1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Efektivitas
Pelaksanaan Program Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia oleh Unit Pelaksanaan Teknis UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan
Medan?”
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan program Day Care Services Pelayanan Harian
Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksanaan Teknis UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.
1.3.2 . Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai referensi dalam rangka pengembangan konsep dan teori terutama dalam rangka perbaikan model
yang berhubungan dengan Pelaksanaan program Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia Oleh Unit Pelaksanaan Teknis UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam 6 enam bab, dengan urutan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan subjek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep
dan definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik
analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya
ilmiah ini.
BAB V : ANALISIS DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Efektivitas
2.1.1. Pengertian Efektivitas
Kata kunci pengertian ini adalah kata efektif karena keberhasilan kepemimpinan dan organisasi diukur dengan konsep efektivitas. Efektivitas
memiliki arti berhasil atau tepat guna. Hal ini sesuai dengan pendapat Soewarno yang mengatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Caster I. Bernard, efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah
disepakati bersama Bernard, 1992: 297. Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap
orang, bergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari efektivitas, maka
tidaklah mengherankan jika terdapat sekian banyak pertentangan pendapat sehubungan dengan cara meningkatkannya, cara mengatur dan bahkan cara
menentukan indikator efektivitas. Pengertian yang memadai mengenai tujuan efektivitas ataupun sasaran perusahaan yang merupakan langkah pertama dalam
pembahasan efektivitas, dimana sering kali berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam usaha mengukur efektivitas yang pertama sekali adalah
memberikan konsep tentang efektivitas itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan
taraf sampai sejauh mana peningkatan kesejahteraan manusia dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
suatu program tertentu, karena kesejahteraan manusia merupakan tujuan dari proses pembangunan. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan tersebut dapat pula
dilakukan dengan mengukur beberapa indikator spesial misalnya : pendapatan, pendidikan, ataupun rasa aman dalam mengadakan pergaulan Soekanto, 1989:
48.
2.1.2. Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang berbeda dari lembaga, dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya. Kegiatan efektivitas perusahaan dilakukan dengan melakukan pendekatan
secara langsung terhadap masyarakat, antara lain: 1.
Pendekatan sasaran Goal Approach Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut. Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan
pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil maksimal berdasarakan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan permasalahan
yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan programdalam mencapai tingkat output yang
Universitas Sumatera Utara
direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
2. Pendekatan Sumber System Resource Approach
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori
mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam lingkungannya dimana dari lingkungan
diperoleh sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.
3. Pendekatan Proses Internal Process Approach
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga.
2.1.3 Masalah dalam Pengukuran Efektivitas
Kesulitan menilai efektifitas disebabkan oleh beberapa masalah yang tak terpisahkan dari model yang sekarang ada mengenai keberhasialan organisasi
Steers, 1977: 65. Masalah-masalah pengukuran ini sangat beraneka ragam baik dalam sifat maupun titik asal mereka.
Universitas Sumatera Utara
Adapun masalah-masalah dalam pengukuran efektivitas yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :
1. Masalah kesahihan susunan
Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak sebagai lawan dari yang kongkrit mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling
berhubungan. Ia mengungkapkan keyakinan bahwa variabel-variabel tersebut bersama-sama membentuk satu kesatuan yang utuh.
2. Masalah stabilitas kriteria
Masalah besar kedua yang dihadapi dalam usaha mengukur efektivitas adalah bahwa banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil
setelah beberapa waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas pada suatu waktu mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu
berikutnya. Kriteria tersebut berubah-ubah tergantung pada permintaan, kepentingan, dan tekanan-tekanan ekstern. Pada kenyataannya sifat mudah
berubah ini telah mengakibatan beberapa peneliti kemudian menyatakan bahwa fleksibilitas keluwesan dalam menghadapi perubahan adalah seharusnya
menjadi ciri yang menentukan efektivitas organisasi. 3.
Masalah perspektif waktu Masalah yang ada hubungannya dengan hal di atas adalah perspektif
waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas. Gibson, Ivancevich, dan Donnelly 1973 mengakui dengan jelas masalah perspektif waktu dalam
ancangan mereka pada efektivitas. Mereka menyarankan agar orang memakai kriteria yang berlainan pada waktu menilai efektivitas jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang. Masalah bagi mereka yang mempelajari
Universitas Sumatera Utara
manajemen adalah cara yang terbaik menciptakan keseimbangan antara kepentingan jangka pendek dengan kepentingan jangka panjang, dalam usaha
mempertahankan stabilitas dan pertumbuhan dalam perjalanan waktu. 4.
Masalah kriteria ganda Seperti ditunjukkan sebelumnya, keuntungan utama dari ancangan
multivariasi dalam evaluasi efektifivas adalah sifatnya yang komprehensif, memadukan beberapa faktor ke dalam suatu kerangka yang kompak. Sayangnya,
kelebihan ini serempak menimbulkan masalah bilamana kriteria tersebut bertentangan satu sama lain. Hal yang terpenting adalah bahwa jika menerima
kriteria tersebut untuk efektivitas, maka organisasi menurut definisinya tidak dapat menjadi efektif, mereka tidak dapat memaksimalakan kedua dimensi
tersebut secara serempak. 5.
Masalah ketelitian pengukuran Penelitian terdiri dari peraturan atau prosedur untuk menentukan beberapa
nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jadi, apabila kita membicarakan pengukuran efektivitas organisasi,
dianggap ada kemungkinan menentukan kuantitas dari konsep ini secara konsisten dan tetap. Tetapi penentuan kuantitas atau pengukuran demikian sering sulit
karena konsep yang diteliti rumit dan luas. Dihadapkan dengan masalah tersebut, orang harus berusaha mengenali kriteria yang dapat diukur dengan kesalahan
minimum atau berusaha megendalikan pengaruh yang menyesatkan dalam proses analisis.
Universitas Sumatera Utara
6. Masalah kemungkinan generalisasi
Apabila berbagai masalah pengukuran di atas dapat dipecahakan, masih akan timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat menyatakan kriteria
evaluasi yang di hasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi lainnya. Jadi pada waktu memilih kriteria orang harus memperhatikan tingkat konsistensi kriteria
tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang dipelajari. 7.
Masalah relevansi teoritis Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-tori dan model-
model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari. Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan dengan
relevansi model-model tersebut. Jika model tersebut tidak membantu kita dalam memahami proses, struktur dan tingkah laku organisasi, maka mereka kurang
bernilai pandang dari sudut teoritis. 8.
Masalah tingkat analisis Kebanyakan model efektivitas hanya menggarap tingkat makro saja,
membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungnnya dengan efektivitas tetapi mengabaikan hubungannya yang kritis antara tingkah laku individu dengan
persoalan yang lebih besar yaitu keberhasialan organisasi. Jadi hanya ada sedikit integrasi antar model makro dengan apa yang dapat kita sebut model mikro dari
karya dan efektivitas Steers, 1977: 61-64.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pelayanan Sosial
2.2.1. Pengertian Pelayanan Sosial
Pada saat sekarang ini usaha-usaha kesejahteraan sosial telah muncul dimana-mana, diseluruh dunia modern. Usaha-usaha tersebut telah tampil bahkan
semakin berkembang secara meluas. Salah satu usaha kesejahteraan sosial tersebut adalah pelayanan sosial. Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam,
yaitu : a
Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan,
kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya. b
Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada
golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya Muhidin, 1984: 76-77.
Kebayakan penengertian pelayanan sosial di negara-negara maju sama dengan poin yang pertama, sementara pengertian pelayanan sosial di negara-
negara berkembang sama dengan poin kedua. Di Amerika Serikat, pelayanan sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang terorganisir yang bertujuan untuk
menolong orang-orang agar terdapat suatu penyesuaian timbal-balik antara individu dan lingkungan sosialnya. Tujuan ini dapat melalui teknik dan metoda
yang diciptakan untuk memungkinkan individu, kelompok dan masyarakat memenuhi kebutuhan- kebutuhannya dan mengatasi masalah penyesuaian sebagai
akibat dari pola-pola perubahan masyarakat dan melalui tindakan-tindakan kooperatif untuk meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Di Inggris pelayanan sosial mencakup suatu peralatan yang luas untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dimana mereka hidup. Motif utamanya
adalah masyarakat secara keseluruhan yang mempunyai tanggung jawab untuk menolong masyarakat yang lemah dan kurang beruntung dan memberikan
perlindungan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak mungkin dipenuhi oleh mereka sendiri secara perseorangan.
Pada umumnya baik kualitas maupun kuantitas daripada pelayanan sosial akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemakmuran suatu
negara dan juga sesuai dengan faktor sosiokultural dan politik yang juga menentukan masalah prioritas pelayanan. Semakin tersebarnya dan dipraktekkan
secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan sosial cenderung menjadi pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan
pertolongan dan perlindungan khusus Muhidin, 1984:78.
2.2.2 Fungsi Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial dapat dikatagorikan dalam berbagai cara tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB mengemukakan fungsi
pelayanan sosial sebagai berikut: 1.
Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2.
Pengembangan sumber-sumber manusiawi. 3.
Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.
4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan
pembangunan.
Universitas Sumatera Utara
5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar
pelayanan pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi Muhidin, 1984: 79.
Richard M, Titmuss dalam Muhidin 1984: 79 mengemukakan fungsi pelayanan sosial ditinjau dari perspektif masyarakat sebagai berikut:
1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk
lebih meningktakan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa
sekarang dan untuk masa yang akan datang. 2.
Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
sosial suatu program tenaga kerja. 3.
Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.
4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan
sebagai program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat
pelayanan sosial misalnya kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya.
Alfred J. Khan dalam Muhidin 1984: 79-80 menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah :
1. Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan
2. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindunagn dan rehabilitasi
3. Pelayanan askes
Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-
Universitas Sumatera Utara
program pemeliharaan, pendidikan non formal dan pengembangan. Pelayanan sosial untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi mempunyai tujuan
untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompokkeluarga dan masyarkat agar mampu mengatasi
masalah-masalahnya. Bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain :
1. Bimbingan sosial bagi keluarga.
2. Program asuhan keluarga dan adopsi anak.
3. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman.
4. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat.
5. Program-program bagi lanjut usia.
6. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental.
7. Program-program bimbingan bagi anak yang mengalami masalah dalam
bidang pendidikan. 8.
Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit. Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah menciptakan partisipasi
anggota masyarkat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa: terapi individual dan sosial untuk memberikan kepercayaan pada diri
individual dan masyarakat dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politis, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.
Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisipasi terkadang merupakan alat,
terkadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu konflik, karenanya harus dipilih
Universitas Sumatera Utara
salah satu. Karena itu harus dipilih partisipasi sebagai tanggung jawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggung jawab program. Pada umumnya suatu program
sulit untuk meningkatkan kedua-duanya sekaligus Muhidin, 1984: 82
2.3. Lanjut Usia
2.3.1. Pengertian Lanjut Usia
Lanjut usia merupakan suatu anugrah. Menjadi tua dengan segenap keterbatasannya, pasti akan dialami oleh seseorang bila ia panjang umur
TamherNoorkasiani, 2009: 1. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam janga waktu beberapa dekade Notoatmodjo, 2007: 279.
Lebih rinci batasan penduduk lanjut usia dapat dilihat dari aspek-aspek biologi, ekonomi, sosial dan usia atau batasan usia.
a Aspek Biologi
Penduduk lanjut usia lansia ditinjau dari aspek biologi adalah penduduk yang telah menjalani proses penuaan, dalam arti menurunnya daya tahan fisik
yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian.
b Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi menjelaskan bahwa penduduk lansia dipandang lebih sebagai beban daripada potensi sumber daya bagi pembangunan. Warga tua
Universitas Sumatera Utara
dianggap sebagai warga yang tidak produktif dan hidupnya perlu di topang oleh generasi yang lebih muda.
c Aspek Sosial
Dari sudut pandang sosial, penduduk lansia merupakan kelompok sosial tersendiri. Di negara Barat, penduduk lansia menduduki strata sosial di bawah
kaum muda. Di masyarakat tradisional Asia seperti Indonesia, penduduk lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh masyarkat yang
usianya lebih muda. d
Aspek Umur Dari ketiga aspek di atas, pendekatan umur atau usia adalah yang paling
memungkinkan untuk mendefinisikan penduduk usia lanjut Notoatmodjo,2007 :280-281.
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia
lanjut adalah sebagai berikut : 1.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO, ada empat tahapan lanjut usia yaitu :
a Usia pertengahan middle age usia 45-59 tahun,
b Lanjut usia elderly usia 60-74 tahun,
c Lanjut usia tua old usia 75-90 tahun,
d Usia sangat tua very old usia 90 tahun.
2. Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro dalam Kushariyadi, 2009:2
berpendapat bahwa batasan usia dewasa sampai lanjut usia dikelompokkan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
a Usia dewasa muda elderly adulthood usia 1820-25 tahun,
b Usia dewasa penuh middle years atau maturitas usia 25-6065 tahun,
c Lanjut usia geriatric age usia 6570 tahun, terbagi atas :
• Young old usia 70 -75 tahun,
• Old usia 75-80 tahun,
• Very old usia 80 tahun.
Di Indonesia, batasan menegenai lanjut usia adalah 60 tahun keatas, terdapat dalam Undang- Undang Nomor 13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut undang-undang tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas Kushariyadi,
2009: 3. Secara fisik lanjut usia dapat dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu lanjut
usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah mereka yang mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan dan kegiatan sesuai
dengan pilihannya. Lanjut usia potensial dapat merupakan sumber daya bagi dirinya serta bagi masyarakat pada umumnya yang didasarkan atas pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki. Sedangkan yang dimaksud lanjut usia tidak potensial adalah kurang berdaya untuk memenuhi kebutuhannya
sehingga memerlukan bantuan dari pihak lain. Kelompok inilah yang lebih memerlukan pelayanan secara khusus. Namun demikian disadari, bahwa semua
lanjut usia memerlukan perlindungan dan pelayanan karena menurunnya kemampuan fisik, psikis, dan sosial Departemen Sosial, 2001 :10.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Permasalahan Lanjut Usia
Masa tua menimbulkan keadaan tidak berdaya, kekuatan fisik dan mental mengalami kemunduran. Keadaan tidak berdaya ini sedikit banyak menimbulkan
ketergatungan, di mana ketergantungan ini membutuhkan pertolongan dari pihak lain keluarga atau masyarakat baik yang bersifat moril maupun materil.
Sebagai manusia, orang lanjut usia mempunyai kebutuhan. Kebutuhan ini mempunyai corak yang khas dan mendesak untuk dipenuhi. Bila ketergantungan
dan kebutuhan yang mendesak ini tidak diatasi atau dipenuhi maka dapat mengakibatkan terjadinya masalah bagi lanjut usia Sumarnugroho, 1991 : 111.
Masalah yang dialami lanjut usia meliputi : 1.
Masalah Kesehatan Terjadinya kemunduran fungsi-fungsi fisik yang membawa dampak pada
kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik Departemen Sosial, 1997 :1.
2. Masalah finansil
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sumber-sumber finansil orang lanjut usia sangat terbatas bahkan secara ekonomi golongan lanjut usia tidak
terjaminatau terlantar, terutama bagi mereka yang tidak terjangkau oleh jaminantunjangan pensiun.
3. Permasalahan Pekerjaan
Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan, hidup dan berada dalam kemiskinan.
Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat sehingga mereka menjadi terlantar Departemen Sosial, 1997: 1.
Universitas Sumatera Utara
Dalam suatu era dimana semakin meningkatnya penggunaan mesin dan alat-alat teknologi baru, maka kecepatan mesin sangat menentukan hasil produksi
dan manusia harus berusaha menyesuaikan dengan tuntutan mekanisme tersebut. Dengan keadaan yang demikian, tenaga kerja muda lebih banyak dibutuhkan dari
pada tanaga tua karena kemampuannya untuk mengadakan adaptasi dengan kecepatan dan cara kerja mesin yang tidak henti-hentinya bekerja.
Kemampuan dan kecepatan tenaga kerja yang sudah tua cenderung tetapstabil atau sebaliknya menurun, sedangkan mesin selalu berubah-ubah sesuai
dengan hasil penemuan baru, sehingga tenaga kerja tua sukar atau lambat sekali mengadakan adaptasi, tidak seperti tenaga kerja muda. Adanya perubahan tatanan
kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris mengarah ke masyarakat industri, cenderung menimbulkan pergeseran nilai sosial masyarakat yang memberikan
penghargaan dan penghormatan kepada para lanjut usia, mengarah pada tatanan kehidupan masyarakat yang kurang menghargai dan menghormati lanjut usia,
sehingga mereka tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar Departemen Sosial, 1997: 2.
Untuk mengatasi hal tersebut ada yang berpendapat bahwa sebaiknya tenaga kerja tua ditarik dari sasaran kerja apabila telah mencapai masa pensiun
dan berlaku bagi semua tenaga kerja tanpa diskriminasi. 4.
Kesiapan pensiun Kesiapan pensiun merupakan masalah individual, sehingga tidak mungkin
membuat kebijaksanaan yang berlaku untuk semua tenaga kerja. Beberapa orang mungkin harus pensiun pada umur 50 tahun, beberapa orang umur 55 tahun,
sedangkan yang lain pada umur 60 tahun, bahkan ada orang yang masih produktif
Universitas Sumatera Utara
samai umur 65 tahun. Dalam hal ini banyak faktor yang harus diperhitungkan seperti: kesehatan, persyaratan pekerjaan, satuan keluarga dan sebagainya.
5. Masalah kepribadian
Setiap tahap dalam umur manusia mempunyai tuntutan tersendiri, masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, permulaan masa tua dan masa tua. Sebagai
manusia pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar untuk keseimbangan emosional dan perasaan kecukupan atau kepuasan.
Berkurangnya integrasi dengan lingkungannya sebagai akibat dari berkurangnya kegiatan sosial. Hal ini cenderung berpengaruh negatif pada kondisi sosial
psikologis lanjut usia sehingga mereka merasa sudah tidak diperlukan oleh masyarakat dan lingkungannya Departemen Sosial, 1997 : 2.
2.4. Pelayanan Sosial Lanjut Usia
2.4.1. Pengertian Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Pelayanan sosial lanjut usia adalah proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan
lanjut usia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya Departemen Sosial, 2007: 4.
Pelayanan sosial bagi lanjut usia terdiri dari: 1
Pelayanan kesehatan Menjadi tua juga berarti menurunnya kesehatan fisik. Disamping itu
penderita penyakit yang kronis lebih banyak terjadi pada orang usia lanjut daripada orang muda. Karenanya orang lanjut usia memerlukan perawatan yang
relatif lebih lama.
Universitas Sumatera Utara
Praktek-praktek kesehatan yang terbaik seharusnya disediakan bagi orang tua, sehingga memungkinkan mereka tetap berguna bagi dirinya dan bagi orang lain.
Ilmu pengetahuan medis harusnya dipergunakan tidak hanya untuk mengurangi atau mengobati penyakit orang tua dan penyakit-penyakit kronis, tapi juga untuk
mencegah agar mereka tidak mengalami penyakit. Dengan demikian mereka tetap berproduktif dan dapat berdiri sendiri dan tidak menggantungkan hidupnya
kepada orang lain. 2
Pelayanan Pendidikan Tujuan pendidikan tidak hanya untuk masa sekarang, tapi juga untuk masa
depan, sehingga pada saat seseorang menjadi tua, ia dapat menikmati hasil pendidikannya. Saat seseorang menginjak usia tua, ia memerlukan suatu proses
belajar untuk menyesuaikan dengan proses ketunaan, permasalahan dan kebutuhan-kebutuhannya. Pelayanan pendidikan dibutuhkan bagi orang-orang
yang berusia lanjut, terutama yang masih aktif dalam lapangan kerja untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tehnologi, sehingga mereka tetap
dapat berpartisipasi pada lapangan kerjanya. 3
Pelayanan Perumahan Perumahan juga merupakan masalah bagi usia lanjut, walaupun orang tua
telah mempunyai rumah sendiri, mungkin datang suatu saat untuk memutuskan, apakah mereka akan pindah ke tempat yang baru atau meninggalkan rumahnya
dan tinggal bersama anak mereka, atau kemungkinan mereka hidup di dalam panti yang khusus disediakan untuk orang lanjut usia. Hidup dengan anak mungkin
menimbulkan kepuasan, tapi banyak menimbulkan masalah, terutama apabila keadaan perumahan yang tidak mengizinkam atau apabila anak tidak sepenuhnya
Universitas Sumatera Utara
menerima kehadiran orangtua dalam rumah-tangganya. Karena itu orang banyak memilih tinggal dalam lembaga atau panti, karena tidak banyak beban psikologis
dan emosional. 4
Program Untuk Mengisi Waktu Luang Orang-orang yang berusia lanjut mempunyai banyak waktu luang, karena
itu memungkinkan untuk memibuat program bagi mereka pada waktu pagi, sore dan malam. Lembaga-lembaga masyarakat dan pemerintah dapat menyediakan
berbagai macam program seperti: bagi mereka yang senang dengan kegiatan kerajinan tangan, melukis, ceramah, membuat patung, jahit menjahit dan
sebagainya.
2.4.2. Kegiatan Pelayanan Sosial Lanjut Usia 1
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Panti PSTW
Pelayanan sosial bagi lanjut usia melalui panti Panti Sosial Tresna WerdhaPSTW dilaksanakan dengan menempatkan lanjut usia di dalam panti
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Jenis pelayanan yang diberikan melalui panti yaitu berupa pemberian penampungan, jaminan hidup
seperti makan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisisan waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga mereka dapat
menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.
2 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
Pelayanan sosial lanjut usia luar panti yaitu pelayanan sosial yang ditujukan bagi lanjut usia yang berbasiskan kepada keluarga, masyarkat maupun
organisasi sosial. Adapun jenis pelayanan yang diberikan meliputi:
Universitas Sumatera Utara
a. Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia adalah pelayanan
sosial yang disediakan bagi lanjut usia dan bersifat sementara yang dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu
maksimal 8 jam, dan tidak menginap yang di kelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional Departemen Sosial, 2007: 26
b. Home care yaitu pelayanan harian terhadap lanjut usia yang tidak
potensial yang berada di lingkungan keluarganya yang berupa bantuan bahan pangan atau makanan siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan
hidup lanjut usia secara layak. c.
Foster care yaitu pelayanan sosial yang diberikan kepada lanjut usia terlantar melalui keluarga orang lain, berupa bantuan bahan pangan atau makanan
siap santap dengan tujuan agar terpenuhinya kebutuhan makan agar lanjut usia dapat hidup secara layak.
d. Bantuan Paket Usaha Ekonomis Produktif UEP adalah bantuan yang
diberikan kepada lanjut usia kurang mampu yang masih potensial secara perorangan yang didahului bimbingan sosial dan keterampilan.
e. Bantuan Kelompok Usaha Bersama KUBE adalah bantuan paket usaha
produktif secara kelompok yang diberikan kepada lanjut usia petensial 1 kelompok terdiri dari 5 sampai 10 orang yang didahului dengan Bimbingan
Pengembangan melalui KUBE lanjut usia Departemen Sosial, 2002: 7-8.
3 Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Kelembagaan
Pelayanan sosial lanjut usia melalui kelembagaan dilaksanakan melalui upaya : a.
Mengidentifikasi institusi atau kelembagaan yang bergerak dalam bidang
Universitas Sumatera Utara
lanjut usia baik yang ada di lingkungan pemerintah maupun yang ada di masyarakat pada setiap tingkatan wilayah kecamatan, kabupatenkota,
propinsi dan nasional. b.
Memfasilitasi pembentukan dan pemantapan institusi atau kelembagaan yang akan dan yang sudah bergerak dalam bidang lanjut usia, seperti :
• Peningkatan profesionalitas sumber daya manusia SDM yang dikelembagaan: kesempatan untuk sekolah, kursus, pelatihan ;
• Peningkatan sarana dan prasarana kelembagaan; c.
Pembuatan jaringan jaringan atau network antar lembaga baik nasional maupun internasional yang bergerak dalam penanganan masalah lanjut
usia.
4 Pelayanan Sosial Bidang Perlindungan Sosial dan Aksebilitas Lanjut
Usia
Perlindungan sosial yaitu upaya pemerintah danatau masyarakat untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia agar dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar. Aksebilitas lanjut usia, yaitu kemudahan untuk memperoleh dan
menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas khusus bagi lanjut usia yang meliputi:
a. Pemberian kemudahan pelayanan administrasi dan keringanan biaya di
lembaga pemerintahan dan pelayanan umum, dalam bentuk antara lain : pemberian KTP seumur hidup secara mudah, pemberian kartu sehat dan
pemberian kemudahan administrasi pada setiap kegiatan pelayanan umum.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemberian keringanan biaya, dalam bentuk atara lain : pengurangan biaya
untuk memperoleh KTP seumur hidup, pengurangan harga tiket perjalanan reduksi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri, pengurangan biaya
pengobatan dan perawatan Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta serta pengurangan harga tiket masuk ke tempat-tempat rekreasi.
c. Pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan pelayanan khusus
yang dilaksanakan melalui penyediaan loket pelayanan khusus, penyediaan alat bantu kursi roda dan lain-lain, penyediaan tempat duduk khusus dan sarana naik
turun penumpang pada sarana dan prasarana angkutan maupun penyediaan angkutan khusus untuk tujuan tertentu.
d. Penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus, dilaksanakan melalui:
penyediaan sarana rekreasi dan olah raga ringan di lingkungan permukiman dan penyelenggaraan wisata lanjut usia.
2.4.3. Landasan Hukum
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pelayanan sosial lanjut usia adalah : 1
Undang-Undang Dasar 1945 a.
Pasal 34 : Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara
b. Pasal 27 ayat 1 dan 2 :
1 Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintah dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
2 Undang-undang Nomor 6 Tahnun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kesejahteraan Sosial. 3
Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
4 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 6
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
7 Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59HUK2003 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial.
8 Keputusan Menteri sosial Nomor 50huk2004 tentang Perubahan
Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Nomor 193MENKESOS III 2003 tentang Standarisasi Panti Sosial.
9 Peraturan Menteri Sosial Nomor 82huk2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Sosial RI Departemen Sosial, 2007: 4.
2.5. Day Care Services Lanjut Usia Pelayanan Harian Lanjut Usia
2.5.1. Pengertian Day Care Services Lanjut Usia Pelayanan Harian Lanjut Usia
Pelayanan sosial lanjut usia yang sudah dilaksanakan di dalam panti sosial maupun di luar panti sosial masih belum mampu untuk menangani permasalahan
lanjut usia yang jumlahnya cenderug meningkat setiap tahunnya dan begitu juga kebutuhan para lanjut usia yang semakin berpariasi dan meningkat. Untuk
Universitas Sumatera Utara
menjawab permasalahan lanjut usia tersebut Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia melakukan pengembangan suatu model pelayanan sosial yang dapat
memberikan pelayanan kepada lanjut usia potensial yang berbeda dengan jenis pelayanan yang sudah ada. Pelayanan ini disebut dengan Day Care Services
Lanjut Usia Pelayanan Harian Lanjut Usia Departemen Sosial, 2007: 26. Menurut pedoman umum Pelayanan Harian Lanjut Usia Day Care
Services dari Departemen Sosial RI, Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia adalah suatu model pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia
dan bersifat sementara yang dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu maksimal 8 jam, dan tidak
menginap yang dikelola oleh pemerintah atau masyarakat secara profesional. Pelayanan ini ditujukan pada lanjut usia dalam jangka waktu tertentu
terbatas dalam arti tidak menginap atau hanya mengikuti kegiatan-kegiatan yang diminati. Program pelayanan harian ini dimaksudkan dapat membantu keluarga
masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat memberi perawatan dan pelayanan kepada lanjut usia dalam kurun waktu tertentu, terutama pada siang
hari sehingga dengan adanya program pelayanan ini lanjut usia tidak mengalami keterlantaran, bahkan sebaliknya mereka dapat berinteraksi dengan lanjut usia lain
dan dapat menyalurkan hobi serta kemampuannya dengan mengikuti berbagai kegiatan yang ada.
Tujuan pelayanan Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia adalah :
1 Membantu keluarga memberikan pelayanan kepada lanjut usia.
2 Memenuhi kebutuhan lanjut usia yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan yang diberikan selama ini. 3
Meningktakan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi
proses ketuaan. 4
Melembagakan nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia 5
Membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara lanjut usia, keluarga, masyarkat dan lembaga pemberi Day Care Services.
Adapun yang menjadi sasaran dalam program Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia adalah semua lanjut usia yang berumur 60 tahun
ke atas yang membutuhkan Pelayanan Harian Lanjut Usia. Program pelaksanaan Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia diselenggarakan oleh
kelompok masyarakat, dan pelayanan sosial yang perduli terhadap lanjut usia, misalnya: Yayasan, Organisasi Sosial, Karang Taruna, PSM, Paguyuban, Karang
Werdha, Unit Pelaksana Teknis, namun diharapkan harus memiliki tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan Day Care Services Departemen Sosial, 2007:
2.
2.5.2. Fungsi Pelayanan Harian Lanjut Usia Day Care Services
Pelayanan Harian Lanjut Usia atau Day Care Services memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Fungsi Pengganti Sementara
Menggantikan tugas dan tanggung jawab keluarga dalam memelihara dan merawat lanjut usia yang disebabkan oleh kesibukan atau alasan lain secara
sementara, seperti pemenuhan kebutuhan makan, kasih sayang dan perhatian.
Universitas Sumatera Utara
2. Fungsi Pendukung
Memberikan pelayanan dukungan terhadap kegiatan perawatan dan pemeliharaan lanjut usia, seperti pelayanan conselling bagi lanjut usia.
3. Fungsi Alternatif
Memberikan alternatif pelayanan sosial lanjut usia bagi keluarga yang tidak mampu sepenuhnya melaksanakan tugas perawatan dan memelihara
terhadap lanjut usia karena berbagai faktor. 4.
Fungsi Perlindungan Menyediakan pelayanan perlindungan bagi lanjut usia dari perlakuan salah
dan tindak kekerasan. 5.
Fungsi Informatif Menyediakan dan memberikan informasi tentang hal yang berkaitan
dengan kehidupan dan pelayanan harian lanjut usia, keluarga dan masyarakat seperti menyediakan buku perpustakaan Laporan Pelaksanaan Day Care
Services di UPT Pelayanan Sosial Lanjut UsiaWilayah Binjai dan Medan .
2.5.3. Prinsip dan Proses Pelayanan
Dalam Program Day Care Services ada beberapa prinsip pelayanan yang diberikan kepada lanjut usia. Prinsip pelayanan tersebut antara lain adalah sebagai
berikut: 1
Tidak mengambil alih tanggung jawab keluarga terhadap lanjut usia, melainkan melengkapi dan menunjang pemenuhan kebutuhan lanjut usia.
2 Tidak memisahkan lanjut usia dengan keluarga dan masyarakat.
3 Memberikan pelayanan prima yaitu pelayanan yang tanggap, cepat, dan
paripurna.
Universitas Sumatera Utara
4 Menerapkan nilai-nilai penerimaan, individualisasi, keberhasilan,
partisipasi dan tidak diskriminatif. 5
Pelayanan dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh dengan melibatkan berbagai profesi sesuai kebutuhan lanjut usia.
Ada beberapa tahapan dalam proses pelayanan lanjut usia. Tahapan tersebut terdiri dari:
1 Tahap orientasi
Kegiatan yang dilaksanakan lembaga untuk : a
Memperkenalkan lembaga dan pelayanannya kepada masyarakat melalui penyuluhan, penyebaran leaflet, brosur, dan pemberitahuan media massa.
b Menjalin hubungan antara calon klien, keluarga dan masyarakat dengan
lembaga penyelenggara. c
Mengumpulkan data lanjut usia. d
Mengundang berbagai pihak untuk mengunjungi dan mengenal lebih dekat lembaga Pelayanan Harian Lanjut Usia PHLU.
2 Tahap penerimaan
Kegatan yang dilaksanakan lembaga dalam rangka : a
Mendaftar lanjut usia yang ingin mengikuti PHLU. b
Menginformasikan untuk mendapatkan kesepakatan tentang tata terrtib pelayanan dan ketentuan-ketentuan lain kepada lanjut usia beserta
keluarganya. c
Mengeidentifikasi berbagai kebutuhan lanjut usia dan permasalahan yang dialami dan yang diharapkan dalam pelayanan.
Universitas Sumatera Utara
d Mengidentifikasi berbagai pelayanan yang dapat diberikan kepada lanjut
usia.
3 Tahap pemberian pelayanan
Kegiatan pemberian pelayanan kepada lanjut usia sesuai dengan kebutuhannya, seperti: pemakanan, pemeriksaan kesehatan, hiburan, pengisian
waktu luang, tempat beristirahat, perpustakaan, rekreasi, kerohanian, data dan informasi, kebugaran, keterampilan, dan konsultasi. Pelayanan yang diberikan
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
4 Tahap mentoring dan evaluasi serta laporan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui: a
proses dan hasil pelaksanaan pemberian pelayanan. b
Perkembangan fisik, sosial, emosional, mental-spiritual, dan intelektual. c
Keberhasilan dan kegagalan pelayanan. d
Kegiatan pemantuan dan evaluasi dilakukan dengan mengacu kepada format yang telah ditetapkan lembaga PHLU.
e Memberikan laporan hasil-hasil yang telah dilaksanakan dan dicapai
kepada pihak-pihak yang berwenangkeluarga.
5 Tahap penghentian pelayanan
Kegiatan di mana lanjut usia tidak mendapatkan pelayanan lagi apabila: a
Memutuskan untuk berhenti menjadi anggota. b
Pindah tempat tinggal, sehingga tidak mampu lagi mendatangi lembaga PHLU.
c Lanjut usia meninggal dunia Departemen Sosial, 2007: 11-14.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Jenis Pelayanan Day Care Services
Jenis pelayanan Day Care Services didasarkan kepada kebutuhan lanjut usia, yang terdiri dari:
1. Pelayanan permakanan
2. Pemeriksaan kesehatan
3. Hiburan
4. Rekreasi
5. Kebugaran
6. Keterampilan
7. Pemanfaatan relaksasiwaktu luang
8. Perpustakaan
2.5.5. Sumber Daya Manusia SDM Day Care Services
Dalam pelaksanaannya, program Day Care Services didukung oleh sumber daya manusia, diantaranya adalah:
1. Tenaga menajerial
Para pengurus lembaga penyelenggara Day Care Services, antara lain: KepalaPimpinan Lembaga, sekretaris, bendahara, kepala-kepela seksi pelayanan,
penasehat, konsultan dan tenaga pelayananpenunjang sesuai dengan struktur organisasi.
2. Tenaga administrasi
Staf karyawan yang bertugas di bidang ketata-usahaan seperti surat menyurat, kepegawaian personalia, perlengkapan, dan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Tenaga profesional
Para ahli yang memberikan pelayanan langsung kepada lanjut usia, seperti: pekerja sosial, perawat, dokter, psikologi, ahli gizi, rohaniawan dan instruktur.
4. Tenaga relawan
Warga masyarakat yang secara suka rela ikut serta memberikan pelayanan kepada lanjut usia.
5. Tenaga penunjang
Petugas yang membantu mengurus dalam melaksanakan kegiatan lembaga seperti: petugas keamanan, juru masak,tukang kebun, tenaga kebersihan dan
sejenisnya.
2.5.6. Saranan dan Prasarana Yang Dibutuhkan Dalam Pelaksanaan Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia
1. Fasilitas Perkantoran
Fasilitas perkantoran terdiri dari: ruang kerja, meja-kursi, almari, filling kabinet, alat tulis kantor, dan sebagainya.
2. Fasilitas Pelayanan
Fasilitas pelayanan terdiri dari: ruang serbaguna, ruang pelayanan, tempat istirahat, peralatan pelayanan, meja-kursi, wireles, alat hiburan, alat olah raga, alat
permainan, alat aksesibilitas, buku, koran, majalah dan lain sebagainya Departemen Sosial, 2007: 10.
Universitas Sumatera Utara
2.5.7. Metode Pelayanan Day Cares Service
Dalam Pelayanan Harian Lanjut Usia ada beberapa metode pelayanan yang digunakan, diantaranya adalah:
a Bimbingan sosial dengan individu
Metode pelayanan yang ditujukan untuk membantu memenuhi kebutuhan dan masalah individu lanjut usia, seperti dalam memberikan pelayanan,
konsultasi, mengatasi masalah kesepian, perasaan tidak berguna, kecemasan menghadapi kematian, dan sebagainya.
b Bimbingan sosial kelompok
Metode pelayanan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan masalah lanjut usia dengan menggunakan pendekatan kelompok, misalnya dengan
mengelompokkan para lanjut usia dalam pelayanan hiburan, rekreasi, dan permainan games.
c Bimbingan sosial masyarakat
Metode pelayanan yang ditujukan untuk meningkatkan kepedulian dan partisipasi masyarakat dalam PHLU, seperti: kesediaan bermitra, menjadi donatur,
relawan, dan sebagainya Departemen Sosial, 2007: 15.
2.6. Kerangka Pemikiran
Keberhasialan pembangunan membawa peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat, sehingga harapan hidup meningkat. Kondisi positif ini membawa
konsekuensi dengan meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Konsekuensinya adalah muncul berbagai tuntutan agar dapat memenuhi kebutuhan dan mengatasi
permasalahan yang dialami lanjut usia. Dengan demikian, kondisi ini tentu
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan perhatian dan antisipasi dari berbagi pihak guna menjamin kesejahteraan sosial lanjut usia. Oleh karena itu diperlukan serangkaian upaya
yang sungguh-sungguh untuk menyelenggarakan program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Pelayanan terhadap para lanjut usia telah dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan berbagai segmen masyarakat. Pelayanan lanjut usia tersebut
dilaksanakan melalui pendekatan panti dan luar panti. Namun pelayanan lanjut usia yang sudah dilakukan selama ini baik melalui panti sosial maupun luar panti
sosial belum sepenuhnya mampu memenuhi kebutuhan para lanjut usia. Dikarenakan hal tersebut maka diperlukanan suatu program pelayanan yang dirasa
perlu untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia. Program ini disebut dengan pelayanan harian lanjut usia Day Care Service.
Day Care Services Pelayanan Harian Lanjut Usia adalah suatu model pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia dan bersifat sementara yang
dilaksanakan pada siang hari di dalam panti sosial atau di luar panti sosial dalam waktu tertentu maksimal 8 jam, dan tidak menginap yang dikelola oleh
pemerintah atau masyarakat secara profesional. Pelaksanaan program Day care services ini dapat dilaksanakan oleh kelompok, masyarakat, dan lembaga
pelayanan sosial yang perduli terhadap lanjut usia.Salah satu penyelenggara progaram Day care Services adalah UPT Pelayanan Sosial dan Lanjut Usia
Wilayah Binjai. Dalam hal ini,UPT Pelayanan Sosial dan Lanjut Usia Wilayah Binjai
menjalankan program Day Care Services dengan tujuan membantu keluarga memberikan pelayanan kepada lanjut usia, memenuhi kebutuhan lanjut usia yang
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan yang diberikan selama ini, meningkatkan kemampuan lanjut usia mengembangkan diri dalam menghadapi
proses ketuaan, melembagakan nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia, membentuk hubungan dan kerjasama harmonis antara lanjut usia, keluarga,
masyarakat, dan lembaga pemberi Day Care Services.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Bagan Alir Pemikiran
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Wilayah Binjai dan Medan
DAY CARE SERVICE Pelayanan Harian Lanjut Usia yang terdiri dari:
1. Olah raga kebugaran 2. Pemeriksaan Kesehatan
3. Bimbingan Rohani 4. Hiburan dan rekreasi
5. Pengisian waktu senggang membaca 6.Kunjungan kerumah
Efektif Tidak Efektif
Indikator efektivitas pelaksanaan Program Day Care Services: 1.Kualitas, apakah program Day Care Services, sudah berjalan sesuai harapan atau
belum.
2.Kuantitas, diukur dari banyaknya lansia yang mengikuti kegiatan, jumlah SDM, serta ketersediaan sarana dan prasarana.
3. Dampak, apakah kegiatan yang dilaksanakan memberikan perubahan bagi lanjut usia 4. Waktu, merupakan ketepatan antara peserta program dan jadwal kegiatan
Universitas Sumatera Utara
2.7. Definisi Konsep dan Definisi Operasional