sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas
maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai
dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang
berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air Roihatin, 2006. Oleh karena itu, sebaiknya pasar hewan berada jauh dari pemukiman penduduk.
2.5 Tindakan Pengguna Air
Domain terakhir dari perilaku kesehatan adalah tindakan. Tindakan tersebut didasari pada penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahuinya, kemudian
disikapi dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukannya. Tindakan dalam penelitian ini adalah segala sesuatu bentuk nyata yang dilakukan oleh pengguna
sumur gali yang dapat mencemari air sumur gali. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo 2005, praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan,
yaitu: 1.
Praktik terpimpin Guided respons, yaitu apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan
panduan.
Universitas Sumatera Utara
2. Praktik secara mekanisme Mecanism, yaitu Apabila seseorang telah melakukan
atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
3. Adopsi Adoption, adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau disebut juga tindakan atau perilaku yang
berkualitas. Menurut Azwar 2003, tindakan manusia ada tiga jenis yaitu: 1 tindakan
ideal, artinya tindakan yang dapat diamati dan dilakukan oleh individu atau masyarakat untuk mengurangi atau membantu memecahkan masalah; 2 tindakan
sekarang, artinya perilaku yang dilaksanakan saat ini, dan 3 tindakan yang diharapkan, yakni tindakan yang diharapkan dilaksanakan oleh sasaran.
2.6 Kualitas Air
Kelayakan air dapat diukur secara kualitas dan kuantitas. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air
yang mencakup kualitas fisik, kimia dan biologis Effendi, 2003. Analisis kualitas air dapat dilakukan di laboratorium maupun secara sederhana.
Pemerikasaan di laboratorium akan menghasilkan data yang lengkap dan bersifat kuantitatif, sedangkan pemeriksaan sederhana hanya bersifat kualitatif. Pemeriksaan
sederhana mempunyai keuntungan karena murah dan mudah sehingga setiap orang dapat melakukannya tanpa memerlukan bahan-bahan yang mahal Kusnaedi, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya Amsyari, 1996. Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku dari air sumber air tanah
kualitasnya sudah cukup baik sehingga tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi lain air bersih dalam jumlah banyak harus
mengambil dari sumber air yang besar pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas
air sungai sebagai air permukaan jelas berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu
berat karena air sungai hanya terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses penjernihannya pun relatif sederhana Amsyari, 1996.
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat
dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari
industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya. Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks
Amsyari, 1996.
2.6.1 Kualitas Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air angkasa, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Penyakit yang ditransmisikan
Universitas Sumatera Utara
melalui faecal material dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan metazoa. Oleh karena itu air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari
bakteri patogen. Bakteri golongan Coli Coliform bakteri tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri
patogen Soemirat, 2000. Menurut Permenkes RI No. 416MENKESPERIX1990, bakteri coliform yang memenuhi syarat untuk air bersih bukan perpipaan adalah 50
MPN. Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli
dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia Sutrisno, 2004. Berdasarkan Kempenkes RI Nomor 907 MENKESSKVII2002, persyaratan bakteriologis air
minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0 nol. Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907MenkesSKVII2002, Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk
golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK Pedoman Kualitas Air Tahun 20002001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori
sebagai berikut. 1.
Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50
Universitas Sumatera Utara
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih 2400.
2.6.2 Kualitas Fisik
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: 416MENKESPERIX1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam kehidupan
seharihari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai sumber air minum maupun air baku air bersih, antara lain harus memenuhi persyaratan secara fisik,
tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Adapun sifat-sifat air secara fisik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya sebagai berikut : 1
Suhu Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan
dapat pula mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahannya terutama apabila temperature sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah ± 30C suhu udara
disekitarnya yang dapat memberikan rasa segar, tetapi iklim setempat atau jenis dari sumber-sumber air akan mempengaruhi temperatur air. Disamping itu,
temperatur pada air mempengaruhi secara langsung toksisitas banyaknya bahan kimia pencemar pertumbuhan mikroorganisme, dan virus. Temperature atau suhu
air diukur dengan menggunakan termometer air. 2
Bau dan Rasa
Universitas Sumatera Utara
Bau dan rasa biasanya terjadi secara bersamaan dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-bahan organik yang membusuk, tipe-tipe tertentu organisme
mikroskopik, serta persenyawaan-persenyawaan kimia seperti phenol. Bahan –
bahan yang menyebabkan bau dan rasa ini berasal dari berbagai sumber. Intensitas bau dan rasa dapat meningkat bila terdapat klorinasi. Karena
pengukuran bau dan rasa ini tergantung pada reaksi individu maka hasil yang dilaporkan tidak mutlak. Untuk standard air bersih sesuai dengan Permenkes RI
No.416MENKESPERIX1990 menyatakan bahwa air bersih tidak berbau dan tidak berasa .
3 Kekeruhan
Air dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warnarupa yang berlumpur dan
kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar dari partikel-partikel kecil yang tersuspensi.
Kekeruhan pada air merupakan satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penyediaan air bagi umum, mengingat bahwa kekeruhan tersebut akan
mengurangi segi estetika, menyulitkan dalam usaha penyaringan, dan akan mengurangi efektivitas usaha desinfeksi Sutrisno, 1991. Tingkat kekeruhan air
dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode Turbidimeter. Untuk
standar air
bersih ditetapkan
oleh Permenkes
RI No.
416MENKESPERIX1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU Depkes RI, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Kualitas Kimia
Air bersih yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat- zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan antara lain Air raksa Hg, Aluminium Al,
Arsen As, Barium Ba, Besi Fe, Flourida F, Calsium Ca, Mangan Mn , Derajat keasaman pH, Cadmium Cd, dan zat-zat kimia lainnya. Kandungan zat
kimia dalam air bersih yang digunakan sehari-hari hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti tercantum dalam Permenkes RI
416MENKESPERIX1990. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan zat-zat kimia
yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan berakibat tidak baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia. Contohnya pH; pH Air sebaiknya
netral yaitu tidak asam dan tidak basa untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi jaringan. pH air yang dianjurkan untuk air minum adalah 6,5
–9. Air merupakan pelarut yang baik sekali maka jika dibantu dengan pH yang tidak netral
dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya Soemirat, 2000.
2.7 Upaya Memperoleh Air Bersih
Upaya memperoleh air bersih dapat dilakukan dalam skala besar maupu skala kecil sesuai dengan kebutuhannya
2.7.1 Penyimpanan
Air yang disimpan dalam wadah penampungan akan melalui proses purifikasi secara alami sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Proses fisik
Setelah melalui proses fisik, kualitas air sudah dapat diperbaiki sampai sekitar 90. Benda-benda yang terlarut dalam air akan mengendap dalam waktu 24 jam
dan air akan bertambah jernih b.
Proses kimiawi Selama proses penampungan juga berlangsung proses kimiawi. Dalam proses ini ,
bakteri aerobik akan mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air dengan bantuan oksigen bebas. Akibatnya, konsentrasi amonia akan berkurang
sementara konsentrasi nitrat justru meningkat. c.
Proses biologis Organisme patogen berangsur-angsur akan mati. Keadaan ini dapat terlihat jika air
disimpan selama 5-7 hari. Dalam kondisi tersebut, jumlah bakteri dalam air akan berkurang sampai 90.
Batas waktu yang optimum untuk penampungan berkisar antara 10-14 hari, bila lebih lama akan berkembang tumbuh-tumbuhan air seperti alga yang dapat menimbulkan
rasa dan bau tidak enak dan perubahan warna pada air.
2.7.2 Penyaringan
Proses penyaringan atau filtrasi merupakan tahap kedua dari proses purifikasi air. Proses ini sangat penting karena dapat mengurangi jumlah bakteri sampai sekitar
98-99 dalam air yang dihasilkan. Proses filtrasi dapat dilakukan melalui slow sand filter filter biologis dan rapid sand filter filter mekanis. Metode-metode tersebut
Universitas Sumatera Utara
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sampai saat ini, kedua metode tersebut masih digunakan sebagai metode standar dalam proses purifikasi air.
Slow sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala kecil sedangkan rapid sand filter dipakai untuk proses purifikasi air dalam skala besar
terutama untuk memenuhi kebutuhan penduduk di kota besar.
2.7.3 Klorinasi
Klorinasi adalah proses pemberian klorin ke dalam air yang telah menjalani proses filtrasi dan merupakan langkah yang maju dalam proses purifikasi air. Klorin
ini banyak digunakan dalam pengolahan limbah industri, air kolam renang, dan air minum di negara-negara sedang berkembang karena sebagai desinfektan, biayanya
relatif lebih murah, mudah dan efektif. Senyawa-senyawa klor yang umum digunakan dalam proses klorinasi, antara lain, gas klorin, senyawa hipoklorit, klor dioksida,
bromine klorida, dihidroisosianurate dan kloramin Chandra, 2007.
2.8 Peranan Air Bagi Kehidupan Manusia
Semua makhluk hidup memerlukan air, karena air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung
terus tanpa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari
air, yang jumlahnya sekitar 73 dari bagian tubuh tanpa jaringan lemak Azwar, 1995.
Universitas Sumatera Utara
Kegunaan air bagi tubuh manusia antara lain untuk proses pencernaan, metabolisme, mengangkat zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh dan menjaga tubuh jangan sampai kekeringan. Air yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sehat harus memenuhi syarat kualitas. Disamping itu harus pula
dapat memenuhi secara kuantitas jumlahnya. Diperkirakan untuk kegiatan rumah tangga yang sederhana paling tidak membutuhkan air sebanyak 100 Loranghari.
Angka tersebut misalnya untuk : a.
Berkumur, cuci muka, sikat gigi, wudhu : 20Loranghari b.
Mandimencuci pakaian dan alat rumah tangga : 45Loranghari c.
Masak, minum : 5Loranghari d.
Menggolontor kotoran : 20Loranghari e.
Mengepel, mencuci kendaraan : 10Loranghari Entjang, 2000. Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari perkapita tidaklah sama
untuk tiap negara. Pada umumnya, dapat dikatakan pada negara-negara yang sudah maju, jumlah pamakaian air per hari per kapita lebih besar dari dari pada negara
berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air sangatlah bervariasi sehingga rata-rata pemakaian air per orang per hari berbeda untuk satu negara dengan
negara lainnya, satu kota dengan kota lainnya, satu desa dengan desa lainnya.
2.9 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit