74
c. Apabila dua syarat di atas tidak terpenuhi, maka kita tetap pada almanak yang telah dibuat.
16
B. Faktor yang Melatar Belakangi Perubahan Kriteria Awal Bulan Kamariah Persis
Perubahan kriteria awal bulan Kamariah yang digunakan oleh Persis selama setengah abad ini sudah mengalami beberapa kali perkembangan. Faktor
yang mempengaruhi perubahan kriteria tersebut diantaranya: pada awalnya Persis hanya menggunakan hisab hakiki dan tidak menggunakan rukyat, karena hisab
hakiki dianggap sudah bisa menggantikan rukyat. Dengan bersadarkan kepada Ijtima qobla ghurub
yaitu awal bulan ditetapkan jika ijtima terjadi sebelum maghrib tapi bila ijtima terjadi setelah maghrib maka dilakukan istikmal. Dasar
hukumnya adalah penafsiran terhadap lafadz “manzil” dalam Q.S Yunus: 5 dan QS. Yaasiin: 39, yang ditafsirkan bahwa ijtima adalah manzilah awal bulan
munculnya hilal. Akan tetapi, Dewan Hisab dan Rukyat berkeyakinan bahwa hisab dan rukyat memiliki kedudukan yang sama dalam penetapan awal bulan
hijriyyah. Karena selain hisab memiliki dasar dalil yang kuat dalam al-Qur’an, rukyat juga merupakan sunnah di’liyyah Rasulullah yang tidak bisa dihilangkan,
tidak aada dalil dan alasan yang kuat untuk menghapuskan rukyat. Rukyat juga sangat diperlukan untuk menguji akurasi kesahihan hasil hisab, sehingga
berdasarkan pengujian rukyat tersebut hisab bisa disempurnakan. Oleh karena itu,
16
Hasil sidang Dewan Hisab dan Rukyat Persis di atas telah dikukuhkan menjadi Surat Keputusan Bersama dengan Dewan Hisbah pada sidang hari Sabtu, 31 Agustus 2013, pukul 10:30
WIB di PP Persis, Bandung dan selanjutnya ditetapkan menjadi keputusan PP Persis melalui Rapat Pimpinan Tasykil PP Persis pada hari Sabtu, 31 Agustus 2013, pukul 15.00 WIB di PP Persis,
Bandung.
75
DHR beristinbat bahwa penetapan awal bulan Hijriyyah dengan hisab dan rukyat, sah untuk melaksanakan ibadah.
Selanjutnya hisab yang digunakan Persatuan Islam berkembang menjadi hisab wujudul hilal mirip dengan yang digunakan oleh Muhammadiyah
sekarang, kriteria wujudul hilal Persis saat itu, adalah awa bulan Hijriyah dapat ditetapkan jika setelah ijtima diseluruh wilayah Indonesia “saat maghrib poisisi
bulan harus berada di atas ufuk”, pada kenyataannya saat maghrib setelah ijtma bulan tidak selalu terbenam mengikuti matahari, atau adakalanya saat maghrib
setelah ijtima, bulan terbenam mendahului matahari, saat itu dasar hukum wujudu; hilal tidak dijelaskan dengan tegas. Oleh karena itu, walaupun kriteria wujudul
hilal sangat sederhana dan relatif mudah, tetapi tidak didukung argumen ilmiah dan dalil yang qath’i, tetapi hanya berdasarkan ijtihadiyah. Selain itu, kriteria
wujudul hilal mempunyai kelemahan yaitu variabelnya terlalu disederhanakan, hanya mengandalkan variabel ijtima dan irtifa saja serta mengabaikan faktor atau
variabel lain yang berpengaruh pada penampakan hilal. Karena berbagai kekurangan hisab wujudul hilal tersebut, Persatuan Islam
kemudian menggunakan hisab hakiki dengan kriteria Imkanur Rukyat, karena hisab imkanur rukyat punya landasan dalil yang kuat serta berdasarkan
argumentasi ilmiah yang teruji. Hisab Imkanur-rukyat merupakan upaya menghisab kapan bulan berubah wujud menjadi hilal atau kapan bentuk bulan
tampak menyerupai urjunil qadim seperti yang digambarkan dalam QS. Yaasiin ayat 39. Awalnya hisab Imkanur Rukyat yang digunakan Persis menggunakan
kriteria kesepakatan MABIMS, tetapi kriteria MABIMS tersebut banyak digugat,
76
Persis beranggapan bahwa kriteria tersebut lebih menonjol sebagai “kompromi politis” bukan dasar prinsip ilmiah, apalagi dalam banyak kasus kriteria tersebut
bertentangan dengan hasil pengamatan empirik di lapangan. Kemudian saat ini Pesis menggunakan kriteria Imkanur Rukyat ahli
astronomi LAPAN 2010 karena dirumuskan berdasarkan data empirik, yaitu data hasil pengamatan hilal puluhan tahun oleh astronom profesional yang
dihimpun dari berbagai belahan dunia serta telah mengalami beberapa pengujian dan penyempurnaan.
Dari pemaparan di atas perubahan kriteria penetapan awal bulan Kamariah Persis didasari oleh berbagai faktor, diantaranya: ditemukannya dalil
atau penemuan astronomi yang sudah teruji secara ilmiah dan sudah dilakukan penelitian terhadap data-data empirik tersebut. Selain itu dengan semakin
berkembangnya IPTEK selain mengembangkan Hisab Imkanur Rukyat Persatuan Islam juga akan terus mengembangkan teknik dan dokumentasi rukyat, yaitu
dengan penggunaan teknologi dan alat bantu rukyat serta dokumentasinya, sehingga hasil rukyat bisa diuji keabsahannya. Bagi Persatuan Islam, rukyat juga
tidak hanya digunakan untuk penentuan awal bulan semata, tetapi akan dikembangkan untuk menguji keabsahan hisab awal waktu shalat, gerhana dan
bayangan arah qiblat. Dalam pelaksanaannya Persis menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian tentang pengembangan teknologi hisab
dan rukyat. Sampai saat ini rukyat masih tetap perlu dilakukan selain karena sunnah
Rasul, tetapi karena masih adanya variabel lain yang belum dimasukkan dalam
77
hisab, misalnya faktor cuaca dan kecerlangan langit yang tidak mudah untuk dihisab. Sementara itu teknologi observasi perlu terus dikembangkan sehingga
dapat mengenali hilal dengan akurat meskipun cahayanya masih lemah. Teknologi rukyat juga diperlukan untuk membantu agar kesalahan rukyat bisa diminimalisir
dan diperoleh hasil rukyat yang optimal dan akurat. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pemahaman seseorang yang
semakin luas pada saat ini, faktor utama atas perubahan kriteria awal bulan Kamariah Persis disebabkan oleh dinamika pemahaman dari anggota Dewan
Hisab dan Rukyat Persis yang dipengaruhi oleh faktor internal di Jam’iyah Persis dan juga faktor eksternal.
17
Yang menjadi faktor internal dalam perubahan kriteria tersebut ialah perbedaan pemahaman yang dianut oleh Jam’iyah Persis, sebagian
Jam’iyah masih mengikuti hisab wujudul hilal, namun sebagian Jam’iyah lainnya sudah mengikuti kriteria hisab Imkanur Rukyat Persis yang terbaru yaitu Imkanur
Rukyat ahli astronomi LAPAN 2010. Perbedaan tersebut menimbulkan terganggunya keutuhan Jam’iyah Persis. Selain itu, meskipun Persis sudah
menetapkan almanak Islam untuk Jam’iyah Persis, akan tetapi pada prakteknya masih ada sebagian dari Jam’iyah tidak mengikuti almanak Persis tersebut dan
memutuskan untuk melaksanakan hari raya sesuai dengan keputusan Pemerintah. Sedangkan, faktor eksternal yang menjadi dasar perubahan kriteria awal
bulan Kamariah Persis karena adanya kritikan dan saran dari berbagai pihak mengenai kriteria awal bulan yang digunakan oleh Persis, ditemukannya
kelemahan kriteria tersebut, serta adanya penemuan baru yang menjelaskan bahwa
17
Wawancara pribadi dengan Syarief Ahmad Hakim, di Jakarta pada tanggal 13 Juni 2015.
78
hilal dapat dilihat dengan dengan kriteria seperti apa. Oleh karena itu, seiring dengan perkembangan IPTEK, Persis merubah kriteria awal bulan Kamariah
dengan pemahaman ahli astronomi yaitu T. Djamaludin LAPAN 2010 dengan menggunakan data yang berubah-ubah dalam tiap detiknya dan sudah melalui
pengujian data empirik, sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Perubahan kriteria awal bulan Kamariah didasari dengan adanya keinginan
kesatuan pikiran, gerak langkah dan pola tindakan di Jam’iyah Persis yang telah memenuhi relung hati dan pikiran tokoh-tokoh Persis sejak dulu, hal ini tercermin
dari adanya berbagai regulasi aturan yang senantiasa diperbaharui di bidang dakwah, tarbiyah, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sejak dulu sampai
sekarang, tak terkecuali dalam bidang aqidah dan ibadah, yang semua aturan itu harus dijadikan pedoman dan dilaksanakan oleh segenap anggota Persis.
C. Aplikasi Metode Imkanur Rukyat Ahli Astronomi LAPAN 2010 di Kalender Persis