Permasalahan Hipotesis Manfaat Penelitian Jarak Industri dengan Pemukiman

Hewan sehingga dapat terjadi pencemaran pada sumber air bersih khususnya air yang berasal dari sumur gali. Berdasarkan survey pendahuluan yang penulis lakukan pada pemeriksaan dua sampel air sumur gali yang ada disekitar pasar hewan menunjukkan adanya bakteri coliform dalam air sumur gali. Sehubungan dengan apa yang telah dikembangkan di atas dan melihat betapa pentingnya pencegahan penyakit yang diakibatkan bakteri coli atau coliform, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh jarak dan konstruksi sumur gali serta tindakan pengguna air terhadap jumlah coliform air sumur gali penduduk di sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2012.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah pengaruh jarak dan konstruksi sumur serta tindakan pengguna air terhadap jumlah coliform di dalam air sumur gali penduduk di sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh jarak dan konstruksi sumur serta tindakan pengguna air terhadap jumlah coliform air sumur gali penduduk di sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2012. Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh yang bermakna antara jarak dan konstruksi sumur serta tindakan pengguna air terhadap jumlah coliform air sumur gali penduduk di sekitar Pasar Hewan Desa Cempeudak Kecamatan Tanah Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Aceh Utara tentang kebijakan perencanaan program pengendalian limbah Pasar Hewan. 2. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan sehingga dapat memberikan sumbangan kajian tentang pembuatan konstruksi sumur gali dan tata cara pengguna air sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan. 3. Sebagai pedoman bagi penelitian selanjutnya. . Universitas Sumatera Utara 26 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Coliform

2.1.1 Pengertian Bakteri Coliform

Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur - galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius Suriaman, 2008. Universitas Sumatera Utara Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 37 C dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Terdapat tiga jenis E.coli, yaitu: E. coli enterotoksigenik enterotoxigenic E.coli ETEC. Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari strain-strain yang ada hubungannya dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai toksin labil labile toxin, LT dan toksin stabil stable toxin, ST. Akhir-akhir ini kelompok E.coli dari serotipe yang berbeda umumnya O 78 , O 13 , O 6 yang memproduksi enterotoksin telah ditemukan sebagai etiologi penting diare akut, termasuk diare epidemik, pada neonatus Sack,1977. Smith dan Gyles 1970 mengemukakan adanya E.coli patogen pada babi yang mempunyai plasmid suatu massa DNA yang mempunyai kromosom yang mudah dipindahkan dan dikenal sebagai plasmid Ent+ yang mempunyai kemampuan membentuk berbagai macam enterotoksin. Pada manusia, E.coli patogen juga mempunyai plasmid Ent + yang membentuk toksin tahan panas stable toxin, ST dan toksin tidak tahan panas labile toxin, LT atau kombinasiSTLT. Seperti toksin kolera, toksin LTETEC Universitas Sumatera Utara dapat merangsang adenilsiklase dalam sel mukosa usu halus Evans, 1972; Sujudi, 1983. E.coli enteropatogenik Entheropathogenic E.coli EPEC. Pada tahun 1945 Bray berhasil menemukan tipe antigen spesifik E.coli pada bayi penderita kolera. Selain itu dikemukakan terdapatnya bau yang khas seperti semen dari cairan yang dihasilkan oleh organisme itu. Tidak lama kemudian Kauffman berhasil menyusun satu sistem untuk menentukan tipe E.coli yang didasarkan atas antigen somatik antigen O, antigen kapsular antigen K dan antigen Flagelar antigen H. Sejak itu ditemukan 15 serogrup, diantaranya yang dikenal sebagai bentuk EPEC yang telah diketahui pula sebagai penyebab epidemi diare pada bayi Evans, 1979. Yang paling banyak didapatkan ialah: O 26 B 6 , O 55 B 5 , O 111 B 4 dan yang agak kurang O 114 B 14 , O 126 B 16 , O 127 B 8 , O 128 B 12 Cruickshank, 1974. Pada kira-kira 2-3 bayi sehat ditemukan EPEC. Indonesia, sejak tahun 1968 E.coli lebih banyak diperhatikan sebagai penyebab diare pada bayi atas dasar hasil yang diperoleh pada tahun tersebut di Bandung oleh Soeprapti Thaib dkk.1968 yaitu 41,9 88 dari 210 tinja pada bayi yang berumur 0-6 bulan dan 35,3 45 dari 136 tinja pada bayi umur 6-12 bulan, Ono Dewanoto dkk.1969 melaporkan 36,2 163 dari 448 tinja untuk bayi berumur 0-24 bulan dan Gracey dkk.1973 melaporkan angka 35,0 7 dari 20 tinja bayi 0-24 bulan yang dirawat di Bangsal Gastroenterologi Anak RSCKFKUI Jakarta pada tahun 1973. Sejak tahun 1975, perhatian terhadap penyakit diare akut Universitas Sumatera Utara beralih dari E.Coli enteropatogenik EPEC ke E.coli enterotoksigenik ETEC disamping Rotavirus dan Salmonella Oranienburg. E. coli enteroinvasif enteroinvasive E.coli EIEC. Beberapa E.coli dapat menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit dan eritrosit Suharyono, 2008. Untuk menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air, streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli, ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel tersebut telah tercemar kotoran atau faeces. Bakteri koliform lain yang juga sering dianalisis untuk mengetahui kualitas air adalah Clostridium Perfringens. Merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora Fardiaz, 2011. Bakteri ini juga bersifat anaerobik tidak memerlukan oksigen untuk kehidupannya. Clostridium Perfringens Universitas Sumatera Utara biasanya juga terdapat didalam faeces, meskipun dalam jumlah jauh lebih sedikit dari pada E.Coli. Spora bakteri ini dalam air dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri dari kelompok coliform, serta tahan terhadap proses klorinasi pada proses yang biasa digunakan pada praktek sanitasi air. Ditemukannya spora dari Clostridium Perfringens pada suatu sampel air menunjukkan adanya kontaminasi oleh faeces, dan bahwa pencemaran tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak lama. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti coli, tetapi lebih banyak didapatkan di dalam habitat tanah dan air daripada di dalam usus, sehingga disebut “non-fekal”, dan umumnya tidak patogen Suriawiria, 2008. Tabel 2.1 Standar Mutu Bakteriologis Air Klasifikasi Bakteri coliform100 ml dalam MPN-most probable number Mutu bakteri yang dapat diterapkan hanya pada penanganan penyucihamaan – 50 Mutu bakteri yang memerlukan cara-cara penanganan konvensional penggumpalan, penyaringan, penyucihamaan 50 – 5000 Polusi berat yang memerlukan jenis-jenis penanganan yang ekstensif 5000 – 50000 Polusi yang sangat berat, tak dapat diterima kecuali digunakan penanganan khusus yang dipersiapkan untuk air semacan itu; sumber digunakan hanya bila tidak ada pilihan lain 50000 Universitas Sumatera Utara Sumber: Depkes RI dalam Purnawijayanti, 2001

2.2 Pengertian Air Bersih dan Air Minum

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15 dari berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Karenanya orang dewasa perlu meminum minimal sebanyak 1,5-2 liter air sehari untuk keseimbangan dalam tubuh dan membantu proses metabolisme Slamet, 2007. Dalam tubuh manusia, air diperlukan untuk transportasi zat – zat makanan dalam bentuk larutan dan melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki pembuluh-pembuluh darah yang ada disekitar alveoli Mulia, 2005. Siklus hidrologi merupakan suatu fenomena alam. Hidrologi sendiri merupakan suatu ilmu yang mempelajari siklus air pada semua tahapan yang dilaluinya Chandra, 2006. Menurut Sutrisno 2004 dalam buku Teknologi Penyediaan Air Bersih, jumlah air di alam ini tetap ada dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Dalam siklus ini dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di permukaan bumi akan menguap. Penguapan terjadi pada air permukaan, air yang berada pada lapisan tanah bagian atas, air yang ada di dalam tumbuhan, hewan, dan manusia. Karena adanya angin, maka uap air ini Universitas Sumatera Utara akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin tinggi dimana temperatur di atas makin rendah, yang menyebabkan titik-titik air dan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan run-off, ada yang meresap ke dalam tanah perkolasi dan menjadi air tanah yang dangkal maupun yang dalam, dan ada yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagi mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-sungai dan jika melalui suatu tempat rendah cekung maka air akan berkumpul, membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi ini. Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 736 Menkes Per VI 2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum bahwa yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.

2.2.1 Sumber Air Bersih

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain: a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c. Tidak berasa dan tidak berbau Universitas Sumatera Utara d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI. Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri Chandra, 2002. Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya air dapat dibagi menjadi: a. Air angkasa Hujan Air angkasa terjadi dari proses evaporasi dari air permukaan dan evotranspirasi dari tumbuh-tumbuhan oleh bantuan sinar matahari dan melalui proses kondensasi kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan, salju ataupun embun. Air angkasa mempunyai sifat tanah soft water karena kurang mengandung garam-garam dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar juga boros terhadap pemakaian sabun. Air angkasa juga bersifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir sehingga mempercepat terjadinya korosi. Air angksa atau air hujan merupakan sumber utama air dibumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen dan amoniak Chandra, 2002. b. Air permukaan Universitas Sumatera Utara Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa,terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun yang lainnya. c. Air laut Air laut mempunyai sifat asin karena kandungan garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum. Namun demikian, air laut ini juga dapat dipergunakan sebagai sumber air minum di beberapa negara yang sudah tidak memiliki sumber air yang lebih baik setelah melalui proses desalinasi yang masih sangat mahal biayanya. d. Air tanah Menurut definisi Undang-undang sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang terdapat di dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah Sujana, 2006. Air tanah ground water berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan. Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau Universitas Sumatera Utara kelemahan dibanding sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral semacam magnesium, kalsium, dan logam berat seperti besi dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk menghisap dan mengalirkan air ke atas permukaan, diperlukan pompa Chandra, 2007. Air tanah terdiri atas: 1 Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri sehingga air tanah akan mengandung zat kimia karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air ynag dekat dengan muka tanah. Air tanah ini digunakan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. Sebagai sumber air minum, ditinjau dari segi kualitas agak baik. Tetapi dari segi kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim. 2 Air tanah dalam yaitu air tanah yang terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman antara 200 – 300 meter. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika melalui tanah kapur maka air menjadi sadah karena mengandung CaHCO 3 2 dan MgHCO 3 2. Universitas Sumatera Utara 3 Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruhi oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam Sutrisno, 1996.

2.3 Sarana Air Bersih

Air dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisianpenambahan secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie 1984, keuntungan penggunaan air tanah adalah 1 pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut, 2 paling praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya, 3 lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak mineral Fe besi, Mn mangan, Ca calsium, dan sebagainya, dan biasanya membutuhkan pemompaan.

2.3.1 Sumur

a. Sumur Gali Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia Universitas Sumatera Utara kakusjamban dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air limbahnya yang tidak kedap air. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Pada segi kesehatan sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran dapat diupayakan pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur sekurang-kurang berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah SPAL minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin dinding sumur minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat Entjang, 2000. Sumur gali ada yang memakai pompa dan yang tidak memakai pompa. Syarat konstruksi pada sumur gali tanpa pompa meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar. Sumur gali sehat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut Entjang, 2000: 1 Jarak Universitas Sumatera Utara Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah cesspool, seepage pit, dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah, lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir dan jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah, dan sebagainya Chandra, 2007. Pada penelitian yang dilakukan oleh Gotaas, dkk dalam Soeparman 2002, sumber kontaminasi yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam lubang yang menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar ke luar sampai kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. Kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan clogging, dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis, hanya jarak jangkaunya lebih jauh. Berdasarkan sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan adalah jarak perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi Universitas Sumatera Utara ataupun bakteriologis yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur Soeparman, 2002. Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia SNI 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur Gali untuk Sumber Air Bersih, bahwa jarak horizontal sumur ke arah hulu dari aliran air tanah atau sumber pengotoran bidang resapantangki septic tank lebih dari 11 meter, sedangkan jarak sumur untuk komunal terhadap perumahan adalah lebih dari 50 meter. Menurut Kusnoputranto 1985 dalam soeparman 2002, pola pencemaran oleh zat kimia mengikuti bentuk yang hampir sama dengan pencemaran bakteri. Pada jarak 25 meter dari sumber pencemar area kontaminasi melebar sampai + 9 meter untuk kemudian menyempit hingga jarak + 95 meter. Dengan demikian, sumber air yang ada di masyarakat sebaiknya harus berjarak lebih dari 95 meter dari tempat pembuangan bahan kimia. Jarak aman antara Lubang Kakus dengan Sumber Air Minum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a Topografi tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah. b Faktor hidrologi: yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain Kedalaman air tanah, Arah dan kecepatan aliran tanah, Lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat. Universitas Sumatera Utara c Faktor Meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus lebih jauh dari kakus. d Jenis mikroorganisme: Karakteristik beberapa mikroarganisme ini antra lain dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5 bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan. e Faktor Kebudayaan: Terdapat kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa dilengkapi dengan dinding sumur. f Frekuensi Pemompaan: Akibat makin banyaknya air sumur yang diambil untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi kekosongan Chandra, 2007. 2 Konstruksi sumur gali Dalam hal konstruksi sumur gali, hal yang harus diutamakan adalah dinding sumur gali. Kriteria yang harus diperhatikan dalam membuat dinding sumur gali adalah: a Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air disemen. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan airpencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur Entjang, 2000. Universitas Sumatera Utara b Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah Azwar, 1995. c Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen. Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untuk menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton. Machfoedz, 2004. d Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau Entjang, 2000. Selanjutnya adalah bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : a Di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan Entjang, 2000. Universitas Sumatera Utara b Dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir Machfoedz, 2004. c Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu kesatuan dengan dinding sumur Chandra, 2007. Dalam konstruksi sumur gali, salah satu juga yang harus diperhatikan adalah lantai sumur gali. Ada beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain : a Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat Entjang, 2000. b Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk Azwar, 1995. c Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan tanah Machfoedz, 2004. 3 Saluran Pembuangan Air Limbah Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1 Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam tanah 3 meterhari. 2 Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertical sedalam 3 meter. 3 Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter. Universitas Sumatera Utara 4 Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang tidak digunakan. 5 Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur. Menurut Entjang 2000, saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup. b. Sumur Bor Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin.

2.3.2 Air Pipa ledeng

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat selain air sumur gali adalah air pipa atau air kran. Air bersih yang bersumber dari air kran di salurkan melalui Perusahaan Daerah Air Minum PDAM. Namun, setiap PDAM di setiap daerah belum tentu memiliki kualitas dan kuantitasnya sama dengan daerah lainnya. Secara teknis pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan harus memenuhi unsur-unsur sebagai: Universitas Sumatera Utara 1 Air tersedia secara kontinyu 24 jam sehari 2 Tekanan air di ujung pipa minimal sebesar 1,5 – 2 atm 3 Kualitas air harus memenuhi standar yang ditetapkan. Sarana perpipaan adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang menghasilkan, menyediakan dan membagikan air minum untuk masyarakat melalui jaringan perpipaandistribusi. Air yang dimanfaatkan adalah air tanah atau air permukaan dengan atau tanpa diolah. Ada beberapa cara pendistribusian air perpipaan meliputi: 1 Sambungan rumah, air disalurkan sampai rumah melalui jaringan perpipaan sehingga masyarakat tidak perlu lagi pergi dari rumah untuk mengambil air. 2 Kran umum, air hanya disalurkan sampai target tertentu dan masyarakat dapat mengambil air dari tempat tersebut melalui kran. 3 Hidran umum adalah kran umum yang dilengkapi dengan tangki air karena penyaluran air kurang dari 24 jam dalam sehari atau karena tekanannya rendah. 4 Terminal air, pada dasarnya sama dengan hidran umum, tetapi ditujukan untuk daerah yang belum terjangkau jaringan distribusi air minum jaraknya relatif jauh, sehingga air bersih secara berkala dikirim dengan tangki dan ditampung dalam terminal-terminal air.

2.4 Jarak Industri dengan Pemukiman

Berkembangnya suatu Kawasan Industri tidak terlepas dari pemilihan lokasi kawasan industri yang dikembangkan, karena sangat dipengaruhi oleh beberapa Universitas Sumatera Utara factorvariabel di wilayah lokasi kawasan. Selain itu dikembangkannya suatu Kawasan Industri juga akan memberikan dampak terhadap beberapa fungsi di sekitar lokasi kawasan. Oleh sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam pemilihan lokasi Kawasan Industri, salah satu diantaranya adalah Jarak terhadap Pemukiman. Pertimbangan jarak terhadap pemukiman bagi pemilihan lokasi kegiatan industri, pada prinsipnya memilikki dua tujuan pokok, yaitu: 1 Berdampak positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dan aspek pamasaran produk. Dalam hal ini juga perlu dipertimbangkannya adanya kebutuhan tambahan akan perumahan sebagai akibat dari pembangunan kawasan industri. Dalam kaitannya dengan jarak terhadap pemukiman disini harus mempertimbangkan masalah pertumbuhan perumahan, dimana sering terjadi areal tanah disekitar lokasi industri menjadi kumuh dan tidak ada lagi jarak antara perumahan dengan kegiatan industri. 2 Berdampak negative karena kegiatan industri menghasilkan polutan dan limbah yang dapat membahayakan bagi kesehatan masyarakat. 3 Jarak terhadap pemukiman yang ideal minimal 2 dua Km dari lokasi kegiatan industri Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No: 35M- INDPER32010. Pasar hewan merupakan suatu tempat penjualan hewan yang keberadaannya dapat menimbulkan masalah pencemaran, karena Limbah hewan yang berupa feces dan urine dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba Universitas Sumatera Utara sehingga limbah tersebut mudah mengalami pembusukan. Dalam proses pembusukannya di dalam air, mengakibatkan kandungan NH3 dan H2S di atas maksimum kriteria kualitas air, dan kedua gas tersebut menimbulkan bau yang tidak sedap serta dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan yang disertai dengan reaksi fisiologik tubuh berupa rasa mual dan kehilangan selera makan. Selain menimbulkan gas berbau busuk juga adanya pemanfaatan oksigen terlarut yang berlebihan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen bagi biota air Roihatin, 2006. Oleh karena itu, sebaiknya pasar hewan berada jauh dari pemukiman penduduk.

2.5 Tindakan Pengguna Air

Dokumen yang terkait

Keadaan Sumur Gali Di Desa Aek Nauli Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tap-Sel Tahun 2000 (Ditinjau Dari Aspek Konstruksi)

0 38 57

Hubungan Keadaan Konstruksi Sarana Air Bersih Sumur GaIi Dan Kualitas Bakteriologi Air Di Desa Sukadame Kec. Tigapanah Kab. Karo Tahun 2000

1 27 73

Hubungan Menyiram Menggunakan Air Sumur dengan Kontaminasi Soil Transmitted Helminths pada Tanaman Kubis di Desa Seribu Dolok, Simalungun, Sumatera Utara Tahun 2011

5 46 51

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dan Kualitas Air Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010

3 80 87

Pengaruh Kualitas Air Sumur Dan Perilaku Pengguna Terhadap Keluhan Penyakit Pada Pesantren Tradisional Di Kota Langsa

4 45 148

Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

9 73 99

Hubungan Jarak Kandang Ternak, Perilaku Masyarakat Dan Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

8 83 127

Hubungan Jarak Kandang Ternak, Perilaku Masyarakat Dan Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

5 20 127

Hubungan Jarak Septic Tank, Konstruksi Sumur Gali, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia coli Air Sumur Gali Penduduk di Desa Mekar Makmur Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2016

2 42 156

STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDUDUK DILIHAT DARI FISIK, KIMIA DAN BAKTERIOLOGIS SERTA GAMBARAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 21