tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor eksternal, yaitu tidak disediakannya alat pelindung telinga oleh PT Kereta Api Persero Divre I Medan.
Kedua, faktor internal atau yang berasal dari masinis itu sendiri, yaitu apabila mereka menggunakan alat pelindung telinga, ada kemungkinan mereka tidak
berkomunikasi dengan baik kepada asisten masinis. Sementara komunikasi antara masinis dan asisten masinis merupakan hal yang mutlak diperlukan pada suatu
perjalanan kereta api. Selain itu pemakaian alat pelindung telinga, juga memungkinkan masinis tidak mendengarkan suara-suara yang asing misalnya suara
lepasnya baut lokomotif yang mungkin timbul selama perjalanan kereta api. Kedua hal tersebut mereka anggap lebih penting, sebab akan lebih fatal akibatnya apabila
didiamkan saja. Keselamatan kereta beserta penumpangnya mereka anggap jauh lebih penting.
5.2. Gambaran Tingkat Kebisingan
Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa 39 kabin lokomotif 90,7 memiliki tingkat pemaparan kebisingan 85 dBA, sedangkan 4 kabin lokomotif lainnya
9,3 memiliki tingkat kebisingan ≤ 85 dBA. Hal ini menunjukkan bahwa pada
umum kabin lokomotif merupakan tempat yang bising. Hal ini mengacu pada Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 Tahun 1999 mengenai Nilai Ambang Faktor
Fisika di Lingkungan Kerja yaitu sebesar 85 dBA. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil tingkat kebisingan yang berbeda
dengan nilai terendah sebesar 84,22 dBA dan tertinggi 87,13 dBA. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh cara masinis dalam menjalankan kereta api berbeda-beda.
Misalnya, ketika masinis mengatur kecepatan kereta api dan asisten masinis
Universitas Sumatera Utara
membunyikan klakson. Selain itu, kondisi lokomotif yang digunakan juga berbeda dalam setiap perjalanan kereta api dan keadaan lingkungan sekitar ketika kereta api
bergerak juga bisa memengaruhi tingkat kebisingan, seperti saat kereta api berpapasan dengan kereta dari rute lain dan keramaian jalan raya.
Jenis lokomotif kereta api yang ada di kereta api tersebut adalah jenis lokomotif diesel hidrolik dengan bahan bakar solar. Lokomotif diesel hidrolik ini
menggunakan tenaga mesin diesel untuk memompa oli dan selanjutnya disalurkan ke perangkat hidrolik untuk menggerakkan roda.
Pengukuran tingkat kebisingan ini tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan hanya pengukuran sesaat yang dilakukan pada tiap kondisi yang berbeda-
beda, seperti pada awal berangkat kereta berhenti, mesin ON, klakson panjang persiapan berangkat, awal jalan kereta api, jalan kecepatan rendah kereta api, jalan
kecepatan tinggi kereta api, persiapan berhenti di stasiun berikutnya, berhenti di stasiun berikutnya, melewati jembatan, melewati persinyalan, melewati persinyalan
ditambah klakson panjang, dan kondisi lainnya. Jika dilihat dari tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh kereta api tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa jenis kebisingan yang ada di kabin lokomotif merupakan jenis bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang sempit. Jenis
bising ini relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai perbedaan frekuensi suara sesuai tingkat pengukuran kebisingan yang dihasilkan dari masing-masing titik yang
dilewati kereta api. Hasil pengukuran tersebut merupakan gabungan antara kebisingan yang
berasal dari mesin lokomotif yang terdengar di kabin lokomotif dan suara bising lain.
Universitas Sumatera Utara
Suara bising lain tersebut ada yang berada dari dalam maupun dari luar lokomotif. Suara bising dari dalam lokomotif adalah suara dari saluran telepon yang ada di kabin
lokomotif, sedangkan suara dari luar lokomotif adalah suara angin yang terdengar karena kaca jendela dalam keadaan terbuka. Hal tersebut menjadi salah satu
keterbatasan dalam penelitiaan ini. Berdasarkan pengamatan di lapangan mesin-mesin yang ada di lokomotif
sudah dilengkapi alat peredam fusel, namun mesin tersebut tetap mengeluarkan suara bising. Cukup tingginya tingkat kebisingan di dalam kabin lokomotif
kemungkinan juga disebabkan karena kondisi dari lokomotif itu sendiri, yaitu usia beroperasi lokomotif dan kondisi alat peredam suara. Rata-rata lokomotif di Dipo
Medan telah beroperasi puluhan tahun. Lokomotif tertua yang ada di Dipo Medan berusia 47 tahun, sementara yang muda berusia 28 tahun. Susanto 2004 menyatakan
bahwa dengan usia operasi yang cukup lama, sistem transmisi dan pembakaran pada mesin lokomotif tersebut menjadi kurang baik, sehingga pada waktu terjadi
pembakaran bahan bakar menjadi energi akan menghasilkan suara bising. Selain itu komponen-komponen mesin yang digunakan dalam lokomotif tidak
asli, sehingga berkontribusi menambah tingkat kebisingan. Menurut Tambunan 2005, menggunakan komponen-komponen mesin tiruan dapat menciptakan dan
menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja. Faktor lainnya yang menyebabkan tingginya tingkat kebisingan di dalam
kabin lokomotif yaitu alat peredam yang kurang berfungsi maksimal di lokomotif kereta api. Hal ini disebabkan karena alat peredam yang digunakan sama usianya
Universitas Sumatera Utara
dengan usia beroperasi lokomotif sehingga bentuk alat peredam tersebut kurang baik untuk dijadikan peredam kebisingan.
5.3. Keluhan Kesehatan Responden