Sikap Ibu Dalam Pemberian Susu Formula

5.4. Sikap Ibu Dalam Pemberian Susu Formula

Menurut Teori S-O-R, stimulus yang datang kepada orang yang berbeda akan menghasilkan respon yang berbeda pula. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang memengaruhi diri seseorang misalnya karakteristiknya, sosial budaya, ekonomi, lingkungan dan faktor lainnya. Dalam penelitian ini, sikap yang diberikan oleh ibu dalam pemberian susu formula menjadi respon atas pesan yang mereka peroleh dari bidan. Sikap bukan merupakan aktivitas atau tindakan, melainkan predisposisi dari tindakan. Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental yang memiliki komponen kepercayaan, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam penelitian ini, ibu memiliki ibu memiliki kepercayaankeyakinan bahwa susu formula diberikan pada bayi usia 0-6 bulan. Penambahan AA, DHA, spingomyelin pada susu formula, sebenarnya bukan merupakan pertimbangan utama pemilihan susu yang terbaik. Penambahan zat yang diharap berpengaruh terhadap kecerdasan anak memang masih sangat kontroversial. Demikian pula susu formula bayi yang difortifikasi dengan zat besi, ternyata tidak meningkatkan pertumbuhan bayi, walaupun dapat membantunya dari penyakit anemia. Komponen ketiga dalam pembentukan sikap yang utuh adalah kecenderungan untuk bertindak, dalam penelitian ini peneliti berasumsi, ibu dalam pemberian susu formula masih tergolong sedang, artinya sikap ibu dalam hal ini disebabkan masih kurangnya luasnya wawasan responden mengenai susu formula. Hal ini dapat dilihat dalam hasil penelitian masih terdapat 15 orang 36,6 bersikap tidak setuju dan 10 Universitas Sumatera Utara orang 24,4 bersikap sangat tidak setuju bahwa ibu penderita HIVAIDS tidak dibenarkan memberikan ASI kepada bayi. bagi ibu menyusui yang menderita AIDS tidak diperkenankan menyusui bayinya karena dapat menularkan virus HIV kepada bayinya melalui ASI. Ibu yang menderita penyakit tertentu juga tidak dianjurkan untuk memberikan ASI pada bayinya diantaranya Hepatitis B, gagal jantung, kanker, dll dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan sel-sel bayinya. Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak penampilan. Hal ini dapat dilihat dari penelitian terdapat 12 orang 29,3 bersikap setuju. Ia takut bentuk payudara rusak apabila menyusui dan kecantikannya akan hilang. Padahal, setiap ibu yang mempunyai bayi selalu mengubah payudara, walaupun menyusui atau tidak menyusui. Bayi yang diberikan susu formula memiliki berat badan yang lebuh dibanding diberikan ASI Eksklusif, sebanyak 4 orang 9,8 bersikap sangat setuju, hal ini diperkirakan karena kelebihan air dan komposisi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI. Selain itu, berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi yang mengkonsumsi ASI dapat mengatur asupan kalori sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Kemampuan tersebut diperkirakan menjadi alasan bayi yang mengkonsumsi ASI cenderung kurang memiliki masalah obesitas dikemudian hari. Ibu sebaiknya menyusui segera setelah melahirkan, sebanyak 11 orang 26,8 bersikap sangat setuju. Banyak ibu mengalami kesulitan ketika menyusui di Universitas Sumatera Utara hari pertama dan mengeluh ASI-nya tidak bisa keluar. Namun, ia tidak perlu cemas karena di hari pertama, sebenarnya bayi belum memerlukan cairan yang banyak sehingga tidak perlu diberikan cairan yang banyak sehingga tidak perlu siberikan cairan lain sebelum ASI keluar banyak. Sama halnya dengan ibu yang melahirkan operasi. Bukan masalah bagiibu jika sanggup dan mampu menyusui langsung setelah operasi. Biasanya rumah sakit menyediakan layanan layanan khusus agar bayi tetap dapat menyusui, mestki ibu baru selesai operasi. Membuang ASI setelah beraktivitas di luar rumah sebaiknya dilakukan ibu, sebanyak 5 orang 12,2 bersikap sangat tidak setuju. ASI selalu bersih dan steril, sekalipun ibu baru selesai melakukan kegiatan membersihkan rumah atau berjalan- jalan. ASI terus memperbaharui dirinya sendiri sehingga jika ASI tidak diminum maka akan terserap oleh tubuh dan akan terbentuk ASI baru yang diberikan pada bayi. Ibu tidak memberikan ASI pada bayi ketika bayi diare, sebanyak 5 orang 12,2 bersikap sangat tidak setuju. Justru sebaliknya, pengobtan yang terbaik bagi bayi yang mengalami diare atau infeksi saluran cerna adalah dengan menyusu. Menyusu dari ASI itu lebih baik daripada susu formula karena ASI tidak membertakan saluran pencernaan. Bahkan penggunaan susu formula lebih banyak menghabiskan uang daripada ASI. Sebanyak, 6 orang 14,6 bersikap sangat setuju. Pemberian susu formula ecara tidak langsung juga menambah anggaran untuk membeli susu formula. Bayi lebih suka minum ASI. Sesuai dengan kerangka konsep yang sebelumnya digambarkan, apabila stimulus telah diterima oleh ibu, akan terbentuk pengetahuan tentang susu formula. Universitas Sumatera Utara Pengetahuan ini kemudian diolah, dan ibu akan merespon dengan sikap. Dalam uraian sebelumnya, pengetahuan ibu tentang susu formula tergolong sedang, maka sikap ibu tentang susu formula juga tergolong sedang 95,1.

5.5. Tindakan ibu Pemberian Susu Formula