Susu Formula PASI Faktor- Yang Dapat Memengaruhi Penggunaan ASI Penurunan Penggunaan ASI

d. Penjelasan tanda-tanda yang menunjukkan bilamana pengganti air susu ibu sudah tidak baik lagi dan tidak boleh diberikan kepada bayi. 3. Dilarang dicantumkan pada label a. Gambar bayi b. Gambar atau tulisan yang dapat memberi kesan, bahwa penggunaan pengganti air susu ibu merupakan suatu yang ideal. c. Kata-kata “semutu air susu ibu” atau kata-kata yang semakna. d. Tulisan “pengganti air susu ibu”. 4. Kegiatan promosi atau periklanan dilarang kecuali dalam media ilmu kesehatan.

2.7 Susu Formula PASI

2.7.1 Susu Formula PASI

Susu formula adalah makanan tambahan bayi yang secara tunggal dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sampai berumur enam bulan. PASI dapat dikelompokkan menjadi susu formula awal adapted formula, susu lanjutan Followup Formula dan susu formula khusus specific formula.

2.7.2 Jenis Susu Formula

Umumnya susu formula untuk bayi yang beredar di pasaran berasal dari susu sapi. Susu sapi adalah salah satu susu pilihan untuk bayi yang tidak memiliki riwayat alergi dalam keluarga, sedangkan untuk bayi yang memiliki alergi, maka bahan dasar susu formula diganti menggunakan selain susu sapi. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia, beredar berbagai macam susu formula dengan merek dagang, diantaranya :

1. Susu Formula Adaptasi

Susu formula adaptasi adalah susu formula yang disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi yang baru lahir sampai umur 6 bulan.

2. Susu Formula Awal Lengkap

Susu formula awal lengkap, berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan. Berbeda dengan formula adaptasi, susu formula ini memiliki kadar protein yang lebih tinggi dan komposisi zat gizi lain tidak disesuaikan dengan yang terdapat dalam ASI.

3. Susu Formula “Follow Up”

Pengertian follow up dalam dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula ini. Susu formula ini diperuntukkan untuk bayi berumur 6 bulan ke atas. Pada umumnya susu formula follow up mengandung protein dan mineral yang lebih tinggi daripada susu formula adapted dan completing startng.

4. Susu Formula Prematur

Susu formula permatur digunakan untuk bayi yang lahir prematur. Susu formula prematur komposisi zat gizinya lebih besar dibandingkan dengan Universitas Sumatera Utara formula biasa karena pertumbuhan bayi prematur yang cepat sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang lebih banyak.

5. Susu Hipoalergenik

Susu formula hipoalergenik diberikan kepada bayi yang mengalami gangguan pencernaan protein. Susu formula jenis ini kandungan lemaknya sudah diperkecil.

6. Susu Soya

Bahan dasar dalam susu soya diganti dengan sari kedelai yang diperuntukkan bagi bayi yang memiliki alergi terhadap protein susu sapi, tetapi tidak alergi terhadap susu kedelai. Fungsinya sama dengan susu sapi yang protein susunya sudah dipecah dengan sempurna sehingga dapat digunakan sebagai pencegahan alergi.

7. Susu Rendah Laktosa atau Tanpa Laktosa

Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa cocok untuk bayi yang tidak mampu mencerna laktosa intoleransi laktosa karena tidak memiliki enzim untuk mengolah laktosa. Intoleransi laktosa, biasanya ditandai dengan buang air terus-menerus atau diare. Susu rendah laktosa adalah susu sapi yang bebas dari kandungan laktosa rendah laktosa atau tanpa laktosa. Sebagai penggantinya, susu formula jenis ini akan menambahkan kandungan gula jagung.

8. Susu Formula dengan Asam Lemak MCT Lemak Rantai Sedang

yang Tinggi Universitas Sumatera Utara Susu formula dengan lemak MCT tinggi diberikan kepada bayi yang menderita kesulitan dalam menyerap lemak. Oleh karena itu, lemak yang diberikan harus banyak mengandung MCT lemak rantai sedang tinggi sehingga mudah dicerna dan diserap oleh tubuhnya.

9. Susu Formula Semierlementer

Susu formula ini biasa diberikan pada bayi yang mengalami infeksi usus dan sudah dilakukan pembedahan akan menunjukkan intoleransipenolakan terhadap laktosa. Maka, dengan pemberian susu formula semierlementer tidak boleh diberikan secara sembarangan tanpa petunjuk dokter.

2.7.3 Kandungan Susu Formula

Kandungan gizi susu formula untuk bayi di bawah 6 bulan lebih spesial karena secara alami, usus bayi kecil belum mampu mencerna nutrisi susu dengan bai. Masih rentannya ia dalam kelompok usia tersebut membuat susu yang dikonsumsinya pun dibagi lagi secara khusus, seperti susu untuk bayi yang lahir cukup bulan, ataupun yang lahir cukup bulan, namun dengan berat bayi lahir rendah BBLR. Meskipun pembuatan susu formula dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja susu formula tidak sebaik ASI. Perbandingan komposisi kolostrum, ASI, dan susu sapi sangat berbeda. Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam lambung bayi. Walaupun, ASI mengandung lebih sedikit total protein, namun bagian protein whey-nya lebih banyak sehingga akan Universitas Sumatera Utara membentuk gumpalan yang lunak, dan lebih mudah dicerna, serta diserap oleh usus bayi.

1. Lemak

Kadar lemak yang disarankan dalam susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr tiap 100 ml.komposisi asam lemaknya harus sedemikian rupa sehingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 85 lemak yang terdapat dalam susu formula.

2. Protein

Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr tiap 100 ml. Pemberian protein yang terlalu tinggi dapat menyebabkan tingginya kadar ureum, amoniak, serta asam amino tertentu dalam darah. Perbedaan antara protein ASI dan susu formula terletak pada kandungannya dan perbandingan antara protein susu sapi terletak pada kandungannya dan perbandingan antara protein jenis whey dan kaseinnya. Namun, ada yang berpendapat bahwa kualitas kasein ASI lebih baik daripada kasein susu sapi.

3. Karbohidrat

Kandungan karbohidrat yang disarankan untuk susu formula, yaitu 5,4-8,2 gr tiap 100 ml. Dianjurkan supaya sebagian karbohidrat hanya atau hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau maltosa. Tidak dibenarkan pada pembuatan susu formula untuk memakai tepung atau Universitas Sumatera Utara madu, atau diasamkan karena belum diketahui efek sampingnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4. Mineral

Kandungan sebagian besar mineral dalam susu sapi lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat dalam ASI. Pada pembuatan susu formula adaptasi, kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25-0.34 gr tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI. Penurunan kadar mineral diperlukan karena bayi baru lahir belum dapat mengeluarkan kelebihan mineral dengan sempurna. 5. Vitamin Biasanya, berbagai vitamin ditambahkan pada pembuatan formula hingga dapat mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

6. Kandungan Zat Tambahan

Kemajuan teknologi memungkinkan susu formula yang sudah ada ditingkat kualitasnya, yakni dengan diformulasikan sedemikian rupa sehingga semakin mirip dengan ASI, salah satunya adalah penambahan DHA. Penambahan ini dibolehkan karena zat tambahan tersebut merupakan zat- zat mikro.

2.7.4 Faktor- Yang Dapat Memengaruhi Penggunaan ASI

Universitas Sumatera Utara Menurut Soetjiningsih 1997, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan ASI antara lain : 1. Perubahan sosial budaya a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya b. Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang memberikan susu botol c. Merasa ketingggalan zaman jika tidak menyusui bayinya dengan susu botol 2. Faktor psikologis a. Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita b. Tekanan batin 3. Faktor fisik a. Ibu sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya. 4. Faktor kurangnya peugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI 5. Meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI 6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu kaleng.

2.7.5 Penurunan Penggunaan ASI

Penelitian dan pengamatan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan dengan jelas adanya kecenderungan meningkatnya jumlah ibu yang tidak menyusui Universitas Sumatera Utara sendiri bayi mereka. Menurunnya jumlah ibu yang menyusui bayi ini dimulai di kota terutama pada kelompok ibu dari keluarga yang berpenghasilan cukup, yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota dan menyebar sampai ke desa-desa. Para ahli mengemukakan beberapa sebab terjadinya penurunan penggunaan ASI antara lain : a. Adanya perubahan struktur masyarakat dan keluarga. Hubungan kerabat yang luas di daerah pedesaan menjadi renggang setelah keluarga pindah ke kota. Pengaruh orangtua seperti nenek, kakek, mertua, dan orang terpandang lain di lingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena mreka itupada umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam merawat makanan bayi yang tidak diwariskan. b. Kemudahan yang didapat sebagai kemajuan teknologi pembuatan makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan untuk bayi mendorong ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan itu. c. Iklan yang menyesatkan dari berbagai produsen makanan menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik dari ASI. d. Karena para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan di rumah. e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol kepada anak sebagai suatu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih tinggi, terdidik, dan mengikuti perkembangan zaman. Universitas Sumatera Utara f. Ibu takut payudaranya rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. g. Pengaruh melahirkan di klinik bersalin atau rumah sakit. Belum semua petugas paramedic diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka.

2.7.6 Kelemahan Susu Formula