Sejarah Singkat Persis GAMBARAN UMUM PERSATUAN ISLAM PERSIS

45

BAB III GAMBARAN UMUM PERSATUAN ISLAM PERSIS

A. Sejarah Singkat Persis

1. Sejarah Kelahiran Persis Tampilnya jam’iyyah Persatuan Islam Persis dalam pentas sejarah di Indonesia pada awal abad ke-20 telah memberikan corak dan warna baru dalam gerakan pembaruan Islam. Persatuan Islam Persis lahir sebagai jawaban atas tantangan dari kondisi umat Islam yang tenggelam dalam kejumudan kemandegan berfikir, terperosok ke dalam kehidupan mistisisme yang berlebihan, tumbuh suburnya khurafat, bid’ah, takhayul, syirik, musyrik, rusaknya moral, dan lebih dari itu, umat islam terbelenggu oleh penjajahan kolonial Belanda yang berusaha memadamkan cahaya Islam. Situasi demikian kemudian mengilhami munculnya gerakan “reformasi” Islam, yang pada gilirannya, melalui kontak-kontak intelektual, mempengaruhi masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan pembaharuan Islam. Lahirnya Persis diawali dengan terbentuknya suatu kelompok tadarusan penelaahan agama Islam di kota Bandung yang dipimpin oleh H. Zamzam dan H. Muhammad Yunus, 1 dan kesadaran akan kehidupan berjamaah, berimamah, berimarah dalam menyebarkan syiar Islam, menumbuhkan semangat kelompok tadarus ini untuk mendirikan sebuah organisasi baru dengan ciri dan karakteristik yang khas. 1 Howard M. Federspiel, Persatuan Islam Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, Judul Asli, Persatuan Islam; Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, Penerjemah; Yudian W. Asmin dan H. Afandi Mochtar, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996, h. 14-15. 46 Pada tanggal 12 September 1923, bertepatan dengan tanggal 1 Shafar 1242 H, kelompok tadarus ini secara resmi mendirikan organisasi yang diberi nama “Persatuan Islam” Persis. 2 Nama Persis ini diberikan dengan maksud untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai harapan dan cita-cita yang sesuai dengan kehendak dan cita- cita organisasi, yaitu persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan suara Islam, dan persatuan usaha Islam. Falsafah ini didasarkan kepada firman Allah Swt dalam Al-Qur’an Surat Ali Imron 103: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali undang-undangaturan Allah seluruhnya dan janganlah kamu bercerai berai.” Serta sebuah hadits Nabi Saw, yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, “Kekuatan Allah itu bersama al- jama’ah”. Firman Allah dan hadits Nabi tersebut menjadi motto Persis dan menjadi lambang Persis dalam lingkatan bintang bersudut dua belass buah yang di bagian tengahnya tertera tulisan Persatuan Islam, ditulis memakai huruf Arab melayu. 3 2. Tujuan dan Aktifitas Persis Pada dasarnya, perhatian Persis ditujukan terutama pada faham Al- Qur’an dan Sunnah. Hal ini dilakukan dengan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan pertemuan-pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-sekolah pesantren, menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas 2 Qanun Asasi, Pedoman Kerja Program Jihad 2005-2010 Persatuan Islam Persis, Bab I Pasal I No. 1 dan 2, Bandung, Pimpinan Pusat Persatuan Islam Persis, 2005, h. 6. 3 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis Fungsi dan Peranan dalam Pembinaan Hukum Islam di Indonesia, Bandung; Tafakur, 2006, h. 66. 47 keagamaan lainnya. Tujuan utamanya adalah terlaksananya syariat Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Persis melaksanakan berbagai kegiatan antara lain pendidikan yang dimulai dengan mendirikan Pesantren Persis pada tanggal 4 Maret 1936, dari pesantren Persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan mulai dari Raudlatul Athfal Taman kanak-kanan hingga perguruan tinggi. Kemudian menerbitkan berbagai buku, kitab-kitab, dan majalah antara lain majalah Pembela Islam 1929, majalah al-Fatwa 1931, majalah al-Lissan 1935, majalah at-Taqwa 1937, majalah berkala al-Hikam 1939, majalah Aliran Islam 1948, majalah Risalah 1962, majalah berbahasa Sunda Iber, serta berbagai majalah yang diterbitkan di cabang-cabang Persis lainnya. 4 Selain pendidikan dan penerbitan majalah, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian dan diskusi yang banyak digelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif Pemimpin Pusat Persis maupun permintaan dari cabang-cabang Persis, undangan- undangan dari organisasi Islam lainnya, serta masyarakat luas. 3. Kepemimpinan Persis Kepemimpinan Persis periode pertama 1923-1942 berada di bawah pimpinan H. Zamzam, H. Muhammad Yunus, Ahmad Hassan, dan Muhammad Natsir yang menjalankan roda organisasi pada masa penjajahan kolonial Belanda, dan menghadapi tantangan yang berat dalam menyebarkan ide-ide dan pemikirannya. 4 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis Fungsi dan Peranan dalam Pembinaan Hukum Islam di Indonesia, h. 73-74. 48 Pada masa pendudukan Jepang 1942-1945 H, ketika semua organisasi Islam dibekukan, para pimpinan dan anggota Persis bergerak sendiri-sendiri menentang usaha Niponisasi dan pemusyrikan ala Jepang hingga menjelang proklamasi kemerdekaan Pasca kemerdekaan. Persis mulai melakukan reorganisasi untuk menyusun kembali sistem organisasi yang telah dibekukan selama pendudukan Jepang. Melalui reorganisasi tahun 1941, kepemimpinan Persis dipegang oleh para ulama generasi kedua diantaranya KH. Muhammad Isa Anshari sebagai ketua umum Persis 1948-1960 H, 5 Pada masa ini Persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil. Pemerintah Republik Indonesia sepertinya mulai tergiring ke arah demokrasi terpimpin yang dirancang oleh Presiden Soekarno dan mengarah pada pembentukan negara dan masyarakat dengan ideologi Nasionalis, Agama, Komunis Nasakom. Setelah berakhirnya periode kepemimpinan K.H. Muhammad Isa Anshary, kepemimpinan Persis dipegang oleh K.H.E. Abdurahman 1962- 1983 H yang dihadapkan pada berbagai persoalan internal dalam organisasi maupun persoalan eksternal dengan munculnya berbagai aliran keagamaan yang menyesatkan seperti aliran pembaharu Isa Bugis, Islam Jama’ah, Darul Hadits, Inkarus Sunnah, Syi’ah, Ahmadiyyah dan faham sesat lainnya. 6 5 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis Fungsi dan Peranan dalam Pembinaan Hukum Islam di Indonesia, h. 77. 6 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis Fungsi dan Peranan dalam Pembinaan Hukum Islam di Indonesia, h. 79. 49 Kepemimpinan K.H.E. Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A. Latif Muchtar, MA. 1983-1997 dan K.H. Shiddiq Amien 1997-2009 yang merupakan proses regenerasi dari tokoh-tokoh Persis kepada eksponen organisasi otonom kepemudaannya Pemuda Persis. Pada masa ini terdapat perbedaan yang cukup mendasar, jika pada awal berdirinya Persis muncul dengan isu-isu kontroversial yang bersifat gebrakan shock therapy, pada masa ini Persis cenderung ke arah low profile yang bersifat persuasuve edukatif dalam menyebarkan faham-faham al-Qur’an dan Sunnah. 7 Setelah K.H. Shiddiq Amien meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 2009, kepemimpinan Persis digantikan oleh Prof. Dr. K.H. Maman Abdurrahman yang menjabat dari tahun 2010-2015. Prof. Dr. K.H. Maman Abdurrahman bertekad membangun Persis sebagai pemersatu umat Islam dengan berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah. Persis tetap memberi perhatian pada tatacara beribadah yang sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Cara itu, menurut dia mampu mengatasi berbagai konflik yang berpotensi memecah belah umat Islam. 8 7 Uyun Kamiluddin, Menyorot Ijtihad Persis Fungsi dan Peranan dalam Pembinaan Hukum Islam di Indonesia, h. 79. 8 Abdul Aziz, Islam 4 All Doing the Right Thing and Doing it Right, Cianjur; 29 September 2010, h. 2. 50 51 52 53

B. Sejarah Almanak Persis