yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos secara teratur merupakan tindakan yang sangat
penting. Kotoran ternak banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak, terutaman jenis unggas.
Suriyadikarta, 2010
2.3 Limbah Cair Tahu
Limbah industri tahu terdiri dari atas 2 jenis, yaitu limbah cair dan limbah padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan
berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses
penggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersihan, pengupasan kulit,
pencucian, penyaringan, pencucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebanding dengan penggunaan air
untuk pemrosesannya. Jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan berturut – turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku
kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut khususnya whey dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal. Pohan N,
2008 Adapun perincian penggunaan air dalam setiap tahapan proses dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu tiap 3 kg Kedelai
No. Tahapan Proses
Kebutuhan Air Liter 1.
Pencucian 20
2. Perendaman
12 3.
Penggilingan 3
4. Pemasakan
30 5.
Pencucian ampas 50
6. Perebusan
20 Pohan N, 2008
Universitas Sumatera Utara
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 80
C sampai 100
C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan
permukaan. Bahan – bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa – senyawa organik di dalam air buangan
tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Di antara senyawa – senyawa tersebut, protein dan lemak jumlahnya paling besar, yang mencapai 40 -
60 protein, 25 - 50 karbohidrat, dan 10 lemak. Bertambah lama, bahan – bahan organik ini volumenya semakin meningkat, dalam hal ini akan menyulitkan
pengelolaan limbah, karena zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. Pohan N, 2008
1.5.Sifat – Sifat Bahan Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik dari
limbah cair tahu adalah sebagai berikut : 1. NaOH Natrium Hidroksida
Fungsi : sebagai basa untuk menaikkan pH limbah cair tahu agar netral Sifat Fisika :
a. Putih berbentuk kristal b. Berat molekul
: 40 c. Spesifik Gravity
: 2,130 pada 70 F 21,1
C d. Densitas
: 2,126 grcm
3
Sifat Kimia : a. Higroskopis
b. Kelarutan :
Air dingin 0 C = 42100 bagian air
Air panas 100 C = 347100 bagian air
Pradana RN, 2011 2. H
3
PO
4
Asam Posfat Fungsi : sebagai nutrisi untuk pembiakan mikroorganisme
Sifat Fisika : a. Spesifik Gravity
: 1,619 b. Larut dalam air, tidak larut dalam alkohol
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak mudah terbakar Pradana RN, 2011
3. Antifoam Fungsi : mencegah pembentukan foam pada proses fermentasi.
Sifat fisika : a. Berwarna kuning kecoklatan
b. Merupakan cairan yang viskos c. Titik didih 150
C pada tekanan 1 atm d. Titik lebur 0
C pada tekanan 1 atm e. Larut dalam air dan membentuk larutan encer
f. Spesifik Gravity : 1,015 20
C untuk 50 1, 03 20
C untuk 70 Pradana RN, 2011
4. PHP Potassium Hidrogen Phtalat Fungsi : sebagai buffer agar pH larutan tetap netral selama proses fermentasi
Sifat Fisika : a. Kristal berwarna putih
b. Rumus molekul KHC
8
H
4
O
4
c. Densitas : 1,64 grcm
3
d. Kelarutan dalam air : 25 gr100 ml e. pKa
: 5,4 Pradana RN, 2011
Universitas Sumatera Utara
2.4 Deskripsi Proses