2.6.3 Kualitas Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat- zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa Hg, Aluminium Al,
Arsen As, Barium Ba, Besi Fe, Flourida F, Calsium Ca, Mangan Mn , Derajat keasaman pH, Cadmium Cd, dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416MENKESPERIX1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5
–9. Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral
dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya Soemirat, 2000.
2.7 Upaya Memperoleh Air Bersih
Upaya memperoleh air bersih dapat dilakukan dalam skala besar maupu skala kecil sesuai dengan kebutuhannya
2.7.1 Penyimpanan
Air yang disimpan dalam wadah penampungan akan melalui proses purifikasi secara alami sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar 90. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam
dan air akan bertambah jernih b.
Proses kimiawi Selama proses penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini ,
bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia akan berkurang
sementara konsentrasi nitrat justru meningkat. c.
Proses biologis Organisme patogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat terlihat jika air
disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang sampai 90.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila lebih lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan
rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.
2.7.2 Penyaringan
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar
98-99 dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand filter filter biologis dan rapid sand filter filter mekanis. Metode-metode tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini, kedua metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses purifikasi air.
Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar
terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.
2.7.3 Klorinasi
Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin
ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya
relatif lebih murah, mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida,
bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin Chandra, 2007.
2.8 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia