4.6.1 Cangkang Kapsul Kosong
Untuk uji kerapuhan ini, pada cangkang kapsul kosong dijatuhkan beban 50 g dari ketinggian 10 cm dimana beban 50 g ini diibaratkan sebagai tekanan
yang terjadi saat membuka kemasan kapsul. Kapsul dikatakan rapuh apabila setelah dijatuhkan beban, cangkang kapsul retak atau pecah Nagata, S., 2002.
Kapsul akan rapuh jika kadar uap air yang dikandungnya sedikit. Sebaliknya jika kadar uap airnya terlalu banyak, kapsul cenderung akan melunak.
Dari 6 cangkang kapsul kosong yang diuji, tidak terdapat kapsul yang rapuh. Terlihat pada gambar berikut ini:
a b
Gambar 4.7 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong mula – mula
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
a b
Gambar 4.8 Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah penyimpanan
pada suhu 30°C; RH 70
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 4.9
Uji kerapuhan cangkang kapsul kosong setelah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75.
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
4.6.2 Cangkang Kapsul Berisi Uji Ketahanan Terhadap Tekanan
Pada pengujian ini, cangkang kapsul yang telah diisi dengan natrium diklofenak dan laktosa ditekan dengan beban 2 kg. Beban 2 kg diibaratkan sebagai
tekanan yang mungkin terjadi selama proses pengisian sampai dengan pengemasan kapsul. Dalam sekali produksi, dapat dihasilkan beribu-ribu kapsul
dimana kapsul yang telah diisi dapat tertekan oleh kapsul lainnya sebelum pengemasan. Akibatnya jika kapsul rapuh, maka isi kapsul dapat keluar Nagata,
S., 2002. Dari 6 cangkang kapsul yang diuji, tidak terdapat cangkang kapsul yang
menunjukkan kerapuhan yang berarti. Terlihat pada gambar berikut :
a b
Gambar 4.10 Uji kerapuhan cangkang kapsul mula – mula berisi
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 4.11
Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
a b
Gambar 4.12
Uji kerapuhan cangkang kapsul berisi setelah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75
Keterangan: a Sebelum uji kerapuhan b Sesudah uji kerapuhan
4.7 Profil Disolusi Natrium Diklofenak dalam Kapsul Alginat 80 – 120 cP 4.7.1 Pengaruh Penyimpanan
Profil disolusi Natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan suhu kamar dan suhu 40°C; RH 75 setelah3 bulan
dilakukan dengan medium pH berganti yaitu medium lambung buatan pH 1,2 selama 2 jam 120 menit kemudian diganti dengan medium usus buatan pH 6,8
selama 5 jam 420 menit.
Universitas Sumatera Utara
4.7.1.1 Laju Disolusi Natrium diklofenak dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 30°C;
RH 70
Gambar 4.13
Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu
30°C; RH 70.
Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dalam medium lambung buatan pH 1,2 pada menit ke-5 sebanyak
0,084 sampai menit ke-120 sebanyak 9,790. Setelahnya dilakukan penggantian medium usus buatan pH 6,8 terlihat pada menit ke-125 terlepas
sebanyak 10,283 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah dan pada menit ke -165 45 menit dalam medium pH 6,8 terlepas sebanyak 37,179.
Kemudian secara perlahan konsentrasi obat yang terlepas meningkat sampai mencapai puncak tertinggi saat obat dan cangkang kapsul habis pada menit ke-420
sebanyak 105,565. Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat setelah penyimpanan
3 bulan pada suhu 30°C; RH 70 dalam medium lambung buatan pH 1,2 terjadi pelepasan natrium diklofenak dari kapsul alginat yaitu dari menit ke-5 sebanyak
Universitas Sumatera Utara
0,411 sampai menit ke-120 sebanyak 9,979. Setelahnya dilakukan penggantian medium usus buatan pH 6,8 dimana terlihat pada menit ke-125
terlepas sebanyak 11,406 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah dan pada menit ke -165 45 menit dalam medium pH 6,8 terlepas sebanyak
61,428. Kemudian secara perlahan konsentrasi obat terlepas meningkat sampai mencapai puncak tertinggi saat obat dan cangkang kapsul habis pada menit ke-420
sebanyak 103,534. Dari hasil disolusi didapatkan bahwa dalam medium lambung pH 1,2
baik sebelum maupun sesudah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70 kapsul alginat tidak pecah yang disebabkan karena terjadinya pelepasan kalsium sehingga
terbentuknya gel pada kapsul alginat yang akan membentuk asam alginat yang bersifat hidrofobik Bangun, dkk, 2005 sehingga dapat diketahui bahwa kapsul
alginat dapat digunakan untuk pembuatan sediaan delayed release. Namun, setelah pelepasan selama 45 menit dalam medium pH 6,8 didapatkan bahwa baik
kapsul alginat sebelum penyimpanan maupun setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 30°C; RH 70 masih belum memenuhi persyaratan USP XXXII
2009 dengan persyaratan pelepasan tidak kurang dari 75. Pengujian statistik dilakukan dengan metode Independent T-Test
terhadap pelepasan natrium diklofenak versus waktu dari kapsul alginat sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada 30°C; RH 70 dalam medium
pH berganti dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 dimana dari menit ke - 5 hingga menit ke 420 T
hitung
T
tabel
sehingga tidak terdapat adanya perbedaan profil disolusi natrium diklofenak sebelum dan sesudah penyimpanan pada suhu
30°C; RH 70 dan dapat disimpulkan tidak terdapat adanya pengaruh
Universitas Sumatera Utara
penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70 terhadap pelepasan natrium diklofenak dari cangkang kapsul alginat.
4.7.1.2 Laju Disolusi Natrium diklofenak dalam Kapsul Alginat Sebelum Penyimpanan dan Setelah Penyimpanan 3 Bulan pada Suhu 40°C;
RH 75
Gambar 4.14 Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum
penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 3 bulan pada suhu 40°C; RH 75.
Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat sebelum penyimpanan dalam medium lambung buatan pH 1,2 pada menit ke-5 sebanyak
0,084 sampai menit ke-120 sebanyak 9,790. Setelahnya dilakukan penggantian medium usus buatan pH 6,8 terlihat pada menit ke-125 terlepas
sebanyak 10,283 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah dan pada menit ke -165 45 menit dalam medium pH 6,8 terlepas sebanyak 37,179.
Kemudian secara perlahan konsentrasi obat yang terlepas meningkat sampai mencapai puncak tertinggi saat obat dan cangkang kapsul habis pada menit ke-420
sebanyak 105,565.
Universitas Sumatera Utara
Pelepasan natrium diklofenak dalam kapsul alginat setelah penyimpanan 3 bulan pada suhu 40°C; RH 75 dalam medium lambung buatan pH 1,2 terjadi
pelepasan natrium diklofenak dari kapsul alginat yaitu dari menit ke-5 sebanyak 0,085 sampai menit ke-120 sebanyak 8,995. Setelahnya dilakukan
penggantian medium usus buatan pH 6,8 dimana terlihat pada menit ke-125 terlepas sebanyak 9,062 dan pada menit ke-135 cangkang kapsul mulai pecah
dan pada menit ke -165 45 menit dalam medium pH 6,8 terlepas sebanyak 55,98. Kemudian secara perlahan konsentrasi obat terlepas meningkat sampai
mencapai puncak tertinggi saat obat dan cangkang kapsul habis pada menit ke-420 sebanyak 103,642.
Dari hasil disolusi didapatkan bahwa dalam medium lambung pH 1,2 baik sebelum maupun sesudah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75 kapsul
alginat tidak pecah yang disebabkan karena terjadinya pelepasan kalsium sehingga terbentuknya gel pada kapsul alginat yang akan membentuk asam alginat yang
bersifat hidrofobik Bangun, dkk, 2005 sehingga dapat diketahui bahwa kapsul alginat dapat digunakan untuk pembuatan sediaan delayed release. Namun,
setelah pelepasan selama 45 menit dalam medium pH 6,8 didapatkan bahwa baik kapsul alginat sebelum penyimpanan maupun setelah penyimpanan selama 3
bulan pada suhu 40°C; RH 75 masih belum memenuhi persyaratan USP XXXII 2009 dengan persyaratan pelepasan tidak kurang dari 75.
Pengujian statistik dilakukan dengan metode Independent T-Test terhadap pelepasan natrium diklofenak versus waktu dari kapsul alginat
sebelum dan setelah penyimpanan 3 bulan pada 30°C; RH 70 dalam medium pH berganti dengan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 dimana dari menit ke - 5
Universitas Sumatera Utara
hingga menit ke 420 T
hitung
T
tabel
sehingga tidak terdapat adanya perbedaan profil disolusi natrium diklofenak sebelum dan sesudah penyimpanan pada suhu
40°C; RH 75 dan dapat disimpulkan tidak terdapat adanya pengaruh penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75 terhadap pelepasan natrium diklofenak
dari cangkang kapsul alginat.
Tabel 4.9
Tabel persen pelepasan natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat terhadap sediaan delayed release
NO Waktu
Jumlah yang terlepas Persyaratan
Delayed Relase menurut USP
XXXII Mula-
mula Suhu 30°C
RH 70 Suhu 40°C
RH 75
1 2 jam
dalam medium
pH 1,2 9,790
9,979 8,995
Rata – rata tidak lebih dari 10 dan
tidak ada satupun yang melebihi 25
2 45 menit
dalam medium
dapar posfat pH
6,8 37,179
61,428 55,98
Tidak kurang dari 75
Dari tabel terlihat bahwa jumlah natrium diklofenak dalam cangkang kapsul alginat sebelum penyimpanan yang terlepas setelah 2 jam dalam medium
pH 1,2 adalah 9,790 dan pelepasan setelah 45 menit dalam medium pH 6,8 adalah 37,179.
Jumlah natrium diklofenak yang terlepas dari cangkang kapsul alginat setelah penyimpanan pada suhu 30°C; RH 70 selama 3 bulan setelah 2 jam
dalam medium pH 1,2 adalah 9,979 dan setelah 45 menit dalam medium pH 6,8 adalah 61,428. Hal ini memperlihatkan bahwa sediaan natrium diklofenak
dalam cangkang kapsul alginat tidak memenuhi persyaratan pelepasan sediaan
Universitas Sumatera Utara
delayed release dimana pelepasan setelah 45 menit dalam medium pH 6,8
jam seharusnya tidak kurang dari 75 . Jumlah natrium diklofenak yang terlepas dari cangkang kapsul alginat
setelah penyimpanan pada suhu 40°C; RH 75 selama 3 bulan setelah 2 jam dalam medium pH 1,2 adalah 8,995 dan setelah 45 menit dalam medium pH
6,8 adalah 55,98. Hal ini memperlihatkan bahwa sediaan natrium diklofenak dalam
cangkang kapsul alginat yang dibuat masih belum memenuhi persyaratan pelepasan sediaan delayed release dimana pelepasan setelah 45 menit dalam
medium pH 6,8 jam seharusnya tidak kurang dari 75 .
4.7.2 Pengaruh Penambahan TiO