Karakteristik Responden Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Susu Formula

BAB V PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat pengaruh komunikasi persuasif bidan terhadap perilaku ibu dalam pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Durian Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 yang dapat dilihat sebagai berikut :

5.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik responden bervariasi mulai dari umur, pendidikan, penghasilan keluarga, pekerjaan, dan jumlah tanggungan. Berdasarkan tabel 4.2. dapat dilihat bahwa usia responden berkisar antara 15-35 tahun dan usia terbanyak adalah responden yang berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 23 orang 56,1. Berdasarkan tabel 4.3. dilihat bahwa tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah SMA yaitu sebanyak 26 orang 63,4. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arifin 2004 yang menyatakan alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Berdasarkan tabel 4.4. dilihat bahwa penghasilan keluarga Rp 1.285.000,- atau lebih dari UMR Kota Tebing Tinggi 2012 yaitu sebanyak 26 orang 63,4. Hal ini sesuai dengan penelitian Soetjiningsih 1997 yang menyatakan bahwa adanya anggapan dengan memberikan susu botol kepada anak sebagai suatu simbol bagi Universitas Sumatera Utara kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi sehingga ibu tidak memberikan ASI kepada bayibalitanya. Berdasarkan tabel 4.5 dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 29 orang 70,7. Berdasarkan tabel 4.6. dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 18 responden 43,9. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arifin 2004 yang menyatakan alasan ibu-ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya antar lain dipengaruhi oleh pekerjaan. 5.2. Komunikasi Persuasif Bidan 5.2.1. Kepercayaan Atau Keyakinan Dengan Bidan Pada kerangka konsep citra diri juga digambarkan langsung memengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 41 responden 100 percaya atau yakin dengan bidan dalam menganjurkan pemberian susu formula. Menurut Deddy 1994 bahwa komunikasi persuasif terdapat usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya dapat berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator.

5.2.2. Pemberian Sampel Susu Gratis

Berdasarkan tabel 4.8. diketahui bahwa sebagian besar responden mengatakan pernah mendapatkan sampel susu gratis yaitu sebanyak 30 orang 73,2. Menurut Deddy 1994 dalam prinsip komunikasi persuasif membujuk demi keuntungan khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang disarankan akan menguntungkan mereka lebih dari biaya yang akan mereka keluarkan. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Pemberian Susu Formula

Berdasarkan tabel 4.9. responden mengatakan tidak pernah bidan memaksa dalam pemberian susu formula pada bayi yaitu sebanyak 33 orang 80,5. Menurut Widjaja 1993 bentuk pesan dapat bersifat Coersifmemaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Coersif dapat berbentuk perintah, instruksi dan sebagainya.

5.2.4. Kenyamanan Didampingi Oleh Bidan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.10. sebanyak 41 orang 100 menyatakan semua responden nyaman ketika didampingi oleh bidan. Peneliti berasumsi jika bidan memberikan komunikasi yang baik terhadap pasien maka akan timbul kenyamanan ketika pasien didampingi oleh bidan.

5.2.5. Keyakinan Pemberian Susu Formula

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.11 sebanyak 27 orang 65,9 yang memilih jawaban bidan juga memberikan susu formula pada bayinya, mendapatkan susu formula secara cuma-cuma, sering bercerita tentang keunggulan susu formula, dan lain-lain. Responden menjawab dari pilihan jawaban yang telah disediakan. Menurut Tatik, dkk 2003 komunikasi persuasif adalah metode yang bersifat membujuk halus agar sasaran menjadi yakin. Biasanya dalam bentuk ajakan dengan cara memberi alasan dan prospek baik yang meyakinkan.

5.2.6. Penyampaian Bidan

Berdasarkan kerangka konsep, hubungan dan peran juga dapat memengaruhi pengetahuan ibu dalam pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara Universitas Sumatera Utara komunikasi seorang bidan dengan koleganya, dengan cara komunikasi seorang bidan pada kliennya akan berbeda, tergantung perannya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.12. sebanyak 28 orang 68,3 mendapatkan informasi melalui penyuluhan, ceramah, diskusi kelompok, dan komunikasi dua arah. Menurut Uripni 2003 komunikasi interpersonal adalah salah satu yang paling efektif dan komunikator dapat langsung bertatap muka, sehingga stimulus yakin pesan atau informasi yang disampaikan komunikan, langsung dapat direspon atau ditanggapi pada saat itu juga.

5.3. Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Susu Formula

Menurut Notoadmodjo 2003 pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan informasi. Pengetahuan yang diperoleh berasal dari sumber informasi yang telah disampaikan kepada ibu.pengetahuan seseorang akan memengaruhi sikap dan tindakannya. Notoadmodjo 2003 menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang diperlukan seseorang individu agar ia dapat berbuat sesuatu, adapun salah satu unsurnya adalah keyakinan dan kebenaran dari apa yang akan dilakukannya. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.24. dapat dilihat 21 orang 51,2 memiliki pengetahuan sedang mengenai susu formula. Pada tabel 4.13. sebanyak 20 orang 48,8 memiliki jawaban susu formula merupakan susu sapi. Pada tabel 4.16 sebanyak 8 orang 19,5 menyebutkan bahwa susu formula tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Menurut Khasanah 2011 susu formula merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah sedemikian hingga dapat diberikan kepada bayi tanpa memberikan efek samping. Alasan pemakaian susu sapi Universitas Sumatera Utara sebagai bahan bakunya antara lain karena banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak sapi perah dan harganya pun relatif murah.oleh karena itu, sebelum dipergunakan untuk makanan bayi, susunan nutrisi susu formula harus harus diubah hingga cocok untuk bayi. Sebab, ASI merupakan makanan bayi yang ideal sehingga perubahan yang dilakukan pada komposisi nutrisi susu sapi harus sedemikian rupa hingga mendekati susunan nutrisi ASI. Menurut sipeneliti pengetahuan responden tentang pengertian susu formula tergolong rendah. Oleh sebab itu, pengetahuan responden tentang susu formula harus ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditunjukkan oleh tabel 4.14. sebanyak 20 orang 48,8 menyebutkan ASI Eksklusif yang baik diberikan pada bayi usia 0-6 bulan. Pada tabel 4.20 sebanyak 24 orang 58,6 menyebutkan bubur dan makanan lembut baik diberikan pada bayi usia 4 bulan. Menurut Khasanah 2011 ASI Eksklusif lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah istilah untuk menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat, misalnya pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, atau makanan lain selain ASI. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai berusia 6 bulan. Menurut sipeneliti pengetahuan responden tergolong rendah. Sehingga promosi tentang ASI Eksklusif perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.15. sebagian besar responden 18 orang 43,9 mengetahui syarat-syarat pemberian susu formula Universitas Sumatera Utara kepada bayi adalah ASI tidak keluar sama sekali, tidak cukup dan ibu bekerja di luar rumah. Hali ini sesuai menurut Muchtadi 1994, susu formula dapat diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau sebagai pengganti ASI, dalam keadaan sebagai berikut yaitu air susu ibu tidak keluar sama sekali. Dalam hal ini satu-satunya makanan yang dapat diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.17 dapat dilihat 21 orang 51,2 menyebutkan bahwa susu formula mempunyai dampak diare. Pada tabel 2.21. dapat dilihat 37 orang 90,3 menyebutkan bahwa diare dan muntah dapat terjadi jika tidak merebus botol dot untuk bayinya. Menurut Khasanah 2011 pengenceran susu formula yang kurang tepat dapat mengganggu pencernaan bayi, sedangkan susu yang terlalu kental dapat membuat usus bayi sulit mencerna, sehingga sebelum dicerna, susu akan dikeluarkan kembali lewat anus yang mengakibatkan bayi mengalami diare. Meskipun tidak membahayakan, diare bisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan. Selain itu penyimpanan susu formula yang kurang steril juga bisa menyebabkan bakteri mudah masuk. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran pencernaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mendapat susu botol empat kali lebih banyak dapat menderita diare dibandingkan bayi yang mendapat ASI. Berdasarkan hasil penelitian, yang ditunjukkan tabel 4.18 menunjukkan bahwa 9 orang 22,0 menyebutkan alat yang digunakan untuk memberikan susu formula pada bayi. Menurut sipeneliti, saat memberikan susu pada bayi, akan lebih Universitas Sumatera Utara baik jika menggunakan cangkir atau sendok, bukan dot. Hal ini dimaksudkan agar saat ibu ingin menyusui bayi kembalinya, bayi tidak menolak menyusu. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.19. menyatakan bahwa mencuci dan merebus botol dot merupakan hal pertama yang dilakukan sebelum memberikan susu formula pada bayi yaitu sebanyak 32 orang 78,0. Membersihkan dan mensterilkan peralatan yang digunakan untuk mencegah kontaminasi atau pencemaran susu oleh bakteri. Cuci semua peralatan botol, dot, sikat botol, sikat dot dengn sabun dan air bersih yang mengalir. Sterilkan semua peralatan, botol harus terendam seluruhnya sehingga tidak ada udara dalam botol. Panci ditutup dan dibiarkan sampai mendidih selama 5-10 menit. Biarkan botol dan dot di dalam panci tertutup dan air panas sampai segera akan digunakan. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.22. sebanyak 17 orang 41,5 menyatakan HIVAIDS merupakan penyakit yang tidak boleh memberikan ASI pada bayi. Menurut Khasanah 2011 bagi ibu menyusui yang menderita AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya karena dapat menularkan virus HIV kepada bayinya melalui ASI. Ibu yang menderita penyakit tertentu juga tidak dianjurkan untuk memberikan ASI pada bayinya diantaranya Hepatitis B, gagal jantung, kanker, dll dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel bayinya. Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan oleh tabel 4.23. sebanyak 17 orang 41,4 menyebutkan bahwa gizi pada ASI Eksklusif belum tentu ada pada susu formula. Menurut Khasanah 2011 susu formula susu sapi tidak mengandung Universitas Sumatera Utara DHA seperti halnya pada ASI sehingga tidak bisa membantu meningkatkan kecerdasan bayi. Terdapat lebih dari 1000 jenis zat gizi dalam ASI diantara lain AA, DHA, taurin, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Meskipun, produsen susu formula mencoba menambahkan zat gizi tersebut, namun hasilnya tetap tidak bisa menyamai kandungan gizi yang terdapat dalam ASI. Demikian pula susu formula bayi yang difortifikasi dengan zat besi, ternyata tidak meningkatkan pertumbuhan bayi, walaupun dapat membantunya dari penyakit anemia. Dari uraian-uraian tersebut , peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan tergolong sedang yaitu 21 orang 51,2. Hali ini disebabkan masih kurangnya promosi tentang ASI Eksklusif oleh bidan. Promosi susu formula, seharusnya diiringi juga dengan promosi manfaat dan penggunaan ASI. Masih kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI. Penyuluhan kepada masyarakat seputar menyusui masih jarang sehingga banyak di antara mereka yang kurang mengerti akan pentingnya pemberian ASI kepada bayi. Untuk menunjang keberhasilan menyusui, hendaknya bayi disusui segera atau sedini mungkin setelah lahir. Disamping itu, belum semua petugas paramedis diberi pesan dan cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayinya, dan adanya praktik yang keliru dengan memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir. Masih banyak rumah sakit yang merawat bayi terpisah dengan ibunya. Universitas Sumatera Utara

5.4. Sikap Ibu Dalam Pemberian Susu Formula