a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas
b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang telah ditetapkan pemerintah
c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
Pada Pasal 53 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelianpengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya. Nilai
pembelianpengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga belibangun aset.
Dalam PSAP 07, aset tetap di neraca diklasifikasikan menjadi enam akun sebagaimana dirinci dalam penjelasan berikut ini:
a. Tanah Tanah yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah tanah yang dimiliki atau
dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Tanah yang
digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan tetap dicatat sebagai tanah yang terpisah dari aset tetap yang dibangun di atas tanah tersebut.
b. Peralatan dan Mesin
Universitas Sumatera Utara
Peralatan dan mesin yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah peralatan dan mesin yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap yang dapat diklasifikasikan dalam peralatan dan mesin ini
mencakup antara lain: alat berat; alat angkutan; alat bengkel dan alat ukur; alat pertanian; alat kantor dan rumah tangga; alat studio, komunikasi, dan pemancar; alat
kedokteran dan kesehatan; alat laboratorium; alat persenjataan; komputer; alat eksplorasi; alat pemboran; alat produksi, pengolahan, dan pemurnian; alat bantu
eksplorasi; alat keselamatan kerja; alat peraga; dan unit peralatan proses produksi. c. Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah gedung dan bangunan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Termasuk dalam jenis gedung dan bangunan ini antara lain:
bangunan gedung, monumen, bangunan menara, dan rambu-rambu. d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Jalan, irigasi, dan jaringan yang dikelompokkan dalam aset tetap adalah jalan, irigasi, dan jaringan yang dimiliki atau dikuasai oleh pemerintah untuk digunakan
dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan dalam kondisi siap digunakan. Contoh aset tetap yang termasuk dalam klasifikasi ini
mencakup antara lain: jalan dan jembatan, bangunan air, instalasi, dan jaringan. e. Aset Tetap Lainnya
Universitas Sumatera Utara
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, tetapi memenuhi definisi aset tetap. Aset tetap
lainnya ini dapat meliputi koleksi perpustakaanbuku dan barang bercorak senibudayaolah raga.
f. Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan mencakup aset tetap yang sedang dalam proses
pembangunan, yang pada tanggal neraca belum selesai dibangun seluruhnya.
2.1.6. Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sirojuzilam 2003:4, “Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya
dalam bidang ekonomi”. Menurut Sirojuzilam 2003:5, definisi pertumbuhan ekonomi adalah “kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk
menyediakan semakin banyak barang kepada penduduknya, kemampuan ini bertambah sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan
ideologis yang diperlukan”.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang
dan jasa sebagai akibat pertambahan faktor-faktor produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya.
Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya.
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi disuatu
Universitas Sumatera Utara
negara atau wilayah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto PDBProduk Domestik Regional Bruto PDRB, baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDBPDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDBPDRB atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan
PDBPDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar. Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Menurut BPS ada beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
PDRB adalah jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang
global dan tidak mencerminkan kesejahteraan penduduk. Umumnya Produk Domestik Regional Bruto dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga berlaku Nominal dan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Riil. Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada Produk Domestik Regional
Bruto atas dasar harga berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan Produk
Universitas Sumatera Utara
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun. 2. PDRB per Kapita atau Pendapatan Perkapita
PDRB per kapita merupakan ukuran yang lebih tepat karena telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran pendapatan per kapita dapat
diketahui dengan membagi PDRB dengan jumlah penduduk.
3. Pendapatan Per jam Kerja Pendapatan per kapita
adalah besarnya pendapatan rata - rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan
jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar
pendapatan per kapitanya, semakin makmur negara tersebut.
Suatu negara dapat dikatakan lebih maju dibandingkan negara lain bila mempunyai tingkat pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi dari pada
upah per jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama. Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang, yang disertai oleh perbaikan system kelembagaan. Dari definisi tersebut
pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:
Universitas Sumatera Utara
1. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi secara terus menerus. 2. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita.
3. Kenaikan pendapatan per kapita tersebut harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
4. Perbaikan system kelembagaan di segala bidang. Pembangunan ekonomi akan tercermin pada kenaikan pendapatan perkapita
dan perbaikan tingkat kesejahteraan pada masyarakat. Indikator dari pertumbuhan ekonomi suatu negara salah satunya ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan
domestik bruto atau produk nasional bruto. PDRB dan Pendapatan Regional Perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata
ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah. http:sumut.bps.go.id
.
2.1.7. Pengaruh DAU dan DAK terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal sebagai Variabel Intervening
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, pemerintah daerah otonom memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat UU 322004. Kebijakan otonomi merupakan pendelegasian
kewenangan yang disertai dengan penyerahan dan pengalihan pendanaan termasuk DAU dan DAK dalam kerangka desentralisasi. Dalam menghadapi desentralisasi,
bisa saja potensi daerah yang satu dengan daerah yang lain beragam. Perbedaan ini pada gilirannya menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang beragam pula.
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang berasal dari daerah sangat tergantung pada realisasi potensi ekonomi tersebut menjadi bentuk – bentuk
kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk pembangunan daerah yang berkelanjutan. Semakin besar DAU dan DAK, maka semakin besar pula
peran pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui kegiatan investasi. Jadi DAU dan DAK memiliki pengaruh yang positif terhadap
belanja modal.
2.2. Review Peneliti Terdahulu Theoretical Mapping
Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh dana alokasi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi dan belanja modal sebagai variabel
intervening. Beberapa hasil penelitian adalah : Husni 2011, meneliti tentang pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi
khusus terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dengan belanja modal sebagai variabel intervening. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dana alokasi khusus
berkontribusi signifikan sedangkan dana alokasi umum tidak terhadap belanja modal. Armansyah 2004, analisis pengaruh pengeluaran pemerintah daerah
terhadap pertumbuhan ekonomi provinsi-provinsi di Indonesia. Hasil penelitiannya untuk di setiap propinsi menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan memberikan
pengaruh yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin terhadap pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Hamzah 2009, penelitian ini mempelajari hubungan antara pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan belanja publik terhadap pertumbuhan
ekonomi, kemiskinan dan pengangguran: pendekatan analisis jalur studi pada 38 kotakabupaten di provinsi Jawa Timur periode 2001-2006. Penelitian ini
menggunakan sample pada 38 daerah KabupatenKota di Jawa Timur. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah PAD dan dana perimbangan secara langsung tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap belanja publik, PAD dan dana perimbangan secara langsung dan tidak langsung melalui belanja publik tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, belanja publik secara langsung tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan secara tidak
langsung melalui pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan dan penggangguran, dan pertumbuhan ekonomi secara langsung
berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan tetapi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penggangguran.
Pratolo 2009, hubungan antara pengaruh pendapatan asli daerah dan belanja pembangunan terhadap rasio kemandirian dan pertumbuhan ekonomi Studi pada
Kota dan Kabupaten di Propinsi di DIY. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh APBD tahun 1999-2005, Rasio kemandirian tahun 2000-2006 dan PDRB tahun 2001-
2007. Penelitian ini menggunakan penelitian sensus dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan, dimana yang diteliti adalah keseluruhan elemen dari
populasi, yaitu seluruh Kota, Kabupaten dan Propinsi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data
Universitas Sumatera Utara
sekunder, yaitu data yang didapat dari Badan Pusat Statistik BPS di Provinsi DIY. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan antara PAD
terhadap rasio kemandirian, terdapat pengaruh yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap rasio kemandirian, tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara PAD terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara rasio kemandirian terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui rasio kemandirian, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara belanja pembangunan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui rasio kemandirian.
Daulay 2011, Penelitian ini adalah tentang Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Kesimpulan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa DAK, DAU, BP dan BM dapat digunakan sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi sedangkan PAD, DHP dan ID tidak
dapat digunakan sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa DAK, DAU, BP dan BM secara simultan berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan secara parsial hanya DAK, DAU dan BP yang berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Review Peneliti Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian
Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1. Hasrina Husni
2011 Pengaruh Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli
Daerah dengan Belanja Modal sebagai
Variabel Intervening Studi Empiris di
kabupatenkota Provinsi Aceh
DAU, DAK, PAD, dan Belanja Modal
DAU berkontribusi signifikan sedangkan DAU
tidak terhadap belanja
modal. Pada lag 1 tahun DAU dan belanja modal
berkontribusi signifikan sedangkan DAK tidak
terhadap peningkatan PAD. Pada lag 2 tahun DAU,
belanja modal berkontribusi signifikan terhadap
peningkatan PAD sedangkan DAK tidak. Pada lag 3 tahun
DAU, DAK dan belanja modal berkontribusi
signifikan terhadap peningkatan PAD.
2 Armin
Armansyah 2004
Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah Daerah terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Propinsi- propinsi di Indonesia.
Pengeluaran pemerintah daerah,
pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pembangunan memberikan pengaruh yang
lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin terhadap
pertumbuhan ekonomi di masing-masing propinsi di
Indonesia.
3 Ardi Hamzah,
2009 Pengaruh
PendapatanAsli Daerah, Dana
Perimbangan dan Belanja Publik
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan
dan Pengangguran: Pendekatan Analisis
Jalur Studi Pada 38 KotaKabupaten di
Propinsi Jawa Timur Periode 2001-2006
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, Belanja Publik,
Pertumbuhan Ekonomi,
Kemiskinan, dan Pengangguran
PAD, Dana Perimbangan, dan Belanja Publik baik
secara langsung dan tidak langsung tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
4 Ismi Rizky
Fitriyanti dan Suryo Pratolo,
2009 Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah dan Belanja Pembangunan
Terhadap Rasio Kemandirian dan
Pertumbuhan Ekonomi Studi pada Kota,
Kabupaten dan Propinsi di DIY
periode 2000-2007 Pendapatan Asli
Daerah, Belanja Pembangunan,
Pertumbuhan Ekonomi, Rasio
Kemandirian Daerah.
Antara PAD dan Belanja Pembangunan menunjukkan
hasil yang tidak signifikan terhadap Pertumbuhan
Ekonomi sedangkan PAD dan Belanja Pembangunan
mempengaruhi secara signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
5 Rizkia Daulay,
2011 Faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di Sumatera Utara PAD, DAU, DAK,
Dana Bagi Hasil, Investasi Daerah,
Belanja pegawai, Belanja Modal
DAK, DAU, BP dan BM dapat digunakan sebagai
faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi
sedangkan PAD, DHP dan ID tidak dapat digunakan
sebagai faktor pembentuk Pertumbuhan Ekonomi.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa DAK,
DAU, BP dan BM secara simultan berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi sedangkan secara
parsial hanya DAK, DAU dan BP yang berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan rumusan masalah penelitian sebelumnya, maka kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini, dapat digambarkan
sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Intervening Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Semakin tinggi dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan belanja modal
untuk terlaksana sarana dan prasarana fisik pembangunan sehingga tersedianya pelayanan masyarakat kegiatan dalam peningkatan pembangunan infrastruktur yang
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengaruh yang positip secara langsung baik antara dana perimbangan dan belanja modal berdampak
terhadap pertumbuhan ekonomi. Akses peningkatkan dana perimbangan dan belanja modal akan mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam menambah asset seperti
peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya.
Dana Alokasi Umum DAU
Dana Alokasi Khusus DAK
Belanja Modal BM
Pertumbuhan Ekonomi
PE
Universitas Sumatera Utara