23
Menurut hukum adat jual beli tanah adalah suatu perbuatan pemindahan hak atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan pemindahan hak
harus dilakukan dihadapan kepala adat, yang berperan sebagai pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan hak tersebut sehingga
perbuatan tersebut diketahui oleh umum. Tunai maksudnya, bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran harga tanah dibayar kontan, atau baru dibayar
sebagian, dalam hal pembeli tidak membayar sisanya, maka penjual tidak dapat menuntut atas dasar terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas dasar hukum utang
piutang.
32
Dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA istilah jual beli hanya disebutkan dalam pasal 26 yaitu yang menyangkut jual beli hak milik atas tanah.
Dalam pasal-pasal lainnya, tidak ada kata yang menyebutkan jual beli, tetapi disebutkan sebagai
dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan suatu perbuatan yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah kepada pihak lain melalui jual
beli, hibah, tukar menukar dan hibah wasiat. Jadi, mekipun dalam pasal hanya disebutkan dialihkan, termasuk salah satunya adalah perbuatan hukum pemindahan
hak atas tanah karena jual beli.
2. Kerangka Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstrak dan
32
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, Rajawali, 1983, hal.211
Universitas Sumatera Utara
24
kenyataan. Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakan, terutama dalam judul penelitian, bukanlah untuk keperluan mengkominikasikannya semata-mata kepada
pihak lain, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun peneliti sendiri di dalam menangani proses penelitian bersangkutan.
33
Konsep diartikan
sebagai kata
yang menyatukan
abstraksi yang
digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional.
34
Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai.
35
Suatu Kerangka konsepsionil, merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-
konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri biasanya dinamakan fakta, sedangkan konsep
merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.
36
Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan.
37
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala
yang akan diteliti, akan tetapi merupakan abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai
33
Sanapiah Faisal, Format-Format penelitian Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999, Hal. 107-108
34
Samadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, Hal. 3.
35
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fidusia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi, Medan: PPs-USU,2002, Hal.35
36
Soerjono Soekanto, Op.Cit, Hal. 132
37
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, Hal. 80
Universitas Sumatera Utara
25
hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.
38
kerangka konsep mengandung baginya atau
memperkuat keyakinannya
akan konsepnya
sendiri mengenai
sesuatu permasalahan.
39
Kerangka konsepsional dalam penelitian hukum, diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk
pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional
tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional didalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan
konstruksi data. Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata KUHPerdata, menganut
asas kebebasan dalam hal membuat perjanjian beginsel der contractsvrijheid. Asas ini dapat disimpulkan dari pasal 1338, yang menerangkan bahwa segala perjanjian
yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Dalam pasal tersebut, tidak lain dari pernyataan bahwa tiap perjanjian “mengikat” kedua belah pihak, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang leluasa untuk
membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Tidak saja leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketentuan
yang diatur dalam bagian khusus Buku III. Dengan kata lain peraturan-peraturan yang
38
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986 hal.132
39
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80
Universitas Sumatera Utara
26
ditetapkan dalam Buku III itu hanya disediakan dalam hal para pihak yang berkontrak itu tidak membuat peraturan sendiri.
Perikatan Jual Beli yang dibuat dihadapan notaris merupakan perjanjian yang diangkat dan dibuat dari konsepsi Kitab Undang-undang hukum perdata yang
merupakan kesepakatan para pihak mengenai hak dan kewajiban yang dibuat berdasarkan pasal 1320 jo pasal 1338 Kitab Undang-undang hukum perdata sehingga
dapat memberikan kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi para pihak yang membuatnya.
Demikian dengan pemberian kuasa blanko yang diuraikan dalam pasal 26 ayat 3 Peraturan Jabatan Notaris yang berbunyi “ketentuan dalam pasal ini sebegitu jauh
tidak berlaku terhadap surat-surat kuasa, sehingga diperkenankan untuk tidak mengisi dalam akta itu nama atau nama kecil dari yang diberi kuasa, kedudukan dan tempat
tinggalnya.
40
Pemberian kuasa blanko dipergunakan untuk melaksanakan akta jual beli yang definitive dihadapan PPAT yang berwenang untuk itu dimana letak objek jual
beli tersebut berada dan mutlak dipergunakan hanya untuk kepentingan pihak pembeli.
Oleh karena itu definisi operasional dalam penelitian ini yaitu :
40
G.H.S, Lumban Tobing, Op. Cit., hal 193
Universitas Sumatera Utara
27
a. Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.
41
b. Kuasa Blanko adalah kuasa dimana penerima kuasa tidak dicantumkan namanya didalam akta tetapi hanya ada titik-titik atau dikosongkan dalam Akta.
c. Akta adalah akta notaris sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1 ayat 7 UUJN, akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.
d. Perikatan adalah hubungan hukum antara dua pihak, dimana pihak yang satu mempunyai hak dan pihak yang lainnya mempunyai kewajiban.
42
e. Jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual dengan berjanji menyerahkan sesuatu barangbenda zaak dan pihak lain yang bertindak sebagai
pembeli mengikatkan diri dengan berjanji untuk membayar harga.
43
f. Perikatan Jual beli adalah perjanjian antara pihak penjual dan pihak pembeli
sebelum dilaksanakannya jual beli dikarenakan adanya unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk jual beli tersebut.
44
41
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek, Op.Cit, pasal 1792
42
J.Satrio, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992, hal.3
43
M. Yahya Harahap, Op.cit, hal 182
44
R Subekti, Hukum Perjanjian, Bina Cipta, Bandung, 1987, hal 75
Universitas Sumatera Utara
28
G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sitematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Saat ini sangat diperlukan metode yang akan dipergunakan untuk memberikan gambaran dan
jawaban atas masalah yang akan dibahas. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu
analitis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan berdasarkan teori atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang
seperangkat data atau menunjukkan komparisi atau hubungan seperangkat data dengan seperangkat data yang lain.
45
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yuridis empiris didukung oleh pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk melihat
kenyataan secara langsung yang terjadi dalam praktek di lapangan sedangkan pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-
peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dengan mengingat permasalahan yang diteliti pada peraturan-peraturan
45
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997,
hal. 38
Universitas Sumatera Utara
29
perundang-undangan yaitu hubungan peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya serta kaitannya dengan penerapannya dalam praktek.
2. Teknik Pengumpulan Data