Landasan Dalam al-Qur’an

24 astronomi dapat menentukan susunan rasi atau suatu tata surya, mereka dapat mengukur besarnya bintang-bintang, mengukur jarak, bahkan dapat mengukur berat benda langit dengan kesalahan yang relatif kecil. Betapa penting dan bermanfaatnya metode ini. 22 Hisab rukyat merupakan dua kata yang saling berkaitan, keduanya mempunyai arti yang saling terkolerasi antara yang satu dengan yang lainnya. Hisab rukyat merupakan media dalam hal penentuan awal bulan kamariah. Namun, secara fungsional terdapat perbedaan yang mendasar, dimana hisab sebagai media penetapan awal bulan Kamariah dengan menggunakan perhitungan, sementara rukyat lebih mengacu ke dalam penglihatan mata secara dhahir mata telanjang dalam mengobservasi hilal.

B. Landasan Hukum Hisab Rukyat

Segara garis besar ada dua metode dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya pada bulan-bulan yang ada kaitannya dengan ibadah seperti Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah, yaitu metode rukyat dan metode hisab. Metode rukyat inilah yang pertama kali digunakan oleh umat Islam sejak masa Nabi Muhammad SAW. Adapun landasan digunakannya hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan Kamariah berdasarkan kepada al-Qur’an dan Hadits Nabi, sebagai berikut:

1. Landasan Dalam al-Qur’an

Adapun ayat-ayat yang dijadikan acuan dalam menentukan awal bulan Kamariah antara lain: 22 Departemen Agama, Pedoman Tehnik Rukyat, h. 19. 25 a. Firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah 2: 189                                 2:189 Artinya: “Mereka bertanya kepadamu Muhammad tentang bulan sabit. Katakanlah: “itu adalah petunjuk waktu bagi manusia dan bagi ibadah haji, dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah dari atasnya, tetapi kebajikan adalah kebajikan orang yang bertakwa. Masukilah rumah- rumah dari pintu-pintunya, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” Q.S. Al-Baqarah: 189 Dalam firman Allah di atas dapat diketahui bahwa bulan sabit hilal dapat dijadikan pedoman waktu untuk manusia umat Islam dalam ibadah-ibadahnya, seperti penentuan awal bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. 23 Ayat ini dijadikan dasar oleh mazhab rukyat sebagai metode dalam menetapkan awal bulan Kamariah. b. Firman Allah Swt dalam surat Yunus 10: 5                          10:5 Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan manzilah-manzilah tempat-tempat bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.” QS. Yunus: 5 23 Abdul Karim Kassim, Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan Dengan Rukyat dan Hisab, Bandung: PT. Al-Ma’arif, tth, h. 150. 26 Ayat diatas merangkum kata wa qaddarahu yang artinya dan ditetapkannya dan al-hisaba yang artinya perhitungan waktu dijadikan dasar bahwa posisi kedudukan dan saat hilal itu dapat dihitung, karena Allah menganjurkan manusia untuk mengetahui waktu dan mendayagunakan kemampuan inteleknya sebagai mahluk cerdas. 24 c. Firman Allah Swt dalam Surat al-Isra’ 17: 12                          17:12 Artinya: “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami jadikan tanda siang itu terang agar kamu mencari karunia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan.” QS. Al-Isra’: 12 Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan bahwa ayat tersebut menerangkan tentang susunan dan hukum yang berlaku diruang angkasa yang juga menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Allah SWT dalam mengatur alam semesta dengan harmonis. Dengan ayat ini pula manusia dapat memahami manfaat dari sinar matahari dan cahaya bulan, malam untuk beristirahat dan siang hari untuk mencari penghidupan bekerja dan melakukan perjalanan. Juga ditetapkan pada masing-masing benda langit itu garis edar masing-masing sehingga memudahkan manusia dalam menghitung dan mengetahui bilangan tahun, bulan, hari dan seterusnya yang pada akhirnya manusia dapat membuat perencanaan-perencanaan 24 Tono Saksono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, h. 121. 27 bagi diri, keluarga, dan masyarakat dalam menjalani hidup dan kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan hamba Allah SWT. 25 Selanjutnya, dengan ayat ini manusia berdasarkan pada adanya peredaran bulan dan matahari yang tetap dan harmonis dapat mengetahui perhitungan tahun, bulan, dan hari. Manusia juga dapat melakukan perhitungan terhadap waktu shalat, waktu berpuasa, berhari raya, dan waktu pelaksanaan haji sehingga kewajiban-kewajiban agama itu dapat dilaksanakan tepat waktu. 26 d. Firman Allah Swt dalam Surat Al-Baqarah 2: 185                                                2:185 Artinya: “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan permulaan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang bathil. Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir di negeri tempat tinggalnya di bulan itu. Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” QS. Al-Baqarah: 185 Ayat di atas menjelaskan bahwa cara melaksanakan puasa adalah dengan mengetahui dirinya menyaksikan hilal atau rukyatul hilal karena syahida dalam ayat itu bermakna melihat atau menyaksikan. Muhammad 25 Maskufa, Ilmu Falak, h. 153. 26 Maskufa, Ilmu Falak, h. 154. 28 Ali As-Sayis menjelaskan dalam tafsirnya bahwa term syahida itu mempunyai dua makna yaitu hadir di bulan Ramadhan dan menyaksikan bulan dengan akalnya dan pengetahuannya. Hadir disini dimaknai sebagai mengetahui hadirnya bulan Ramadhan yakni dengan jalan rukyat. 27 Sedangkan, menurut golongan hisab kata syahida dalam ayat di atas bisa diartikan melihat dengan keyakinan tidak hanya dengan mata kepala. 28 e. Firman Allah Swt dalam Surat at-Taubah 9: 36                                         9:36 Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan dalam ketetapan Allah, diwaktu Dia menciptakan langit dan bumi.” QS. al-Taubah: 36 Ayat ini menjelaskan tentang satu tahun terdiri dari 12 bulan, dengan demikian dalam kalender Islam satu tahun terdiri dari 12 bulan. Sampai pada aras ini para ulama bersepakat bulat tak ada perbedaan. Beberapa ayat di atas merupakan dasar yang menjadi pijakan hukum syar’i oleh kelompok-kelompok tertentu yang menjadikan hisab dan rukyat sebagai media dalam menetapkan awal bulan Kamariah. Ayat- ayat lain yang mengandung makna serupa masih banyak lagi, yang tidak mungkin penulis paparkan satu per satu mengingat keterbatasan. Diantaranya yang terdapat dalam surah Al-An’am ayat 96-97, al-Nahl ayat 27 Maskufa, Ilmu Falak, h. 151. 28 Abdul Karim Kassim, Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan Dengan Rukyat dan Hisab, h. 7. 29 16, al-Hijr ayat 16, al-Anbiya ayat 33, al-Rahman ayat 5 dan 33, dan surat Yasin ayat 38, 39 dan 40.

2. Landasan dalam Hadits