan kegiatan
penanaman, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sedangkan tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan pada tahapan kegiatan pengolahan lahan dan pemanenan. Hal ini
disebabkan karena luas lahan cukup luas dan waktu panen yang tepat perlu dilakukan untuk menjaga kualitas sayuran tersebut. Adapun upah tenaga kerja di Desa Sudi Rejo adalah
Rp. 50.000hari. Berdasarkan jumlah penduduk usia produktif yang terdapat di Desa Sudi Rejo sebesar 1.213 jiwa sekitar 62,26 Tabel 5 di daerah penelitian. Tenaga kerja di daerah ini
tersedia. d. Ketersediaan Pupuk
Pupuk dibeli dari pedagang pupuk yang berada di Desa Sudi Rejo ataupun di Desa Batu Penjemuran, Pasar Deli Tua, dan dekatnya lokasi desa dengan pabrik pupuk kandang. Rentang
harga untuk pupuk kandang adalah Rp. 7.500- Rp 9.000goni, sedangkan pupuk urea dengan rentang harga Rp 6.000- Rp 8.000kg. Kebutuhan pupuk ini selalu
tersedia setiap musim tanam.
Universitas Sumatera Utara
e. Ketersediaan Pestisida Pestisida yang dipakai petani di daerah penelitian adalah berupa nematisida dan fungisida
yang dapat diperoleh di toko penyedia sarana produksi di Desa Sudi Rejo, Desa Batu Penjemuran, dan Pasar Deli Tua dengan harga Rp 92.000kg untuk pestisida antrakol
sedangkan harga pestisida drusban Rp 64.000liter. Kebutuhan akan pestisida ini selalu tersedia setiap musim tanam.
Berdasarkan penjelasan di atas maka ketersediaan input produksi pada usahatani bayam dan kangkung di daerah penelitian tersedia.
5.2. Analisis Optimasi Penggunaan Input Produksi