dengan usia beroperasi lokomotif sehingga bentuk alat peredam tersebut kurang baik untuk dijadikan peredam kebisingan.
5.3. Keluhan Kesehatan Responden
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa masinis Dipo Lokomotif Medan mengalami keluhan kesehatan, yaitu sebanyak 40 orang 93,0. Sedangkan 3 orang
lainnya 7 tidak mengalami keluhan kesehatan. Masinis yang tidak mengalami keluhan kesehatan tersebut mungkin disebabkan karena masa kerja mereka di kereta
api tergolong masih baru, yaitu antara 3-4 tahun. Selain itu, umur masinis tersebut juga masih tergolong dewasa muda sehingga kondisi fisik tubuhnya masih baik, yaitu
antara 23-27 tahun. Berdasarkan jenis keluhan kesehatan, masinis Dipo Lokomotif Medan
mengalami keluhan pusing, yaitu sebanyak 35 orang 87,5, telinga berdenging sebanyak 38 orang 95, kesemutan sebanyak 21 orang 52,5, mual 24 orang
60, otot leher terasa tegang 8 orang 20, kenaikan tekanan darah sistolik 13 orang 32,5, dan diastolik sebanyak 7 orang 17,5.
5.4. Hubungan Tingkat Kebisingan Dengan Keluhan Kesehatan
Pada umumnya masinis yang mengalami keluhan kesehatan lebih banyak pada masinis yang bekerja pada kabin lokomotif dengan tingkat kebisingan 85
dBA, yaitu sebanyak 38 orang 88,3. Dari uji statistik dengan Exact Fisher’s diperoleh nilap p 0,019 α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara tingkat kebisingan dengan keluhan kesehatan pada masinis Dipo Lokomotif Medan.
Universitas Sumatera Utara
Adanya hubungan keluhan kesehatan dengan kebisingan tersebut disebabkan oleh intensitas kebisingan yang umumnya melebihi nilai ambang batas yang
ditentukan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.51 Tahun 1999. Menurut Suma’mur 2009, kebisingan yang bernada tinggi sangat mengganggu sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan bagi siapa yang berada pada lingkungan bising yang bersangkutan.
Penyebab lainnya masinis tidak menggunakan alat pelindung telinga untuk melindungi pendengaran dari pemaparan kebisingan yang melampaui batas. Menurut
Olishifski 2004 penggunaan alat pelindung telinga berfungsi untuk mengurangi jumlah energi bunyi yang dihantarkan melalui liang telinga ke dalam reseptor di
telinga dalam. Apabila dilihat dari jenis keluhan kesehatan, pada umumnya masinis
mengalami keluhan telinga berdengung tinitus yaitu sebanyak 39 orang 97,5. Tinitus merupakan salah satu gangguan auditoripendengaran berupa suara denging di
telinga. Menurut pendapat masinis, keluhan telinga berdengung ini hanya sementara karena akan hilang dengan sendirinya setelah masinis pulang ke rumah atau tidak
bekerja. Selain itu, masinis juga menyatakan bahwa tidak lagi merasakan dengung di telinga karena telah tebiasa dengan suara bising pada kabin lokomotif dan merasa
tidak terganggu lagi. Menurut Iskandar 1996, hal tersebut dapat disebabkan terjadinya kenaikan ambang dengar atau proses adaptasi telinga terhadap bising
Iskandar, 1996. Masinis juga mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami telinga
berdenging segera setelah mendengar bunyi yang tinggi, misalnya suara klakson
Universitas Sumatera Utara
kereta api. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Jeyaratnam 2010 bahwa tinitus telinga berdenging biasanya timbul segera setelah pajanan terhadap bising
dan dapat menjadi permanen pada pajanan yang terus berlangsung. Tinitus akibat pajanan terhadap bising biasanya bernada tinggi.
Masinis juga mengalami keluhan kesehatan berupa pusing, mual, kesemutan vasokontriksi pembuluh darah, otot leher tegang, dan kenaikan tekanan darah.
Menurut Buchari 2007, keluhan tersebut merupakan gangguan fisiologis yang bisa muncul tiba-tiba akibat kebisingan. Burns 1979 juga menyatakan bahwa efek
fisiologis yang timbul akibat bising bisa berupa perubahan tekanan darah, vasokontriksi pembuluh darah, respon ketegangan otot, dan, gangguan
gastrointestinal. Masinis mengalami pusing, yaitu sebanyak 34 orang 85. Keluhan pusing
yang dirasakan masinis diakui terjadi karena stres akibat bising. Hal ini bisa terjadi karena bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang
akan menimbulkan efek pusing Marsono, 2010. Masinis juga mengalami keluhan mual, yaitu sebanyak 24 orang 60.
Keluhan ini terjadi karena masinis mengalami stres akibat bising dan telat makan. Seperti yang dikutip dari penelitian Wolf dan Mittelmann dalam Helmin 1999
bahwa pengaruh emosi seperti stres akibat bising menyebabkan hipomotiliti lambung akibatnya menurunkan dan menghambat sekresi dan kontraksi lambung sehingga
menyebabkan mual dan tidak nafsu makan. Masinis lainnya juga mengalami rasa baalkesemutan, yaitu sebanyak 21
orang 52,5. Aditama 2005 menyatakan bahwa kesemutan vasokontriksi
Universitas Sumatera Utara
pembuluh darah merupakan suatu keadaan dimana mengerut atau mengecilnya pembuluh darah arteri karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.
Masinis yang mengalami otot leher tegang, yaitu sebanyak 8 orang. Masinis mengalami otot leher tegang disebabkan kondisi leher yang monoton kurang gerak
dan kelelahan otot akibat kebisingan. Menurut Suma’mur 1996 kebisingan dapat menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi dan relaksasi, berkurangnya kemampuan otot tersebut menunjukkan kelelahan otot.
Masinis juga mengalami kenaikan tekanan darah sistolik sebanyak 13 orang 32,5 dan 7 orang 17,5 yang mengalami kenaikan tekanan darah diastolik.
Chandra 2007 menyatakan bahwa kebisingan dapat memengaruhi kesehatan manusia, berupa peningkatan sistem kardiovaskuler dalam bentuk kenaikan tekanan
darah dan peningkatan denyut jantung. Selain itu, Aditama 2005 juga menyatakan bahwa tekanan darah meningkat disebabkan karena darah dipaksa melewati
pembuluh darah yang sempit vasokontriksi.
5.5. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Keluhan Kesehatan