Pupuk Organik TINJAUAN PUSTAKA

d. Berdasarkan cara penggunaan : 1. Pupuk daun, merupakan pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air dan disemprotkan pada permukaan daun. 2. Pupuk akar atau pupuk tanah, merupakan pupuk yang diberikan ke dalam tanah di sekitar agar diserap oleh akar tanaman. e. Berdasarkan reaksi fisiologi : 1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam, artinya bila pupuk diberikan ke dalam tanah, menimbulkan kecenderungan tanah menjadi lebih masam pH menjadi rendah. Misalnya, Za dan urea. 2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis, merupakan pupuk yang bila diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik, misalnya pupuk chili saltpeter, calnitro, kalsium sianida. f. Berdasarkan jumlah hara yang dikandung : 1. Pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara tanaman saja. Misalnya, urea hanya mengandung hara N, TSP hanya dipenting hara P saja meskipun ada mengandung hara Ca 2. Pupuk majemuk, merupakan pupuk yang mengandung 2 atau lebih hara tanaman. Contoh : NPK, amophoska, dan nitrophoska. g. Berdasarkan macam hara tanaman : 1. Pupuk makro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara makro saja. Contohnya NPK dan nitrophoska. 2. Pupuk mikro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja. Contohnya mikrovet, mikroplek, metalik. 3. Pupuk campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandasil, bayfolan, rustika. Hamida, 2010

2.2 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat Universitas Sumatera Utara berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya. Suriyadikarta, 2005 Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanamn. Suriyadikarta, 2005 Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap menjaga kelestarian lingkungan. Suriyadikarta, 2005 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut : a. Kandungan air. Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk organik sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan proses pengeringan hingga mencapai kadar air 30 – 35. b. Bentuk pupuk. Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang menjadi debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular, sedangkan peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam bentuk pellet untuk mempermudah penanganannya. c. Kematangan kompos. Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain rasio CN, pH, KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses pengomposan, bahan organik mentah mengalami proses perombakan oleh mikroorganisme berupa fungi dan Universitas Sumatera Utara bakteri. Suhu dalam tumpukan kompos hip akan meningkat sejalan dengan aktibitas dekomposisi, demikian pula kadar total karbon akan menurun, sementara kandungan nitrogen meningkat. Pada akhir proses pengomposan dimana telah terbentuk kompos yang matang, suhu akan menurun, dan rasio CN menurun. Pemakaian kompos yang kurang matang akan merugikan pertumbuhan tanaman karena pengaruh panas yang tinggi serta adanya senyawa yang bersifat fitotoksik. d. Kombinasi bahan dasar kompos. Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari beberapa macam bahan dasar, seperti kombinasi antara limbah agroindustri dan kotoran ternak. Akibatnya, tipe dan kualitas kompos yang dihasilkan sering berubah – ubah sehingga menyulitkan produsen menstandarisasi produknya dan pemberian informasi dalam label yang tepat. e. Bahan beracun. Masalah utama dalam produksi kompos adalah hadirnya logam bahan beracun berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan tanaman. Bahan dasar kompos yang banyak digunakan dan mengandung bahan berbahaya adalah sampah kota dan limbah cair sewage sludge. Logam berat yang sering terdapat dalam bahan tersebut adalah Cd, Pb, dan Cr. Unsur – unsur ini akan terserap oleh tanaman dan termakan manusia dan akhirnya mengkontaminasi seluruh rantai makanan. Untuk kondisi di Indonesia, kriteria tentang kandungan logam berat dalam pupuk organik ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2 bulan Februari 2006. f. Patogenitas. Pupuk organik dapat membawa pathogen dan telur serta serangga yang menganggu tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih bulma atau bibit penyakit pada manusia. Pupuk kandang juga mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan, meskipun tidak beracun. Sedangkan pupuk hijau mungkin menimbulkan alleopati bagi tanaman pokok. g. Kotoran ternak. Kotoran ternak yang dikomposkan menimbulkan masalah keracunan spesifik. Senyawa fitotoksik seperti asam lemak yang mudah menguap volatile fatty acid Universitas Sumatera Utara yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos secara teratur merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak, terutaman jenis unggas. Suriyadikarta, 2010

2.3 Limbah Cair Tahu