21
pendekatan kerja ilmiahnya dalam mengetahui waktu-waktu ibadah dan posisi benda-benda langit, yakni pendekatan hisab perhitungan dan
pendekatan rukyah observasi benda-benda langit.
13
Hisab tidak hanya proses menghitung dengan rumus ataupun mencocokkan pola-pola saja, namun mencakup analisis numeris mengenai
model-model, persamaan-persamaan, rumus-rumus serta pola-pola numeris sifat-sifat benda.
2. Pengertian Rukyat
Kata “rukyat” secara etimologi merupakan masdar dari kata kerja fi’il madhi “Raa
- -
- -
dan kata bendanya berarti melihat
dengan akal rasional, berarti melihat dalam tidur mimpi, dan
yang artinya melihat dengan mata kepala.
14
Dalam ungkapan lain adalah observasi. Sedangkan pengertian asli dalam Bahasa Arab Rukyat bisa berarti
melihat dengan mata dan bisa juga melihat dengan hati orang Indonesia menyebutnya sebagai rukyat bilfi’li atau rukyat bil’ilmi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata rukyat berarti penglihatan, pengamatan.
15
Sedangkan dalam khazanah fiqih, kata rukyat lazim disertai dengan kata hilal sehingga
menjadi rukyatul hilal yang berarti melihat bulan baru.
16
13
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis Metode Hisab Rukyah Praktis dan Solusi Permasalahannya, Semarang: Komala Grafika, 2006, h. 1.
14
Kamus Munjid, Bairut: Dar al-Masyriq, 1986, h. 243.
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.
16
Maskufa, Ilmu Falak, Jakarta: Gaung Persada, 2010, cet. ke-II, h. 149.
22
Secara terminologis kata “rukyat” adalah melihat hilal pada saat matahari terbenam tanggal 29 Kamariah. Jika hilal berhasil dirukyat maka
sejak matahari terbenam tersebut sudah dihitung bulan baru. Kalau tidak maka malam itu dan keesokan harinya masih merupakan bulan yang berjalan dengan
digenapkan diistikmalkan menjadi 30 hari.
17
Sedangkan dalan Kamus Besar Bahasa Indonesia “rukyat” adalah melihat bulan tanggal satu untuk menentukan hari permulaan dan penghabisan
bulan Ramadhan,
18
atau dengan istilah lain “rukyatul hilal” adalah melihat bulan untuk menentukan mulai masuknya bulan Ramadhan dan masuknya
bulan Syawal; rukyat.
19
Arti rukyat secara istilah, kaitannya dalam penentuan awal bulan Kamariah mengalami berbagai perkembangan sesuai dengan fungsi dan
kepentingan penggunaannya. Semua pengertian rukyat adalah melihat hilal pada saat matahari
terbenam pada akhir bulan Sya’ban atau Ramadhan dalam rangka menentukan awal bulan Kamariah berikutnya. Jika pada saat matahari terbenam tersebut
hilal dapat dilihat maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu bulan baru, sedangkan jika hilal tidak tampak maka malam itu dan
17
Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, h. 15.
18
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.
19
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h. 1187.
23
keesokan harinya merupakan tanggal 30 bulan yang sedang berlangsung, atau dengan kata lain di istikmalkan disempurnakan menjadi tiga puluh hari.
20
Dalam perkembangan selanjutnya, “melihat hilal” tersebut tidak hanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban dan Ramadhan saja, namun juga pada
bulan-bulan lainnya terutama menjelang awal-awal bulan yang ada kaitannya dengan waktu pelaksanaan ibadah atau hari-hari besar Islam. Bahkan untuk
kepentingan pengecekan hasil hisab.
21
Jika kita lihat dari segi sarana yang dipergunakan semula pelaksanaan rukyat hanya dilakukan dengan mata telanjang, tanpa alat, dan hanya melihat
kearah ufuk bagian barat, tidak tertuju pada posisi tertentu. Dari keadaan seperti ini timbul istilah rukyah bil’aini atau rukyah bilfi’li. Namun, setelah
kebudayaan manusia semakin maju, maka pelaksanaan rukyatpun secara berangsur dilengkapi dengan sarana serta berkembang terus menuju
kesempurnaan sesuai dengan perkembangan teknologi. Rukyat merupakan metode ilmiah yang klasik dan besar manfaatnya.
Galileo Gailei, besar jasanya dalam memajukan ilmu pengetahuan setelah ia menemukan metode observasi sebagai metode ilmiah yang paling efektif.
Namun jauh sebelum itu Nabi Muhammad Saw telah bersabda: “berpuasalah kamu dengan melihat hilal, jangan berpuasa sebelum melihat hilal...”, dari
segi ilmu pengetahuan hadits tersebut mendorong kita untuk lebih banyak melakukan observasi melihat. Dengan metode “melihat” dari jarak jauh, ahli
20
Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, Direktoral Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam: 1994, h. 1.
21
Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, h. 2.
24
astronomi dapat menentukan susunan rasi atau suatu tata surya, mereka dapat mengukur besarnya bintang-bintang, mengukur jarak, bahkan dapat mengukur
berat benda langit dengan kesalahan yang relatif kecil. Betapa penting dan bermanfaatnya metode ini.
22
Hisab rukyat merupakan dua kata yang saling berkaitan, keduanya mempunyai arti yang saling terkolerasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Hisab rukyat merupakan media dalam hal penentuan awal bulan kamariah. Namun, secara fungsional terdapat perbedaan yang mendasar, dimana hisab
sebagai media penetapan awal bulan Kamariah dengan menggunakan perhitungan, sementara rukyat lebih mengacu ke dalam penglihatan mata
secara dhahir mata telanjang dalam mengobservasi hilal.
B. Landasan Hukum Hisab Rukyat