BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari angka harapan hidup penduduknya life expectancy. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang memiliki angka harapan hidup penduduk yang semakin meningkat seiring dengan perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang semakin
membaik. Namun, di sisi lain meningkatnya angka harapan hidup ini membawa
beban bagi masyarakat, karena dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia lansia meningkat pula rasio ketergantungan lanjut usia old age dependency
ratio. Artinya setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
dalam struktur kependudukan, tentu akan menimbulkan permasalahan sosial lanjut usia, baik yang akan dirasakan para lanjut usia sendiri maupun berupa
beban yang akan dipikul oleh keluarga, masyarakat serta pemerintah. Masalah yang dimaksud adalah kebutuhan yang dirasakan oleh lanjut usia yang merugikan
dan mengganggu kemampuan lanjut usia untuk memenuhi kebuuhan riil serta melakasanakan peranan sosialnya.
Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat KESRA melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup UHH 52,2 tahun dan jumlah
lansia 7.998.543 orang 5,45 maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang 8,90 dan UHH juga meningkat 66,2 tahun. Pada tahun 2010 penduduk lansia
Universitas Sumatera Utara
di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia
mencapai 28,8 juta atau 11,34 dengan UHH sekitar 71,1 tahun http:www.depsos.go.id
Menurut proyeksi WHO pada 1995 dimana, pada tahun 2050 dibandingkan dengan tahun 1990 bahwa pertumbuhan penduduk lanjut usia
Indonesia mengalami pertumbuhan terbesar di Asia, yaitu sebesar 414, Thailand 337, India 242, dan China 220. Jumlah lanjut usia Indonesia, menurut
sumber BPS bahwa pada tahun 2004 sebesar 16.522.311, tahun 2006 sebesar 17.478.282, dan pada tahun 2008 sebesar 19.502.355 8,55 dari total penduduk
sebesar 228.018.900, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lanjut usia sekitar 28 juta jiwa. Sungguh suatu jumlah yang sangat besar sehingga jika tidak
dilakukan upaya peningkatan kesejateraan lanjut usia sejak sekarang akan menimbulkan permasalahan dan bisa jadi merupakan bom waktu di kemudian
hari. Dari data tersebut, jumlah lanjut usia terlantar di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 1.644.002 jiwa, tahun 2009 sebanyak 2.994.330 jiwa dan tahun 2010
sebanyak 2.851.606 jiwa http:www.depsos.go.id. Kecenderungan timbulnya masalah ini ditandai pula dengan angka
ketergantung lanjut usia sesuai Susenas BPS 2008 sebesar 13,72. Angka ketergantungan penduduk akan menjadi tinggi dan dirasakan oleh penduduk usia
produktif jika ditambah dengan angka ketergantungan penduduk usia kurang dari 15 tahun, dimana saat ini jumlah penduduk kurang dari 15 tahun sebesar 29,13.
Dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi lanjut usia dalam bidang pembangunan yaitu adanya lanjut usia yang bekerja sebesar 36,11 kota dan
Universitas Sumatera Utara
sebesar 52,75 desa. Besarnya jumlah lanjut usia yang bekerja di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan daerah perkotaan antara lain karena pekerjaan
di perdesaan didominasi oleh pekerjaan bidang pertanian yang pada umumnya menjadi mata pencarian pokok. Bekerja sebagai petani tidaklah membutuhkan
tingkat pendidikan dan pengetahuan yang tinggi sehingga hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan lanjut usia dimana jumlah lanjut usia yang tidak sekolah, tidak
tamat SD, dan hanya berpendidikan SD totalnya sebesar sekitar 86 http:www.komnaslansia.or.id, 2009.
Sementara berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi Sumatera Utara, jumlah penduduk lanjut usia di Sumatera utara
pada tahun 2009 adalah sebanyak 805.500 jiwa 6,08 dari total keseluruhannya yakni 13.248.400 jiwa. Dan diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di kota Binjai salah satu kota di
Sumatera Utara. Kota dengan jumlah penduduk sekitar 250.000 jiwa ini juga mengalami peningkatan jumlah lansia secara signifikan setiap tahunnya. Pada
tahun 2007 jumlah lansia di Kota Binjai tercatat sebanyak 12.797 jiwa, tahun 2008 sebanyak 13.796 jiwa, tahun 2009 sebanyaak 13.843 jiwa , dan tahun 2010
tercatat sebanyak 14.518 jiwa BPS, Kota Binjai Data di atas memproyeksikan adanya kecenderungan peningkatan populasi
lanjut usia secara signifikan. Konsekuensinya, muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dialami lanjut usia
dengan baik. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagai pihak guna menjamin kualitas kesejahteraan sosial lanjut usia.
Universitas Sumatera Utara
Memperhatikan permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna menunjang derajat kesehatan dan mutu
kehidupan para lansia agar mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi keluarga maupun masyarakat.
Berbagai kebijakan dan program yang dijalankan pemerintah diantaranya tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain meliputi: 1 Pelayanan keagamaan dan mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah dengan
penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2 Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya penyembuhan kuratif, diperluas pada bidang pelayanan
geriatrikgerontologik; 3 Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan
dalam melakukan perjalanan, penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4 Kemudahan dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan administrasi
pemerintahan KartuTanda Penduduk seumur hidup, pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan biaya untuk
pembelian tiket perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket khusus, penyediaan
kartu wisata khusus, mendahulukan para lanjut usia. Semua hal tersebut di atas memerlukan keterlibatan peran dan tanggung
jawab pemerintah dan masyarakat serta lembaga maupun organisasi sosial untuk bersama-sama berkomitmen dalam mewujudkan kesejahteraan bagi para lansia.
Seluruh upaya ini dilakukan dengan memberdayakan para lansia untuk ikut aktif berpartisipasi dalam pembangunan guna mengurangi kemiskinan, memperoleh
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang lebih baik dan mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Mereka diberdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan,
keahlian, keterampilan, pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya http:www.komnaslansia.or.id
Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia perlu memperhatikan dua hal yaitu : Pertama, lanjut usia sebagai salah satu tahap siklus perkembangan
manusia ; Kedua, lanjut usia sebagai manusia mempunyai berbagai dimensi, baik jasmani, rohani, sosial, dan ekonomi. Pemberian pelayanan sosial kepada lanjut
usia perlu dilakukan oleh berbagai pihak melalui lembaga-lembaga sosial dengan tenaga pemberi pelayanan yang terlatih agar kualitas pelayanan dapat terjamin
mutunya. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial RI
melalui Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang secara fungsional mempunyai tugas pokok dan fungsi menetapkan kebijakan pelayanan sosial lanjut
usia memandang perlu mengembangkan dan melakukan berbagai program pelayanan sosial lanjut usia, baik program pelayanan yang berbasis lembaga panti
institutional based services, pelayanan berbasis keluarga family-based services, maupun pelayanan berbasis masyarakat community-based services
Panti Sosial Tresna Werdha Panti Sosial Lanjut Usia sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia berbasis panti yang dimiliki pemerintah maupun
swasta dan yang memiliki berbagai sumber daya perlu mengembangkan diri menjadi institusi progresif dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon
kebutuhan lanjut usia yang terus meningkat. Berbagai program pelayanan lanjut usia seperti: pelayanan subsidi silang, pelayanan harian lanjut usia day care
Universitas Sumatera Utara
services, dan pelayanan perawatan rumah home care service, dapat dilakukan tanpa meninggalkan pelayanan utamanya kepada lanjut usia terlantar. Panti sosial
lanjut usia mempunyai fungsi utama: pemenuhan kebutuhan, pendidikan dan pelatihan, pusat informasi dan rujukan, pusat pelayanan dan pengembangan
Departemen Sosial, 2007: 1-2. Selama ini pelayanan sosial lanjut usia dalam panti sudah diupayakan
semaksimal mungkin, tetapi hasilnya masih belum memuaskan dan masih belum mampu untuk menangani permasalahan lanjut usia yang jumlahnya cenderung
meningkat setiap tahunnya. Untuk menjawab permasalahan lanjut usia tersebut, Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia melakukan pengembangan model
pelayanan sosial yang dapat memberikan pelayanan kepada lanjut usia potensial. Pelayanan ini desebut Day Care Services Lanjut Usia Pelayanan Harian Lanjut
Usia. Mengingat pentingnya pemberian pelayanan sosial kepada lanjut usia, dan
untuk mengatasi salah satu dari berbagai permasalahan orang lanjut usia, maka Dinas Sosial Sumatera Utara melalui UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah
Binjai dan Medan memiliki tujuan dalam memberikan pelayanan sosial kepada orang lanjut usia agar mereka mampu berfungsi secara sosial. UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah lembaga pelayanan sosial lanjut usia yang tujuannya memberikan pelayanan tanpa pamrih dan menyayangi
para lanjut usia dengan penuh pengabdian. Pelayanan yang di berikan oleh UPT ini dilaksanakan melaui pendekatan Panti dan di luar panti.
Salah satu program yang berjalan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan adalah program Day Care Services Pelayanan Harian
Universitas Sumatera Utara
Lanjut Usia. Program ini dimulai uji coba pelaksanaanya pada bulan Juli tahun 2007. Dan pada tahun 2008 hingga sekarang program Day Care Services telah
dilaksanakan oleh UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pelayanan sosial bagi lanjut usia
yang lebih profesional, komprehensif dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia ditujukan kepada
lanjut usia yang berada di luar panti. Program ini sangat besar manfaatnya bagi lanjut usia untuk mengisi waktu luang dengan mengikuti kegiatan-kegiatan
sebagai pengentasan masalah lanjut usia luar panti di Provinsi Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Kota Binjai dan sekitarnya.
Namun, dalam pelaksanaan program Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia terdapat masalah yang kiranya dapat menghambat
berjalanannya program ini. Masalah tersebut diantaranya adalah banyaknya lanjut usia yang ingin mendaftar sebagai anggota Day Care Services tetapi karena
kekurangan dana serta sarana dan prasarana pihak UPT terpaksa membatasi anggota Day Care Services, adanya kegiatan yang tidak berjalan maksimal seperti
tidak adanya instruktur yang profesional dalam kegiatan kebugaran. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka hal ini membuat penulis merasa tertarik untuk
mengadakan penelitian melalui program yang dibuat oleh badan atau instansi
terkait yang hasilnya dituangkan ke dalam skripsi dengan judul “Efektivitas Pelaksanaan Program Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia
Oleh Unit Pelaksanaan Teknis UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan”.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah