Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pupuk Organik Dari Bahan Baku Limbah Cair Tahu Dengan Kapasitas Produksi 18.000 Ton/Tahun

(1)

PRA RANCANGAN PABRIK

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

DARI BAHAN BAKU LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 18.000 TON/TAHUN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Teknik Kimia

OLEH :

NIANTO CENDANA NIM : 080405062

D E P A R T E M E N T E K N I K K I M I A

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul:

PRA RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI BAHAN BAKU LIMBAH CAIR TAHU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI

18.000 TON/TAHUN

Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan merupakan salah

satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana pada Departemen Teknik Kimia,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Setiaty Pandia, selaku dosen pembimbing penyusunan tugas akhir ini

2. Ibu Mersi Suriani Sinaga, ST, MT, selaku co-dosen pembimbing penyusunan

tugas akhir ini

3. Bapak Dr.Eng Ir.Irvan,M.Si, Ketua Jurusan Departemen Teknik Kimia, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara

4. Ibu Ir. Renita Manurung, MT, Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik

Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Dr. Ir. Fatimah, MT, Sekretaris Jurusan Departemen Teknik Kimia, Fakultas

Teknik, Universitas Sumatera Utara

6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara

7. Andy Herman atas kerjasamanya dalam penulisan tugas akhir ini

8. Sahabat-sahabat terbaik di Teknik Kimia, khususnya semua stambuk 2008 yang

memberikan banyak dukungan dan semangat kepada penulis

Medan, 19 Juni 2012 Penulis,

(Nianto Cendana)


(3)

ABSTRAK

Pupuk organik dengan bahan baku limbah cair tahu dirancang dengan kapasitas 18.000 ton/tahun dengan 300 hari kerja dalam 1 tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kawasan Industri Medan (KIM) III, Kotamadya Medan,

Propinsi Sumatera Utara dengan luas areal 26424,675 m2, tenaga kerja yang

dibutuhkan berjumlah 195 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur dengan struktur organisasi sistem garis.

Hasil analisa ekonomi Pabrik Pembuatan Pupuk Organik adalah sebagai berikut

 Total Modal Investasi : Rp 2.198.867.324.000

 Total Biaya Produksi : Rp 1.291.884.236.000

 Hasil Penjualan : Rp 2.667.451.479.000

 Laba Bersih : Rp 1.022.699.133.000

Profit Margin (PM) : 51,31 %

Break Even Point (BEP) : 47,08 %

Return on Investment (ROI) : 41,43 %

Pay Out Time (POT) : 2,4 tahun

Return on Network (RON) : 69,09 %

Internal Rate of Return (IRR) : 51,025 %

Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik pupuk organik dengan kapasitas produksi 18.000 ton/tahun layak untuk didirikan.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... I-1

1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-2 1.3 Tujuan Perancangan ... I-3 1.4 Manfaat Perancangan ... I-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...II-1

2.1 Tinjauan Umum Pupuk ...II-1 2.2 Pupuk Organik ...II-2 2.3 Limbah Cair Tahu ...II-5 2.4 Sifat – Sifat Bahan ...II-6 2.5 Deskripsi Proses ...II-8

BAB III NERACA MASSA ... III-1

BAB IV NERACA ENERGI ... IV-1

BAB V SPESIFIKASI PERALATAN ... V-1

BAB VI INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA ... VI-1 6.1 Instrumentasi ... VI-1 6.2 Keselamatan dan Keselamatan Kerja ... VI-6 6.3 Keselamatan Kerja pada Pabrik Pembuatan Pupuk Organik ... VI-7 6.3.1 Pencegahan terhadap Kebakaran dan Peledakan ... VI-7 6.3.2 Peralatan Perlindungan Diri ... VI-8 6.3.3 Keselamatan Kerja terhadap Listrik ... VI-8 6.3.4 Pencegahan terhadap Gangguan Kesehatan ... VI-9 6.3.5 Pencegahan terhadap Bahaya Mekanis ... VI-9


(5)

BAB VII UTILITAS...VII-1

7.1 Kebutuhan Uap (Steam) ...VII-1

7.2 Kebutuhan Air ...VII-1

7.2.1 Screening ...VII-5

7.2.2 Sedimentasi ...VII-5 7.2.3 Klarifikasi ...VII-5 7.2.4 Filtrasi ...VII-6 7.2.5 Demineralisasi ...VII-7

7.2.5.1 Penukar Kation (Cation Exchanger) ...VII-7

7.2.5.2 Penukar Anion (Anion Exchanger) ...VII-8

7.2.6 Deaerator ... VII-10 7.3 Kebutuhan Bahan Kimia ... VII-10 7.4 Kebutuhan Listrik ... VII-10 7.5 Kebutuhan Bahan Bakar ... VII-11 7.6 Unit Pengolahan Limbah ... VII-13 7.7 Unit Pengolahan Limbah Cair dengan Sistem

Activated Sludge ... VII-14

7.7.1 Bak Penampungan (BP) ... VII-14 7.7.2 Bak Pengendapan Awal (BPA) ... VII-14 7.7.3 Bak Netralisasi (BN)... VII-15 7.7.4 Tangki Aerasi ... VII-16 7.7.5 Tangki Sedimentasi (TS) ... VII-19 7.8 Spesifikasi Peralatan Utilitas ... VII-19 BAB VIII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ... VIII-1 8.1 Lokasi Pabrik ... VIII-1 8.2 Tata Letak Pabrik ... VIII-3 8.3 Perincian Luas Tanah ... VIII-5 BAB IX ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN ... IX-1 9.1 Organisasi Perusahaan ... IX-1 9.1.1 Bentuk Organisasi Garis ... IX-2 9.1.2 Bentuk Organisasi Fungsionil ... IX-2 9.1.3 Bentuk Organiasi Garis dan Staf... IX-3


(6)

9.1.4 Bentuk Organisasi Fungsionil dan Staf ... IX-3 9.2 Manajemen Perusahaan ... IX-3 9.3 Bentuk Hukum Badan Usaha ... IX-4 9.4 Uraian Tugas, Wewenang, dan Tanggung Jawab ... IX-6 9.4.1 Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ... IX-6 9.4.2 Dewan Komisaris ... IX-6 9.4.3 Direktur... IX-6 9.4.4 Sekretaris ... IX-7 9.4.5 Manager Produksi ... IX-7 9.4.6 Manager Teknik ... IX-7 9.4.7 Manager Umum dan Keuangan ... IX-7 9.4.8 Manager Pembelian dan Pemasaran ... IX-7 9.5 Sistem Kerja ... IX-8 9.6 Jumlah Karyawan dan Tingkat Pendidikan ... IX-10 9.7 Sistem Penggajian ... IX-11 9.8 Tata Tertib ... IX-13 9.9 JAMSOSTEK dan Fasilitas Tenaga Kerja ... IX-14

BAB X ANALISIS EKONOMI... X-1

10.1 Modal Investasi ... X-1 10.1.1 Modal Investasi Tetap (MIT) ... X-1

10.1.2 Modal Kerja / Working Capital (WC) ... X-2

10.1.3 Biaya Tetap (Fixed Cost) ... X-3

10.1.4 Biaya Variabel (Variabel Cost) ... X-4

10.2 Total Penjualan ... X-4 10.3 Bonus Perusahaan ... X-4 10.4 Perkiraan Rugi/Laba Usaha ... X-5 10.5 Analisa Aspek Ekonomi ... X-5

10.5.1 Profit Margin (PM) ... X-5

10.5.2 Break Even Point (BEP) ... X-5

10.5.3 Return on Investment (ROI) ... X-6

10.5.4 Pay Out Time (POT) ... X-6


(7)

10.5.6 Internal Rate of Return (IRR) ... X-7 BAB XI KESIMPULAN DAN SARAN ... XI-1 11.1 Kesimpulan ... XI-1 11.2 SARAN ... XI-1 DAFTAR PUSTAKA ...xi LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA ... LA-1 LAMPIRAN B PERHITUNGAN NERACA ENERGI ... LB-1 LAMPIRAN C PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN ... LC-1 LAMPIRAN D PERHITUNGAN SPESIFIKASI PERALATAN UTILITAS .... LD-1 LAMPIRAN E PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI ... LE-1


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Pupuk Organik Dari

Limbah Cair Tahu ... II-10

Gambar 6.1 Instrumentasi pada Pompa ... VI-4

Gambar 6.2 Instrumentasi pada Tangki Pencampuran ... VI-4

Gambar 6.3 Instrumentasi pada Reaktor ... VI-5

Gambar 6.4 Instrumentasi pada Dekanter ... VI-5

Gambar 6.5 Instrumentasi pada Evaporator ... VI-5

Gambar 6.6 Instrumentasi pada Drier ... VI-6

Gambar 8.1 Tata Letak Pabrik Pembuatan Pupuk Organik

dengan skala 1:1100 ... VIII-6

Gambar 9.1 Struktur Organisasi Pabrik Pembuatan Pupuk Organik ... IX-16

Gambar LD-1 Sketsa Sebagian Bar Screen (dilihat dari atas) ... LD-2

Gambar LD-2 Grafik Entalpi dan Temperatur Cairan pada Cooling Tower ... LD-50

Gambar LD-3 Kurva Hy terhadap 1/(Hy*– Hy) ... LD-51

Gambar LE-1 Harga Peralatan untuk Tangki Penyimpanan (Storage) dan

Tangki Pelarutan ... LE-5 Gambar LE-2 Gambar BEP ... LE-25


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Pupuk Sumatera Utara ... I-2

Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu Tiap

3 kg Kedelai ...II-5

Tabel 2.2 Contoh Polimer Alam ...II-9

Tabel 2.3 Contoh Polimer Statistik ... II-10

Tabel 2.4 Perbandingan Proses Pembuatan Polyethylene ... II-15

Tabel 2.5 Struktur HDPE, LDPE dan LLDPE ... II-17

Tabel 3.1 Neraca Massa Tangki Pelarutan NaOH (M-101) ... III-1

Tabel 3.2 Neraca Massa Tangki Netralisasi (M-102) ... III-1

Tabel 3.3 Neraca Massa Fermentor Anaerobik (R-101) ... III-1

Tabel 3.4 Neraca Massa Centrifuge Decanter (D-101) ... III-2

Tabel 3.5 Neraca Massa Rotary Drier (D-201) ... III-2

Tabel 3.6 Neraca Massa Granulator (G-201) ... III-2

Tabel 3.7 Neraca Massa Reaktor I (R-301) ... III-3

Tabel 3.8 Neraca Massa Filter Press (D-301) ... III-3

Tabel 3.9 Neraca Massa Reaktor II (R-302) ... III-4

Tabel 3.10 Neraca Massa Evaporator (D-302)... III-4

Tabel 4.1 Neraca Energi Fermentor (R-101) ... IV-1

Tabel 4.2 Neraca Energi Rotary Drier (D-201) ... IV-1

Tabel 4.3 Neraca Energi Pneumatic Conveying Cooler (C-202)... IV-1

Tabel 4.4 Neraca Energi Reaktor I (R-301) ... IV-2

Tabel 4.5 Neraca Energi Reaktor II (R-302) ... IV-2

Tabel 4.6 Neraca Energi Evaporator (D-302) ... IV-2

Tabel 4.7 Neraca Energi Cooler (E-302)... IV-3

Tabel 6.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi pada Pra Rancangan

Pabrik Pembuatan Pupuk Organik ... VI-3

Tabel 7.1 Pemakaian Air unutk Beberapa Kebutuhan...VII-3

Tabel 7.2 Kualitas Air Sungai Deli ...VII-4

Tabel 8.1 Perincian Luas Tanah ... VIII-5


(10)

Tabel 9.2. Jumlah Karyawan dan Kualifikasinya ... IX-10

Tabel 9.3 Perincian Gaji Karyawan ... IX-11

Tabel LB-1 Nilai Konstanta a, b, c, d dan e untuk Perhitungan Cp Gas... LB-1

Tabel LB-2 Nilai Konstanta a, b, c, d dan e untuk Perhitungan Cp Cairan ... LB-2

Tabel LB-3 Konstribusi Unsur dan Gugus untuk Estimasi Cp... LB-2

Tabel LB-4 Nilai Kapasitas Panas untuk Senyawa Padat ... LB-3

Tabel LB-5 Nilai Panas Reaksi Pembentukan ... LB-3

Tabel LB-6 Nilai Panas Laten ... LB-4

Tabel LB-7 Neraca Energi pada input Fermentor (R-101) ... LB-5

Tabel LB-8 Neraca Energi pada output Fermentor (R-101) ... LB-5

Tabel LB-9 Neraca Energi pada input Rotary Drier (D-201) ... LB-6

Tabel LB-10 Neraca Energi pada output Rotary Drier (D-201) ... LB-7

Tabel LB-11 Neraca Energi pada input Pneumatic Conveying Cooler

(C-202) ... LB-8

Tabel LB-12 Neraca Energi pada output Pneumatic Conveying Cooler

(C-202) ... LB-8

Tabel LB-13 Neraca Energi pada input Reaktor I (R-301) ... LB-9

Tabel LB-14 Neraca Energi pada output Reaktor I (R-301) ... LB-10

Tabel LB-15 Neraca Energi pada input Reaktor II (R-302) ... LB-11

Tabel LB-16 Neraca Energi pada output Reaktor II (R-302) ... LB-11

Tabel LB-17 Neraca Energi pada input Evaporator (D-302)... LB-13

Tabel LB-18 Neraca Energi pada output Evaporator (D-302)... LB-13

Tabel LB-19 Neraca Energi pada input Cooler (E-302) ... LB-14

Tabel LB-20 Neraca Energi pada output Cooler (E-302) ... LB-14

Tabel LD-1 Perhitungan Entalpi dalam Penentuan Tinggi Menara

Pendingin ... LD-50

Tabel LE-1 Perincian Harga Bangunan ... LE-1

Tabel LE-2 Harga Indeks Marshall dan Swift ... LE-3

Tabel LE-3 Estimasi Harga Peralatan Proses Impor ... LE-5

Tabel LE-4 Estimasi Harga Peralatan Proses Non Impor... LE-6

Tabel LE-5 Estimasi Harga Peralatan Utilitas Impor ... LE-6


(11)

Tabel LE-7 Biaya Sarana Transportasi ... LE-10

Tabel LE-8 Perincian Gaji ... LE-13

Tabel LE-9 Perincian Biaya Kas ... LE-15

Tabel LE-10 Perincian Modal Kerja ... LE-16 Tabel LE-11 Aturan Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia

No. 17 Tahun 2000 ... LE-18 Tabel LE-12 Aturan Biaya Depresiasi Sesuai UU Republik Indonesia

No. 17 Tahun 2000 ... LE-18


(12)

ABSTRAK

Pupuk organik dengan bahan baku limbah cair tahu dirancang dengan kapasitas 18.000 ton/tahun dengan 300 hari kerja dalam 1 tahun. Lokasi pabrik direncanakan di daerah Kawasan Industri Medan (KIM) III, Kotamadya Medan,

Propinsi Sumatera Utara dengan luas areal 26424,675 m2, tenaga kerja yang

dibutuhkan berjumlah 195 orang dengan bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT) yang dipimpin oleh seorang direktur dengan struktur organisasi sistem garis.

Hasil analisa ekonomi Pabrik Pembuatan Pupuk Organik adalah sebagai berikut

 Total Modal Investasi : Rp 2.198.867.324.000

 Total Biaya Produksi : Rp 1.291.884.236.000

 Hasil Penjualan : Rp 2.667.451.479.000

 Laba Bersih : Rp 1.022.699.133.000

Profit Margin (PM) : 51,31 %

Break Even Point (BEP) : 47,08 %

Return on Investment (ROI) : 41,43 %

Pay Out Time (POT) : 2,4 tahun

Return on Network (RON) : 69,09 %

Internal Rate of Return (IRR) : 51,025 %

Dari hasil analisa aspek ekonomi dapat disimpulkan bahwa pabrik pupuk organik dengan kapasitas produksi 18.000 ton/tahun layak untuk didirikan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Ketahanan pangan menduduki posisi penting dan strategis dalam menjaga stabilitas dan ketahanan nasional. Oleh karena itu, sektor pertanian berperan penting dalam membangun sistem ketahanan pangan nasional yang tangguh berwawasan agribisnis. Upaya memenuhi kecukupan dan perbaikan kualitas pangan ditempuh melalui berbagai cara, salah satunya adalah perbaikan aksebilitas petani terhadap pupuk. (Suriyadikarta, 2005)

Keberhasilan produksi pertanian melalui kegiatan intensifikasi tidak lepas dari kontribusi dan peranan saranan produksi pertanian, khususnya pupuk. Penerapan program pemupukan berimbang, selain meningkatkan produksi pangan dan produktivitas lahan pertanian, juga dapat menghemat pupuk dan devisa negara. (Suriyadikarta, 2005)

Selama ini, untuk mendukung pengembangan sektor pertanian, pemerintah menyediakan dana untuk subsidi pupuk tunggal (urea, SP-36, ZA, dan KCl). Namun, dengan memburuknya situasi perekonomian di Indonesia, pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan penghapusan subsidi pupuk secara bertahap mulai tahun 1998 yang menyebabkan harga pupuk subsidi menjadi naik. (Suriyadikarta, 2005)

Hal tersebut menyebabkan para petani mulai beralih ke penggunaan pupuk organik dan pupuk kompos yang harganya relatif lebih murah dan dapat diproduksi sendiri, karena pupuk tersebut dapat dibuat dari berbagai bahan, seperti sisa panen (jerami, tongkol jagung, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah industri (industri tahu dan tempe). (Suriyadikarta, 2005)

Salah satu bahan baku potensial dalam pembuatan pupuk organik adalah penggunaan limbah cair industri tahu. Hal tersebut disebabkan limbah cair yang dikeluarkan oleh industri tahu masih menjadi masalah bagi lingkungan sekitarnya, karena pada umumnya industri rumah tangga ini mengalirkan air limbahnya langsung ke selokan atau sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah industri tahu dapat menimbulkan pencemaran yang cukup berat karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi (Pohan, 2008)


(14)

Kapasitas produksi tahu di kota Medan adalah 2300000 potong / hari atau 23 ton / hari. Menurut Pohan (2008), setiap pembuatan 80 kg tahu, dihasilkan limbah cair sebanyak 2610 kg. Dengan demikian, dari pabrik tahu di kota Medan akan diperoleh limbah cair sebanyak 731,77 ton / hari.

Adapun data kebutuhan impor pupuk untuk propinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Data Kebutuhan Pupuk Sumatera Utara

Tahun Kebutuhan Pupuk (ton/tahun) Kebutuhan Pupuk Organik (ton/tahun)

2006 702736 47913

2007 615194 41944

2008 1026901 70015

2009 425342 29000

2010 784824 53510

2011 1070481 72986

2012 1429963 97496

(BPS, 2010)

Dari data di atas, diperoleh kebutuhan pupuk organik di Sumatera Utara pada tahun 2012 adalah 97496 ton / tahun. Maka, pra rancangan pabrik pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu ini direncanakan didirikan pada tahun 2012 dengan kapasitas produksi 18000 ton / tahun (bahan baku yang tersedia adalah 939600 ton/tahun) untuk memenuhi 18,5 % kebutuhan pupuk organik di Sumatera Utara.

1.2.Perumusan Masalah

Semakin meningkatnya penggunaan pupuk mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan pupuk sehingga perlu diimpor untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Limbah tahu yang selama ini menjadi masalah bagi lingkungan karena mengandung bau dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi pupuk organik. Untuk itu, perlu dibuat suatu pra rancangan pabrik untuk mengolah limbah cair tahu menjadi pupuk organik. Produk utama dari proses ini adalah pupuk padat dan pupuk cair, serta produk sampingnya berupa limbah cair dan gas bio.

1.3.Tujuan Perancangan

Secara umum, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu ini adalah menerapkan disiplin ilmu teknik kimia khususnya di


(15)

bidang perancangan, proses, dan operasi teknik kimia sehingga dapat memberikan gambaran kelayakan Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pupuk Organik.

Secara khusus, tujuan pra rancangan pabrik pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu ini adalah untuk memenuhi kebutuhan pupuk organik di Sumatera Utara, yaitu sekitar 18,5%.

1.4.Manfaat Perancangan

Manfaat pra rancangan pabrik pembuatan pupuk organik adalah memberikan gambaran kelayakan dari segi rancangan dan ekonomi pabrik sehingga akan mendukung pertumbuhan industri pupuk organik di Indonesia. Hal ini, diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik domestik.

Manfaat lain yang ingin dicapai adalah dapat meningkatkan devisa negara dan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia, yaitu dengan cara menciptakan lapangan kerja baru.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Pupuk

Bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah merupakan pupuk. Pupuk merupakan bahan baik alami maupun buatan yang ditambahkan pada tanah, supaya kesuburan tanah dapat meningkat. (Hamida, 2010)

Pupuk dapat dibedakan berdasarkan bahan asal, senyawa, fasa, cara penggunaan, reaksi fisiologi, jumlah dan macam hara yang dikandungnya. Adapun jenis – jenis pupuk adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan asal :

1. Pupuk alam, merupakan pupuk yang terdapat di alam atau dibuat dengan

bahan alam tanpa proses yang berarti. Misalnya, pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk guano, pupuk hijau, dan pupuk batuan P.

2. Pupuk buatan, merupakan pupuk yang dibuat oleh pabrik. Misalnya, TSP,

urea, rustika, dan nitrophoska. Pupuk ini dibuat oleh pabrik dengan mengubah sumber daya alam melalui proses fisika atau proses kimia.

b. Berdasarkan senyawa :

1. Pupuk organik, merupakan pupuk yang berupa senyawa organik. Kebanyakan

pupuk alam tergolong pupuk organik, seperti pupuk kandang, pupuk kompos,

dan pupuk guano. Pupuk alam tidak termasuk pupuk organik, seperti rock

phosphate, umumnya berasal dari batuan sejenis apatit [Ca3(PO4)2]

2. Pupuk anorganik atau mineral merupakan pupuk dari senyawa anorganik.

Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk anorganik.

c. Berdasarkan fasa :

1. Pupuk padat, merupakan kelarutan yang beragam, mulai yang mudah larut

dalam air sampai yang sukar larut.

2. Pupuk cair, merupakan pupuk yang dilarutkan dulu ke dalam air, umumnya

pupuk ini disemprotkan ke daun. Karena mengandung banyak hara, baik makro maupun mikro, harganya relatif mahal. Pupuk amoniak cair merupakan pupuk cair yang kadar N-nya sangat tinggi sekitar 83%, penggunaannya dapat diinjeksika lewat tanah.


(17)

d. Berdasarkan cara penggunaan :

1. Pupuk daun, merupakan pupuk yang cara pemupukan dilarutkan dalam air

dan disemprotkan pada permukaan daun.

2. Pupuk akar atau pupuk tanah, merupakan pupuk yang diberikan ke dalam

tanah di sekitar agar diserap oleh akar tanaman.

e. Berdasarkan reaksi fisiologi :

1. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis masam, artinya bila pupuk diberikan

ke dalam tanah, menimbulkan kecenderungan tanah menjadi lebih masam (pH menjadi rendah). Misalnya, Za dan urea.

2. Pupuk yang mempunyai reaksi fisiologis basis, merupakan pupuk yang bila

diberikan ke dalam tanah menyebabkan pH tanah cenderung naik, misalnya

pupuk chili saltpeter, calnitro, kalsium sianida.

f. Berdasarkan jumlah hara yang dikandung :

1. Pupuk yang hanya mengandung satu jenis hara tanaman saja. Misalnya, urea

hanya mengandung hara N, TSP hanya dipenting hara P saja (meskipun ada mengandung hara Ca)

2. Pupuk majemuk, merupakan pupuk yang mengandung 2 atau lebih hara

tanaman. Contoh : NPK, amophoska, dan nitrophoska.

g. Berdasarkan macam hara tanaman :

1. Pupuk makro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara makro saja.

Contohnya NPK dan nitrophoska.

2. Pupuk mikro, merupakan pupuk yang hanya mengandung hara mikro saja.

Contohnya mikrovet, mikroplek, metalik.

3. Pupuk campuran makro dan mikro, misalnya pupuk gandasil, bayfolan,

rustika. (Hamida, 2010)

2.2 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat


(18)

berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya. (Suriyadikarta, 2005)

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair

maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan

mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanamn. (Suriyadikarta, 2005)

Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri karena minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik semakin meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap menjaga kelestarian lingkungan. (Suriyadikarta, 2005)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :

a. Kandungan air.

Bila dibandingkan dengan pupuk anorganik, kadar air dalam pupuk organik sangat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan proses pengeringan hingga mencapai kadar air 30 – 35%.

b. Bentuk pupuk.

Bentuk pupuk kompos berkaitan dengan cara aplikasinya. Kompos berbentuk tepung akan sulit diaplikasikan karena mudah hilang menjadi debu. Banyak petani di Taiwan tertarik pada bentuk granular, sedangkan peneliti di Jepang mengembangkan formula baru dalam bentuk pellet untuk mempermudah penanganannya.

c. Kematangan kompos.

Ada beberapa indikator kematangan kompos, antara lain rasio C/N, pH, KTK, warna, suhu, dan aroma kompos. Selama proses pengomposan, bahan organik mentah mengalami proses perombakan oleh mikroorganisme berupa fungi dan


(19)

bakteri. Suhu dalam tumpukan kompos (hip) akan meningkat sejalan dengan aktibitas dekomposisi, demikian pula kadar total karbon akan menurun, sementara kandungan nitrogen meningkat. Pada akhir proses pengomposan dimana telah terbentuk kompos yang matang, suhu akan menurun, dan rasio C/N menurun. Pemakaian kompos yang kurang matang akan merugikan pertumbuhan tanaman karena pengaruh panas yang tinggi serta adanya senyawa yang bersifat fitotoksik.

d. Kombinasi bahan dasar kompos.

Pabrik kompos di Asia pada umumnya memproduksi kompos dari beberapa macam bahan dasar, seperti kombinasi antara limbah agroindustri dan kotoran ternak. Akibatnya, tipe dan kualitas kompos yang dihasilkan sering berubah – ubah sehingga menyulitkan produsen menstandarisasi produknya dan pemberian informasi dalam label yang tepat.

e. Bahan beracun.

Masalah utama dalam produksi kompos adalah hadirnya logam / bahan beracun berbahaya bagi kesehatan manusia dan pertumbuhan tanaman. Bahan dasar kompos yang banyak digunakan dan mengandung bahan berbahaya adalah

sampah kota dan limbah cair (sewage sludge). Logam berat yang sering terdapat

dalam bahan tersebut adalah Cd, Pb, dan Cr. Unsur – unsur ini akan terserap oleh tanaman dan termakan manusia dan akhirnya mengkontaminasi seluruh rantai makanan. Untuk kondisi di Indonesia, kriteria tentang kandungan logam berat dalam pupuk organik ditentukan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 2 bulan Februari 2006.

f. Patogenitas.

Pupuk organik dapat membawa pathogen dan telur serta serangga yang menganggu tanaman. Pupuk kandang seringkali mengandung benih bulma atau bibit penyakit pada manusia. Pupuk kandang juga mempunyai bau yang tidak enak bagi lingkungan, meskipun tidak beracun. Sedangkan pupuk hijau mungkin

menimbulkan alleopati bagi tanaman pokok.

g. Kotoran ternak.

Kotoran ternak yang dikomposkan menimbulkan masalah keracunan spesifik.


(20)

yang terbentuk bila kotoran ternak disimpan dalam kondisi anaerob. Aerasi yang baik serta pembalikan kompos secara teratur merupakan tindakan yang sangat penting. Kotoran ternak banyak mengandung bahan aditif yang berasal dari pakan ternak, terutaman jenis unggas.

(Suriyadikarta, 2010)

2.3 Limbah Cair Tahu

Limbah industri tahu terdiri dari atas 2 jenis, yaitu limbah cair dan limbah padat. Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu pada tahap proses

penggumpalan dan penyaringan yang disebut air dadih atau whey. Sumber limbah

cair lainnya berasal dari proses sortasi dan pembersihan, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan, pencucian peralatan proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu sebanding dengan penggunaan air untuk pemrosesannya. Jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan berturut – turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut

(khususnya whey) dimanfaatkan kembali sebagai bahan penggumpal. (Pohan N,

2008)

Adapun perincian penggunaan air dalam setiap tahapan proses dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu tiap 3 kg Kedelai

No. Tahapan Proses Kebutuhan Air (Liter)

1. Pencucian 20

2. Perendaman 12

3. Penggilingan 3

4. Pemasakan 30

5. Pencucian ampas 50

6. Perebusan 20


(21)

Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu

limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 80 0C sampai

100 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan

biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan. Bahan – bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa – senyawa organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak, dan minyak. Di antara senyawa – senyawa tersebut, protein dan lemak jumlahnya paling besar, yang mencapai 40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak. Bertambah lama, bahan – bahan organik ini volumenya semakin meningkat, dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena zat sulit diuraikan oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. (Pohan N, 2008)

1.5.Sifat – Sifat Bahan

Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu adalah sebagai berikut :

1. NaOH (Natrium Hidroksida)

Fungsi : sebagai basa untuk menaikkan pH limbah cair tahu agar netral Sifat Fisika :

a. Putih berbentuk kristal

b. Berat molekul : 40

c. Spesifik Gravity : 2,130 pada 700F (21,10C)

d. Densitas : 2,126 gr/cm3

Sifat Kimia :

a. Higroskopis

b. Kelarutan : Air dingin (00C) = 42/100 bagian air

Air panas (1000C) = 347/100 bagian air

(Pradana RN, 2011)

2. H3PO4 (Asam Posfat)

Fungsi : sebagai nutrisi untuk pembiakan mikroorganisme Sifat Fisika :

a. Spesifik Gravity : 1,619


(22)

c. Tidak mudah terbakar (Pradana RN, 2011)

3. Antifoam

Fungsi : mencegah pembentukan foam pada proses fermentasi.

Sifat fisika :

a. Berwarna kuning kecoklatan

b. Merupakan cairan yang viskos

c. Titik didih 1500C pada tekanan 1 atm

d. Titik lebur 00C pada tekanan 1 atm

e. Larut dalam air dan membentuk larutan encer

f. Spesifik Gravity : 1,015 (200C) untuk 50%

1, 03 (200C) untuk 70%

(Pradana RN, 2011)

4. PHP (Potassium Hidrogen Phtalat)

Fungsi : sebagai buffer agar pH larutan tetap netral selama proses fermentasi

Sifat Fisika :

a. Kristal berwarna putih

b. Rumus molekul KHC8H4O4

c. Densitas : 1,64 gr/cm3

d. Kelarutan dalam air : 25 gr/100 ml

e. pKa : 5,4


(23)

2.4 Deskripsi Proses

Adapun deskripsi proses dari proses pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu adalah sebagai berikut :

• Limbah cair tahu disaring dengan bar screen terlebih dahulu dan kemudian

dinetralkan dengan 125 kg NaOH 50% untuk 100 ton limbah cair tahu (Pradana RN, 2011).

• Setelah itu difermentasikan dalam Anarobic Digester pada suhu 300C dan

tekanan 1 atm, selama 15 hari dan dimasukkan nutrisi H3PO4 dengan

perbandingan limbah : nutrisi = 1 : 7 , dan 1 kg antifoam (Turkey Red Oil)

dengan perbandingan limbah : antifoam = 100 ton : 1 kg, serta 10% PHP

(Potassium Hydrogen Phtalat) dari jumlah limbah cair tahu. (Pradana RN, 2011)

• Ampas yang dihasilkan dimasukkan ke dalam centrifuge decanter dengan

efisiensi pemisahan adalah 98% berdasarkan perbedaan densitas dengan gaya sentrifugal selama 1 jam untuk dihasilkan ampas padat sebanyak 28% dari total ampas dan ampas cair sebanyak 72% dari total ampas. (Biopact, 2007) (Josse, 2004) (Iwan, 2011).

• Ampas padat tersebut dimasukkan ke dalam Rotary Dryer untuk dikurangi kadar

airnya pada suhu 105 0C sebanyak 93%. Setelah itu, dikeringkan dengan udara

dingin dengan conveying cooler sampai suhu 300C.(Hamida, 2010)

• Kemudian ampas padat tersebut akan dijadikan butiran oleh granulator pada

suhu 30 0C dan tekanan 1 atm.

• Butiran tersebut akan disaring dengan vibrating screen dengan ukuran 5 mm

pada suhu 300C dan tekanan 1 atm, dimana granular lebih dari 5 mm akan

direcycle kembali ke granulator, dimana 90% butiran akan lolos dari vibrating

screen.

• Kemudian pupuk padat tersebut akan dialurkan ke dalam silo pada suhu 300C dan


(24)

• Limbah cair yang dihasilkan oleh centrifuge decanter akan dimasukkan dalam

reaktor nitrfikasi I pada suhu 350C selama 24 jam, dengan penambahan udara

dimana perbandingan umpan masuk dengan udara adalah 4:3 (Wahyu. 2010).

Reaksi nitrifikasi I : 4NH4+(aq) + 3O2(g) + 4OH-(aq) 2NO2-(aq) + 2NH4+(aq) +

6H2O(g)

• Pupuk cair tersebut akan diclarifier lagi untuk memisahkan limbah cair

(kandungan zat lain) dengan efisiensi 90%

• Setelah diklarifikasi, akan dimasukkan ke reaktor nitrfikasi II selama 24 jam pada

suhu 350C dengan penambahan udara dimana perbandingan umpan masuk

dengan udara adalah 1 : 0,5

• Reaksi nitrifikasi II : NO2-(aq) + 0,5 O2(g) NO3-(aq)

• Kemudian, pupuk cair tersebut akan dievaporasi pada suhu 1050C untuk

dihilangkan kandungan H2O dalam pupuk cair tersebut dengan efisiensi 93%.

• Kemudian, didinginkan dengan cooler sampai suhu 300C.


(25)

Adapun diagram alir proses yang menggambarkan deskripsi proses dari pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu adalah sebagai berikut :


(26)

Keterangan :

Limbah Cair Tahu NaOH

H2O

S-101

V-101 LC

T = 300

C P = 1 atm 1 2

LC TC M-101

H3PO4

PHP Antifoam V-103 V-104 V-102 3 4 M-102 T = 300

C P = 1 atm

P-101 P-102

C-201 = Bucket Elevator C-202 = Pneumatic Conveyor D-101 = Centrifuge Decanter D-301 = Filter Press D-201 = Rotary Drier E-301 = Evaporator E-302 = Cooler Pupuk Cair F-101 = Tangki Akumulasi Gas Bio G-201 = Granulator Pupuk Padat M-101= Tangki Pelarutan NaOH M-102= Tangki Penetralan P-101 = Pompa Limbah Cair Tahu P-102 = Pompa Larutan NaOH P-103 = Pompa Tangki Penetralan P-104 = Pompa H3PO4

P-105 = Pompa PHP P-106 = Pompa Antifoam P-301 = Pompa Ampas Cair P-302 = Pompa Reaktor Nitrifikasi I P-303 = Pompa Filter Press P-304 = Pompa Reaktor Nitrifikasi II R-101 = Fermentor Anerobik R-301 = Reaktor Nitrifikasi I R-302 = Reaktor Nitrifikasi II S-101 = Bar Screen Limbah Cair Tahu S-201 = Vibrating Screen Pupuk Padat V-101 = Tangki Akumulasi Limbah Cair Tahu V-102 = Tangki Penyimpanan H3PO4

V-103 = Tangki Penyimpanan PHP V-104 = Tangki Penyimpanan Antifoam V-201 = Tangki Penyimpanan Pupuk Padat V-301 = Tangki Akumulasi Ampas Cair V-302 = Tangki Penyimpanan Pupuk Cair

Udara Air Pendingin Steam TC LC R-101 5 P-103 T = 300

C P = 1 atm P-104 P-105 P-106 6 7 8 9 10 F-101 D-101 T = 300C

P = 1 atm

12 11 LC TC D-201 13 14 T = 1050

C P = 1 atm

15 G-201 S-201 17 16 V-201 V-301 18 P-301 TC LC R-301 T = 350C

P = 1 atm 20

T = 350C

P = 1 atm LC D-301 P-302 22 21 TC LC R-302 T = 350C

P = 1 atm P-303

24 P-304

TC E-301 T = 1050C

P = 1 atm 25

26 E-302 T = 300

C P = 1 atm

27

V-302 T = 300

C P = 1 atm

C-201

C-202 T = 300C ; P = 1 atm

T = 300C ; P = 1 atm

T = 1200C ; P = 1 atm

TC 29 FC FC FC FC FC FC FC FC FC FC

Skala : Tanpa skala

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH CAIR TAHU DENGAN KAPASITAS PRODUKSI

18.000 TON/TAHUN DIAGRAM ALIR PROSES PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH CAIR TAHU

Digambar Diperiksa / Disetujui

Nama : Nianto Cendana NIM : 080405062 1. Nama : Prof.Dr.Ir.Setiaty Pandia NIP : 19530921 198103 2 003 2. Nama : Dr.Mersi Suriani Sinaga,ST,MT NIP : 19680806 199802 2 001

Tanggal Tanda Tangan Komponen

Limbah Cair Tahu NaOH H2O H3PO4

PHP

Antifoam

CH4

CO2 Ampas NH4OH P2O5

K2O Kandungan Lain O2

NH4NO2

NH4NO3

Steam

Total P (atm) T (0C)

Alur 1 -0,012 -1 30 0,012 Alur 2 -0,006 -1 30 0,006 Alur 3 -0,012 0,006 -1 30 0,018 Alur 4 14,618 -1 30 14,618 Alur 5 14,618 0,012 0,006 -1 30 14,618 Alur 6 -1,880 -1 30 1,880 Alur 7 -1,316 -1 30 1,316 Alur 8 -0,00013 -1 30 0,00013 Alur 9 -5,893 3,929 -1 28,19 9,822 Alur 10 -6,548 -1 28,19 6,548 Alur 11 -0,413 -0,21 0,712 0,315 -1 30 1,833 Alur 12 -3,742 -0,051 0,034 0,416 0,471 -1 30 4,714 Alur 13 -0,067 -0,158 0,641 0,284 0,165 -1 105 1,315 Alur 14 -0,345 -0,021 0,071 0,032 0,018 -1 105 0,487 Alur 15 -0,067 -0,189 0,641 0,284 0,165 -1 30 1,346 Alur 16 -0,007 -0,021 0,0712 0,0315 0,018 -1 30 0,148 Alur 17 -0,075 -0,21 0,712 0,315 0,183 -1 30 1.495 Alur 18 -3,742 -0,051 0,034 0,416 0,471 -1 30 4,714 Alur 19 -0,035 -1 30 0,035 Alur 20 -3,782 -0,034 0,416 0,471 -0,047 -1 35 4,75 Alur 21 -3,404 -0,031 0,374 0,042 -0,042 -1 35 3,893 Alur 22 -0,378 -0,003 0,041 0,429 -0,0047 -1 35 0,883 Alur 23 -0,009 -1 30 0,009 Alur 24 -3,404 -0,021 0,374 0,042 -0,052 -1 35,05 3,893 Alur 25 -0,555 -0,0275 0,3368 0,038 -0,0471 -1 105 1,005 Alur 26 -2,849 -0,0031 0,037 0,0042 -0,0052 -1 105 2,893 Alur 27 -0,555 -0,0275 0,3368 0,038 -0,0471 -1 30 1,005 Alur 28 -0,133 1 220 0,133 Alur 29 -0,9735 -1 30 0,9735 Alur 30 -0,066 -1 30 0,066 Alur 31 -0,066 -1 45 0,066 0,183 Utilitas Air pendingin bekas Kondensat

Adapun diagram alir flowsheet yang menggambarkan deskripsi proses dari pembuatan pupuk organik dari limbah cair tahu adalah sebagai berikut :


(27)

BAB III NERACA MASSA

3.1.Tangki Pelarutan NaOH (M-101)

Tabel 3.1 Neraca Massa Tangki Pelarutan NaOH (M-101)

Komponen Alur Masuk (ton / jam) Alur Keluar (ton / jam)

1 2 3

NaOH 0,012 - 0,012

Air - 0,006 0,006

3.2.Tangki Netralisasi (M-102)

Tabel 3.2 Neraca Massa Tangki Netralisasi (M-102)

Komponen Alur Masuk (ton / jam) Alur Keluar (ton / jam)

3 4 5

NaOH 0,012 - 0,010

Air 0,006 - 0,005

Limbah Cair Tahu - 13,157 13,157

3.3.Fermentor Anaerobik (R-101)

Tabel 3.3 Neraca Massa Fermentor Anaerobik (R-101)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton/jam)

5 6 7 8 9 10

Limbah Cair Tahu 13,157 - - - - -

NaOH 0,012 - - - - -

Air 0,006 - - - - -

H3PO4 - 1,886 - - - -

PHP - - 1,316 - - -

Antifoam - - - 0,00013 - -

CH4 - - - - 5,893 -

CO2 - - - - 3,929 -


(28)

3.4.Centrifuge Decanter (D-101)

Tabel 3.4 Neraca Massa Centrifuge Decanter (D-101)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton / jam)

10 11 12

Ampas 6,548 - -

Kandungan lain - 0,183 0,471

H2O - 0,413 3,742

N (dalam NH4OH) - 0,21 0,051

P (dalam P2O5) - 0,712 0,034

K (dalam K2O) - 0,315 0,416

3.5.Rotary Drier (D-201)

Tabel 3.5 Neraca Massa Rotary Drier (D-201)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton / jam)

11 13 14

N (dalam NH4OH) 0.210 0.189 0.021

P (dalam P2O5)

0.712 0.641 0.071

K (dalam K2O)

0.315 0.284 0.032

H2O 0,413 0,067 0,345

Kandungan lain 0,183 0,165 0,018

3.6.Granulator (G-201)

Tabel 3.6 Neraca Massa Granulator (G-201)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton/jam)

15 16 17

N (dalam NH4OH) 0,189 0,021 0,21

P (dalam P2O5) 0,641 0,071 0,712

K (dalam K2O) 0,284 0,032 0,315

H2O 0,067 0,007 0,075


(29)

3.7.Reaktor I (R-301)

Tabel 3.7 Neraca Massa Reaktor I (R-301)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton/jam)

18 19 20

N (dalam NH4OH) 0,051 - -

P (dalam P2O5) 0,034 - 0,034

K (dalam K2O) 0,416 - 0,416

H2O 3,742 - 3,782

O2 - 0,035 -

NH4NO2 - - 0,047

Kandungan lain 0,471 - 0,471

3.8.Filter Press (D-301)

Tabel 3.8 Neraca Massa Filter Press (D-301)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton / jam)

20 21 22

NH4NO2 0.047 0.042 0.005

P (dalam P2O5) 0.034 0.031 0.003

K (dalam K2O)

0.416 0.374 0.042

H2O

3.782 3.404 0.378

Kandungan lain


(30)

3.9.Reaktor II (R-302)

Tabel 3.9 Neraca Massa Reaktor II (R-302)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton/jam)

21 23 24

NH4NO2 0,042 - -

P (dalam P2O5) 0,031 - 0,031

K (dalam K2O) 0,374 - 0,374

H2O 3,404 - 3,404

O2 - 0,01 -

NH4NO3 - - 0,052

Kandungan lain 0,042 - 0,042

3.10. Evaporator (D-302)

Tabel 3.10 Neraca Massa Evaporator (D-302)

Komponen Alur Masuk (ton/jam) Alur Keluar (ton / jam)

24 25 26

NH4NO3 0.052 0.0471 0.005

P (dalam P2O5) 0.031 0.0275 0.003

K (dalam K2O)

0.374 0.3368 0.037

H2O

3.404 0.555 2.849

Kandungan lain


(31)

BAB IV NERACA ENERGI

Basis perhitungan : 1 jam

Satuan operasi : kJ / jam

Temperatur basis : 250C (298 K)

4.1 Fermentor (R-101)

Tabel 4.1 Neraca Energi Fermentor (R-101)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 103583,94 -

Produk - 112366,625

r. ΔHr - -8783,031

Jumlah 103583,94 103583,94

4.2 Rotary Drier (D-201)

Tabel 4.2 Neraca Energi Rotary Drier (D-201)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 16139,511 -

Produk - 178545,855

Udara Panas 162406,344 -

Jumlah 178545,855 178545,855

4.3 Pneumatic Conveying Cooler (C-202)

Tabel 4.3 Neraca Energi Pneumatic Conveying Cooler (C-202)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 103718,054 -

Produk - 6156,392

Udara Dingin -97561,662 -


(32)

4.4 Reaktor I (R-301)

Tabel 4.4 Neraca Energi Reaktor I (R-301)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 80329,664 -

Produk - 159910,642

r. ΔHr - -2487,196

Steam 79580.979 -

Jumlah 157423,446 157423,446

4.5 Reaktor II (R-302)

Tabel 4.5 Neraca Energi Reaktor II (R-302)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 146201,179 -

Produk - 146293,680

r. ΔHr - -92,501

Jumlah 146201,179 146201,179

4.6 Evaporator (D-302)

Tabel 4.6 Neraca Energi Evaporator (D-302)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 11910,764 -

Produk - 1067396,951

Steam 1055486,187 -


(33)

4.7 Cooler (E-302)

Tabel 4.7 Neraca Energi Cooler (E-302)

Alur Masuk (kJ/jam) Alur Keluar (kJ/jam)

Umpan 213028,866 -

Produk - 13201,189

Air Pendingin - 199827,677


(34)

BAB V

SPESIFIKASI PERALATAN

5.1 Screening Unit (S-101)

Fungsi : Menyaring partikel – partikel kasar dalam limbah cair tahu

Jenis : Bar screen

Bahan : Stainless steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi :

• Temperatur : 300C

• Tekanan : 1 atm

Panjang screening : 2 m

Lebar screening : 2 m

Lebar bar : 5 mm

Tebal bar : 20 mm

Bar clear spacing : 20 mm

Jumlah bar : 80 unit

5.2 Tangki Penampungan Limbah Cair Tahu (V-101)

Fungsi : Menampung limbah cair tahu untuk

kebutuhan 1 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm ; T = 300C

Laju alir massa : 13200 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1000 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 380,16 m3

Ukuran : Diameter tangki : 6,86 m

Tinggi tangki : 10,3 m


(35)

5.3 Pompa Tangki Penampungan Limbah Cair Tahu (P-101)

Fungsi : Memindahkan limbah cair tahu dari tangki

penampungan limbah cair tahu menuju tangki penetralan

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 0,75 hp

5.4 Tangki Pelarutan NaOH (M-101)

Fungsi : Menampung larutan NaOH untuk kebutuhan

30 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar dan tutup

datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 18,272 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1550 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 10,19 m3

Ukuran : Diameter tangki : 2,05 m

Tinggi tangki : 3,08 m

Tebal tangki : 1,29in

Jenis pengaduk : three blades propeller

Jumlah baffle : 4 unit


(36)

5.5 Pompa Tangki Pelarutan NaOH (P-102)

Fungsi : Memindahkan limbah cair tahu dari tangki

penampungan limbah cair tahu menuju tangki penetralan

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 0,05 hp

5.6 Tangki Penetralan (M-102)

Fungsi : Menetralkan limbah cair tahu dengan larutan

NaOH

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 13175 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1000,77 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 15,79 m3

Ukuran : Diameter tangki : 2,38 m

Tinggi tangki : 3,57 m

Tebal tangki : 1,29in

Jenis pengaduk : three blades propeller

Jumlah baffle : 4 unit

Daya pengaduk : 0,5 hp

5.7 Pompa Tangki Penetralan (P-103)

Fungsi : Memindahkan limbah cair tahu dari tangki penetralan

ke fermentor

Bentuk : Pompa sentrifugal


(37)

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 0,75 hp

5.8 Tangki Penyimpanan H3PO4 (V-102)

Fungsi : Menyimpan larutan H3PO4 selama 30 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 1542,857 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1880 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 861,7 m3

Ukuran : Diameter tangki : 9,01 m

Tinggi tangki : 13,52 m

Tebal tangki : 1,43 in

5.9 Pompa Tangki Penyimpanan H3PO4 (P-104)

Fungsi : Memindahkan larutan H3PO4 ke fermentor

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 10 hp

5.10 Tangki Penyimpanan PHP (V-103)

Fungsi : Menyimpan larutan PHP selama 30 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K


(38)

Densitas bahan dalam tangki : 1636 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 695 m3

Ukuran : Diameter tangki : 8,38 m

Tinggi tangki : 12,6 m

Tebal tangki : 1,42 in

5.11 Pompa Tangki Penyimpanan PHP (P-105)

Fungsi : Memindahkan larutan PHP ke fermentor

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 8 hp

5.12 Tangki Penyimpanan Antifoam (V-104)

Fungsi : Menyimpan antifoam selama 30 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 0,13 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 961 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 0,117 m3

Ukuran : Diameter tangki : 0,46 m

Tinggi tangki : 0,69 m

Tebal tangki : 1,26 in

5.13 Pompa Tangki Penyimpanan Antifoam (P-106)

Fungsi : Memindahkan antifoam ke fermentor

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel


(39)

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 0,1 hp

5.14 Fermentor (R-101)

Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi fermentasi

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar ,tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 15 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 16370 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1153,34 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 408,77 m3

Ukuran : Diameter tangki : 5,33 m

Tinggi tangki : 18,66 m

Tebal silinder : 1,36 in

Tebal head : 1,3 in

Jenis pengaduk : three blades propeller

Jumlah baffle : 4 unit

Daya pengaduk : 25 hp

5.15 Tangki Akumulasi Gas Bio (F-101)

Fungsi : Menyimpan gas bio selama 1 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas dan tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Laju alir massa : 9822 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 394,151 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 717,6 m3

Ukuran : Diameter tangki : 6,43 m


(40)

Tebal silinder : 1,38 in

Tebal head : 1,32 in

5.16 Centrifuge Decanter (D-101)

Fungsi : Memisahkan ampas padat dan ampas cair

Jenis : Solid bowl centrifuge

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Kapasitas : 6,15 m3

Ukuran : Diameter : 1,25 m

Panjang : 3,75 m

Tebal : 1,28 in

Spesifikasi : Tipe : Hellical conveyor

Bowl diameter : 14 in

Kecepatan : 4000 rpm

Daya : 20 hp

5.17 Bucket Elevator (C-201)

Fungsi : Mengangkut pupuk padat ke rotary drier

Jenis : Spaced – Bucket Centrifugal – Discharge Elevator

Kondisi operasi : P = 1 atm = 14,2 psi ; T = 300C = 303 K

Kapasitas : 1685,687 m3

Spesifikasi :

• Tinggi elevator : 25 ft = 7,62 m

• Ukuran bucket : (6 x 4 x 4¼) in

• Jarak antar bucket : 12 in = 0,305 m

• Kecepatan bucket : 225 ft/menit = 68,6 m/menit = 1,143 m/s

• Kecepatan putaran : 43 rpm

• Lebar belt : 7 in = 0,1778 m = 17,78 cm

Daya : 0,5 hp

5.18 Rotary Drier (D-201)

Fungsi : Menguapkan air dalam pupuk padat

Jenis : Counter Indirect Heat Rotary Drier

Bahan konstruksi : Commercial steel


(41)

Kapasitas : 16,18 ft3

Spesifikasi : Diameter : 0,78 m

Panjang : 0,92 m

Waktu : 0,457 jam

Putaran : 12,38 rpm

Daya : 3,5 hp

5.19 Pneumatic Conveying Cooler (C-202)

Fungsi : Mendinginkan pupuk padat sebelum ke granulator

Jenis : Pneumatic Conveying Cooler

Bahan : Commercial steel

Laju alir massa : 1306,98 kg/jam

Densitas : 1842,328 kg/m3

Panjang : 100 m dengan 1 buah long sweep elbow 900

Diameter pipa : 0,154 m

Laju alir udara (ma) : 19104,25 kg / jam = 4,225 kg/s

Daya motor : 50 hp

5.20 Granulator (G-201)

Fungsi : Membuat butiran granular pupuk padat

Jenis : Granulation drum

Bahan konstruksi : Commercial steel

Kondisi operasi : T = 300C; P = 1 atm

Kapasitas : 0,986 m3

Ukuran granular : < 5 mm

Spesifikasi : Diameter : 2,14 m

Panjang : 4,27 m

Kecepatan : 9 – 15 rpm

Daya : 30 hp

5.21 Screening Unit (S-201)

Fungsi : Memisahkan granular berukuran lebih besar 5 mm

Jenis : Vibrating screen

Bahan konstruksi : Stainless steel


(42)

Kapasitas : 0,111 m3

Spesifikasi :

• Jenis screen : Single Deck

Screen size : (3 x 6)ft = (0,91 x 1,83) m

• Berat : 1300 lb = 590 kg

Daya : 2 hp

5.22 Gudang Penyimpanan Pupuk Padat (V-201)

Fungsi : Menyimpan pupuk padat selama 7 hari

Bentuk : Persegi empat

Bahan konstruksi : Dinding beton dan atap seng

Jumlah : 1 unit

Laju alir massa : 1488,818 kg / jam = 35731,63 kg / hari

Produk kemasan : 50 kg

Ukuran kemasan : (70 x 40 x 30) cm

Jumlah kemasan : 35731,63 / 50 = 720 kemasan / hari

Lama penyimpanan : 7 hari

Ukuran gudang : Panjang: 61,74 m

Lebar : 50,4 m Tinggi : 10,5 m

5.23 Tangki Akumulasi Ampas Cair (V-301)

Fungsi : Menyimpan ampas cair selama 1 hari

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm=14,2 psi; T = 300C=303 K

Laju alir massa : 4749,213kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1145,66 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 5,29 m3

Ukuran : Diameter tangki : 1,65 m

Tinggi tangki : 2,48 m


(43)

5.24 Pompa Tangki Akumulasi Ampas Cair (P-301)

Fungsi : Memindahkan ampas cair ke reaktor I

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 300C

Daya motor : 0,25 hp

5.25 Reaktor I (R-301)

Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi nitrifikasi tahap I

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar ,tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm=14,2 psi; T = 300C=303 K

Laju alir massa : 4749,213 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1145,66 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 119,38 m3

Ukuran : Diameter tangki : 3,53 m

Tinggi tangki : 12,35 m Tebal silinder : 1,35 in

Tebal head : 1,3 in

Jenis pengaduk : three blades propeller

Jumlah baffle : 4 unit

Daya pengaduk : 5 hp

5.26 Pompa Reaktor I (P-302)

Fungsi : Memindahkan pupuk cair ke filter press

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi


(44)

Daya motor : 0,25 hp

5.27 Filter Press (D-301)

Fungsi : Memisahkan padatan tersuspensi dalam pupuk cair

Jenis : plate and frame filter press

Kondisi operasi :

• Tekanan : 1 atm

• Temperatur : 350C

Spesifikasi :

• Luas penyaringan : 83,45 m2

• Luas frame : 3 m2

• Jumlah plate : 30 unit

5.28 Pompa Filter Press (P-303)

Fungsi : Memindahkan pupuk cair ke reaktor II

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 350C

Daya motor : 0,25 hp

5.29 Reaktor II (R-302)

Fungsi : Tempat berlangsungnya reaksi nitrifikasi tahap II

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar ,tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm=14,2 psi; T = 300C=303 K

Laju alir massa : 3903,435 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1145,66 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 98,13 m3

Ukuran : Diameter tangki : 3,31 m

Tinggi tangki : 11,6 m


(45)

Tebal head : 1,29 in

Jenis pengaduk : three blades propeller

Jumlah baffle : 4 unit

Daya pengaduk : 6 hp

5.30 Pompa Reaktor II (P-304)

Fungsi : Memindahkan pupuk cair ke evaporator

Bentuk : Pompa sentrifugal

Bahan konstruksi : Commercial steel

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : Tekanan : 14,2 psi

Temperatur : 350C

Daya motor : 0,25 hp

5.31 Evaporator (D-302)

Fungsi : Memekatkan konsentrasi pupuk cair

Bentuk : Silinder vertikal dengan alas datar ,tutup ellipsoidal

Bahan konstruksi : Low alloy steels, SA-240, 18Cr – 8Ni Grade S

Jumlah : 1 unit

Kondisi operasi : P = 1 atm=14,2 psi; T = 300C=303 K

Laju alir massa : 3903,018 kg/jam

Densitas bahan dalam tangki : 1145,66 kg/m3 (Wikipedia, 2012)

Pdesain : 16,33 psi

Kapasitas tangki : 4,09 m3

Spesifikasi : Diameter luar tube (OD) : 1 in

Jenis tube : 11 BWG

Panjang tube (L) : 9 ft

Baffle space (B) : 5 in

Pass tube (n) : 4

Pass shell : 2

Ukuran : Diameter tangki : 1,15 m

Tinggi tangki : 4,02 m

Tebal tangki : 1,27 in


(46)

Tinggi koil dari dasar : 0,332 ft

5.32 Cooler (E-302)

Fungsi : Mendinginkan pupuk cair dari evaporator

Tipe : 1 – 4 Shell and tube heat exchanger

Jumlah : 1 unit

Diameter luar tube (OD) : 1 in

Jenis tube : 11 BWG

Panjang tube (L) : 9 ft

Baffle space (B) : 5 in

Pass tube (n) : 4

Pass shell : 2

5.33 Gudang Penyimpanan Pupuk Cair (V-302)

Fungsi : Menyimpan pupuk cair selama 7 hari

Bentuk : Persegi empat

Bahan konstruksi : Dinding beton dan atap seng

Jumlah : 1 unit

Laju alir massa : 1004 kg / jam = 24096 kg / hari

Jumlah botol : 24096 / 0,5 = 50000 botol

Ukuran kotak : (70 x 40 x 30) cm

Jumlah kotak : 50000 / 20 = 2500 kotak / hari

Lama penyimpanan : 7 hari

Ukuran gudang :

• Panjang : 61,74 m

• Lebar : 50,4 m


(47)

BAB VI

INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

6.1 Instrumentasi

Instrumentasi adalah suatu alat yang dipakai di dalam suatu proses kontrol untuk mengatur jalannya suatu proses agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Alat-alat pengendali tersebut dipasang pada setiap peralatan penting agar dengan mudah dapat diketahui kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada setiap

bagian. Pada dasarnya tujuan pengendalian adalah untuk mencapai harga error yang

paling minimum.

Fungsi instrumentasi adalah sebagai pengontrol, penunjuk, pencatat, dan pemberi tanda bahaya. Peralatan instrumentasi biasanya bekerja dengan tenaga mekanik atau tenaga listrik dan pengontrolannya dapat dilakukan secara manual atau otomatis. Penggunaan instrumen pada suatu peralatan proses tergantung pada pertimbangan ekonomi dan sistem peralatan itu sendiri. Pada pemakaian alat-alat instrumen juga harus ditentukan apakah alat-alat tersebut dipasang diatas papan instrumen dekat peralatan proses (kontrol manual) atau disatukan dalam suatu ruang kontrol yang dihubungkan dengan bangsal peralatan (kontrol otomatis).

Variabel-variabel proses yang biasanya dikontrol / diukur oleh instrumen tersebut adalah :

1. Variabel utama, seperti temperatur, tekanan, laju alir, dan level cairan.

2. Variabel tambahan, seperti densitas, viskositas, panas spesifik, konduktivitas, pH,

humiditas, titik embun, komposisi kimia, kandungan kelembaban, dan variabel lainnya.

Pada dasarnya sistem pengendalian terdiri dari :

1. Elemen Perasa / sensing (Primary Element)

Elemen yang merasakan (menunjukkan) adanya perubahan dari harga variabel yang diukur.

2. Elemen pengukur (measuring element)

Elemen pengukur adalah suatu elemen yang sensitif terhadap adanya perubahan temperatur, tekanan, laju aliran, maupun tinggi fluida. Perubahan ini merupakan sinyal dari proses dan disampaikan oleh elemen pengukur ke elemen pengontrol.


(48)

3. Elemen pengontrol (controlling element)

Elemen pengontrol yang menerima sinyal kemudian akan segera mengatur

perubahan-perubahan proses tersebut sama dengan nilai set point (nilai yang

diinginkan). Dengan demikian elemen ini dapat segera memperkecil ataupun meniadakan penyimpangan yang terjadi.

4. Elemen pengontrol akhir (final control element)

Elemen ini merupakan elemen yang akan mengubah masukan yang keluar dari elemen pengontrol ke dalam proses sehingga variabel yang diukur tetap berada dalam batas yang diinginkan dan merupakan hasil yang dikehendaki.

Pengendalian peralatan instrumentasi dapat dilakukan secara otomatis dan semi otomatis. Pengendalian secara otomatis adalah pengendalian yang dilakukan dengan mengatur instrumen pada kondisi tertentu, bila terjadi penyimpangan variabel yang dikontrol maka instrumen akan bekerja sendiri untuk mengembalikan

variabel pada kondisi semula, instrumen ini bekerja sebagai controller. Pengendalian

secara semi otomatis adalah pengendalian yang mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada variabel yang dikontrol. Untuk mengubah variabel-variabel ke nilai yang diinginkan dilakukan usaha secara manual, instrumen ini bekerja sebagai pencatat

(recorder).

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam instrumen-instrumen adalah:

1. Range yang diperlukan untuk pengukuran

2. Level instrumentasi

3. Ketelitian yang dibutuhkan

4. Bahan konstruksinya

5. Pengaruh pemasangan instrumentasi pada kondisi proses

Instrumentasi yang umum digunakan dalam pabrik adalah :

1. Untuk variabel temperatur:

- Temperature Controller (TC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati temperatur suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

- Temperature Indicator Controller (TI) adalah instrumentasi yang digunakan


(49)

2. Untuk variabel tinggi permukaan cairan

- Level Controller (LC) adalah instumentasi yang digunakan untuk mengamati

ketinggian cairan dalam suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

- Level Indicator Contoller (LI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati ketinggian cairan dalam suatu alat.

3. Untuk variabel tekanan

- Pressure Controller (PC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati tekanan operasi suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

- Pressure Indicator Controller (PI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati tekanan operasi suatu alat.

4. Untuk variabel aliran cairan

- Flow Controller (FC) adalah instrumentasi yang digunakan untuk mengamati

laju alir larutan atau cairan yang melalui suatu alat dan bila terjadi perubahan dapat melakukan pengendalian.

- Flow Indicator Controller (FI) adalah instrumentasi yang digunakan untuk

mengamati laju aliran atau cairan suatu alat.

Pada Tabel 6.1 berikut ini dapat dilihat jenis instrument yang digunakan :

Tabel 6.1 Daftar Penggunaan Instrumentasi Pada Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Cair Tahu

No. Nama Alat Jenis

Instrumen Kegunaan

1. Pompa FC Mengontrol laju alir cairan dalam pipa

2. Tangki Pencampur LC Mengontrol ketinggian cairan dalam tangki

3. Reaktor LC Mengontrol ketinggian cairan dalam reaktor

TC Mengontrol temperatur cairan dalam reaktor

4. Dekanter LC Mengontrol ketinggian cairan dalam dekanter

5. Evaporator TC Mengontrol temperatur cairan dalam evaporator


(50)

Contoh jenis-jenis instrumentasi yang digunakan pada pra rancangan pabrik pembuatan pupuk organika adalah sebagai berikut :

1. Pompa

Variabel yang dikontrol pada pompa adalah laju aliran (flow rate). Untuk

mengetahui laju aliran pada pompa dipasang flow control (FC). Jika laju aliran

pompa lebih besar dari yang diinginkan maka secara otomatis katup pengendali

(control valve) akan menutup atau memperkecil pembukaan katup.

FC

Gambar 6.1 Instrumentasi pada Pompa

2. Tangki Pencampuran

Variabel yang dikontrol pada tangki pencampuran adalah ketinggian cairan dan temperatur cairan. Untuk mengetahui dan mengontrol ketinggian cairan dalam

tangki pencampuran, maka dipasang level controller (LC).

LC

Gambar 6.2 Instrumentasi pada Tangki Pengadukan

3. Reaktor

Variabel yang dikontrol pada reaktor adalah ketinggian cairan dan temperatur cairan. Untuk mengetahui dan mengontrol ketinggian cairan dan temperatur

cairan dalam reaktor, maka dipasang level controller (LC) dan temperature


(51)

TC LC

Gambar 6.3 Instrumentasi pada Reaktor

4. Dekanter

Variabel yang dikontrol pada dekanter adalah ketinggian cairan. Untuk mengetahui dan mengontrol ketinggian cairan pada dekanter, maka dipasang

level controller (LC).

LC

Gambar 6.4 Instrumentasi pada Dekanter

5. Evaporator

Variabel yang dikontrol pada evaporator adalah temperatur cairan. Untuk mengetahui dan mengontrol temperatur cairan dalam evaporator, maka dipasang

temperature controller (TC).

TC


(52)

6. Drier

Variabel yang dikontrol pada drier adalah temperatur cairan. Untuk mengetahui

dan mengontrol temperatur cairan dalam drier, maka dipasang temperature

controller (TC).

TC

Gambar 6.6 Instrumentasi pada Drier

6.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja merupakan bagian dari kelangsungan produksi pabrik, oleh karena itu aspek ini harus diperhatikan secara serius dan terpadu. Untuk maksud tersebut perlu diperhatikan cara pengendalian keselamatan kerja dan keamanan pabrik pada saat perancangan dan saat pabrik beroperasi.

Salah satu faktor yang penting sebagai usaha menjamin keselamatan kerja adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya usaha untuk menjamin keselamatan kerja. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain:

- Melakukan pelatihan secara berkala bagi karyawan

- Membuat peraturan tata cara dengan pengawasan yang baik dan memberi sanksi

bagi karyawan yang tidak disiplin

- Membeli karyawan dengan keterampilan menggunakan peralatan secara benar

dan cara-cara mengatasi kecelakaan kerja

Sebagai pedoman pokok dalam usaha penanggulangan masalah kerja, Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja pada tanggal 12 Januari 1970. Semakin tinggi tingkat keselamatan kerja dari suatu pabrik maka makin meningkat pula aktivitas kerja para karyawan. Hal ini disebabkan oleh keselamatan kerja yang sudah terjamin dan suasana kerja yang menyenangkan.

Untuk mencapai hal tersebut adalah menjadi tanggung jawab dan kewajiban para perancang untuk merencanakannya. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan pabrik untuk menjamin adanya keselamatan kerja sebagai berikut: - Penanganan dan pengangkutan bahan harus seminimal mungkin .


(53)

- Adanya penerangan yang cukup dan sistem pertukaran udara yang baik. - Jarak antar mesin-mesin dan peralatan lain cukup luas.

- Setiap ruang gerak harus aman dan tidak licin .

- Setiap mesin dan peralatan lainnya harus dilengkapi alat pencegah kebakaran. - Tanda-tanda pengaman harus dipasang pada setiap tempat yang berbahaya. - Penyediaan fasilitas pengungsian bila terjadi kebakaran.

6.3 Keselamatan Kerja Pada Pabrik Pembuatan Pupuk Organik

Dalam rancangan pabrik pembuatan pupuk organik dari limbah cair industri tahu, usaha – usaha pencegahan terhadap bahaya – bahaya yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :

1. Pencegahan Terhadap Kebakaran dan Peledakan

- Untuk mengetahui adanya bahaya kebakaran maka sistem alarm dipasang pada tempat yang strategis dan penting seperti laboratorium dan ruang proses.

- Pada peralatan pabrik yang berupa tangki dibuat main hole dan hand hole yang

cukup untuk pemeriksaan.

- Sistem perlengkapan energi seperti pipa bahan bakar, saluran udara, saluran

steam, dan air dibedakan warnanya dan letaknya tidak menggangu gerakan

karyawan.

- Mobil pemadam kebakaran yang ditempatkan di fire station setiap saat dalam

keadaan siaga.

- Bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak harus disimpan dalam tempat

yang aman dan dikontrol secara teratur. Sesuai dengan peraturan yang tertulis dalam Peraturan Tenaga Kerja No. Per/02/Men/1983 tentang instalasi alarm kebakaran otomatis, yaitu:

- Detektor Kebakaran, merupakan alat yang berfungsi untuk mendeteksi secara dini adanya suatu kebakaran awal. Alat ini terbagi atas:

1. Smoke detector adalah detector yang bekerja berdasarkan terjadinya

akumulasi asap dalam jumlah tertentu.

2. Gas detector adalah detector yang bekerja berdasarkan kenaikan konsentrasi


(54)

3. Alarm Kebakaran, merupakan komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang memberikan isyarat adanya suatu kebakaran. Alarm ini berupa :

- Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat berupa bunyi khusus

(audible alarm)

- Alarm kebakaran yang memberi tanda atau isyarat yang tertangkap oleh

pandangan mata secara jelas (visible alarm)

- Panel Indikator Kebakaran

Panel Indikator Kebakaran adalah suatu komponen dari sistem deteksi dan alarm kebakaran yang berfungsi mengendalikan kerja sistem dan terletak di ruang operator.

2. Peralatan Perlindungan Diri

Pakaian yang dipakai pada waktu bekerja sangat perlu untuk keselamatan seseorang. Pakaian yang cocok harus dipakai untuk tiap tempat pekerjaan dan aktivitas kerja khusus. Hal-hal berikut harus diperhatikan :

- Topi yang kuat, sepatu pengaman, masker udara, sarung tangan dan

kacamata harus dipakai pada tempat-tempat yang dianjurkan.

- Alat pengaman penutup telinga harus dipakai pada tempat-tempat yang

bising.

- Pakaian harus pas-sempit untuk menghindari bahaya yang mengakibatkan

terjerat pada mesin yang berputar.

- Rambut panjang harus iikat atau dipangkas kalau bekerja di sekitar mesin.

3. Keselamatan Kerja Terhadap Listrik

- Setiap instalasi dan alat-alat listrik harus diamankan dengan pemakaian sekring

atau pemutus arus listrik otomatis lainnya.

- Sistem perkabelan listrik harus dirancang secara terpadu dengan tata letak pabrik

untuk menjaga keselamatan dan kemudahan jika harus dilakukan perbaikan.

- Penempatan dan pemasangan motor-motor listrik tidak boleh mengganggu lalu

lintas pekerja.

- Memasang papan tanda larangan yang jelas pada daerah sumber tegangan tinggi.

- Isolasi kawat hantaran listrik harus disesuaikan dengan keperluan.


(55)

petir yang dibumikan.

- Kabel-kabel listrik yang letaknya berdekatan dengan alat-alat yang bekerja pada

suhu tinggi harus diisolasi secara khusus. 4. Pencegahan Terhadap Gangguan Kesehatan

- Setiap karyawan diwajibkan untuk memakai pakaian kerja selama berada di dalam

lokasi pabrik.

- Dalam menangani bahan-bahan kimia yang berbahaya, karyawan diharuskan

memakai sarung tangan karet serta penutup hidung dan mulut.

- Bahan-bahan kimia yang selama pembuatan, pengelolaan, pengangkutan,

penyimpanan, dan penggunaannya dapat menimbulkan ledakan, kebakaran, korosi, maupun gangguan terhadap kesehatan harus ditangani secara cermat.

- Poliklinik yang memadai disediakan di lokasi pabrik.

5. Pencegahan Terhadap Bahaya Mekanis

Alat-alat dipasang dengan penahan yang cukup berat untuk mencegah kemungkinan terguling atau terjatuh.

- Sistem ruang gerak karyawan dibuat cukup lebar dan tidak menghambat kegiatan karyawan.

- Jalur perpipaan sebaiknya berada di atas permukaan tanah atau diletakkan pada atap lantai pertama kalau di dalam gedung atau setinggi 4,5 meter bila diluar gedung agar tidak menghalangi kendaraan yang lewat.

- Letak alat diatur sedemikian rupa sehingga para operator dapat bekerja dengan tenang dan tidak akan menyulitkan apabila ada perbaikan atau pembongkaran. - Pada alat-alat yang bergerak atau berputar harus diberikan tutup pelindung untuk

menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka ditambahkan nilai-nilai disiplin bagi para karyawan yaitu :

- Melaksanakan semua tugas yang diterima dan menggunakan wewenang yang

diberikan sesuai dengan Peraturan Perusahaan ini dan ketentuan hukum yang berlaku, senantiasa memerhatikan kepentingan perusahaan atau atasannya


(56)

- Mengerjakan sendiri semua tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dan tidak diperkenankan mengalihkan kepada orang lain, kecuali atas perintah atau persetujuan atasannya

- Senantiasa menjaga dan memelihara dengan baik semua barang milik

perusahaan yang dipercayakan kepadanya, dan segera melaporkan kepada atasannya apabila terjadi kerusakan atau kehilangan

- Setiap saat bersikap sopan dan mampu bekerjasama dengan atasan atau pekerja

lainnya

- Setiap hari memeriksan dan mengatur semua perlengkapan kerja di tempat

masing-masing, baik sebelum memulai maupun pada saat mengakhiri pekerjaan

- Mengenakan Kartu Tanda Pengenal pada baju bagian atas yang mudah terlihat

selama jam kerja dan pada waktu melaksanakan tugas

- Menjaga kebersihan lingkungan kerja

- Memakai atau menggunakan alat-alat keselamatan / perlengkapan kerja bagi

pekerja yang diharuskan

- Mencegah kemungkinan timbulnya bahaya yang dapat merugikan orang lain

maupun investasi perusahaan

- Melaporkan segera kepada atasan atau yang berwenang atas terjadinya

kecelakaan / gangguan keamanan di lingkungan kerja

Untuk mencapai keselamatan kerja yang tinggi, maka juga perlu ditambahkan kedisiplinan (tata tertib) berkendaraan di dalam Pabrik Pembuatan Pupuk Organik yaitu :

- Mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada di pabrik

- Tidak berkendaraan di dalam area proses tanpa izin

- Mengindahkan semua barikade yang ada

- Parkir hanya di tempat yang telah ditentukan dan tidak menghalangi peralatan

fire fighting

- Tidak meninggalkan kendaraan tanpa ditunggu oleh seseorang dengan mesin

yang masih menyala

- Selalu memberi jalan bagi pejalan kaki, sepeda dan peralatan darurat


(57)

BAB VII UTILITAS

Utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar jalannya proses produksi dalam sebuah pabrik. Oleh karena itu, segala sarana dan prasarana harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi pabrik tersebut.

Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik pembuatan pupuk organik dari limbah cair industri tahu adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan uap (steam)

2. Kebutuhan air

3. Kebutuhan bahan kimia

4. Kebutuhan bahan bakar

5. Kebutuhan listrik

6. Unit pengolahan limbah

7.1 Kebutuhan Uap (Steam)

Uap digunakan dalam pabrik sebagai media pemanas. Kebutuhan uap pada pabrik pembuatan pupuk organik adalah 133,07 kg/jam yang dibutuhkan pada unit operasi evaporator (D-302).

Tambahan untuk faktor keamanan dan faktor kebocoran diambil sebesar 30% (Perry, 1997).

Jadi, total steam yang dibutuhkan = 1,3 x 133,07 kg/jam = 172,991 kg/jam.

Diperkirakan 80% kondesat dapat digunakan kembali, sehingga :

Kondesat digunakan kembali = 80% x 172,991 kg/jam = 138,39 kg/jam.

7.2 Kebutuhan Air

Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk kebutuhan air umpan ketel uap, air pendingin, maupun kebutuhan domestik. Kebutuhan air pada pabrik pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :

1. Air umpan ketel uap = (172,991 – 138,39) kg/jam = 34,59 kg/jam

2. Air pendingin = 66,256 kg/jam pada cooler (E-302)

Air pendingin bekas digunakan kembali setelah didinginkan dalam menara pendingin air. Dengan menganggap terjadi kehilangan air selama proses sirkulasi,


(1)

Diperkirakan 10% dari harga instrumentasi dan alat kontrol (Peters, 2004).

Biaya perawatan instrumentasi = 0,1 x Rp 181.321.854.800 = Rp 18.132.185.480

5. Perawatan perpipaan

Diperkirakan 10% dari harga instalasi perpipaan (Peters, 2004). Biaya perawatan perpipaan = 0,1 x Rp 145.057.483.380

= Rp 14.505.748.338 6. Perawatan instalasi listrik

Diperkirakan 10% dari harga instalasi listrik (Peters, 2004). Biaya perawatan listrik = 0,1 x Rp 90.660.927.400

= Rp 9.066.092.740 7. Perawatan insulasi

Diperkirakan 10% dari harga insulasi (Peters, 2004). Biaya perawatan insulasi = 0,1 x Rp 249.317.550.400

= Rp 24.931.755.400 8. Perawatan inventaris kantor

Diperkirakan 10% dari harga invetaris kantor (Peters, 2004). Biaya perawatan inventasi kantor = 0,1 x Rp 22.665.231.850

= Rp 2.266.523.185 9. Perawatan perlengkapan kebakaran

Diperkirakan 10% dari harga perlengkapan kebakaran (Peters, 2004). Biaya perawatan perlengkapan kebakaran = 0,1 x Rp 22.665.231.850

= Rp 2.266.523.185 Total biaya perawatan (S) = Rp 121.136.091.800

E. Biaya Tambahan Industri (Plant Overhead Cost)

Biaya tambahan industri ini diperkirakan 20% dari modal investasi tetap (Peters, 2004).

Plant Overhead Cost (T) = 0,2 x Rp 2.198.867.324.000 = Rp 7.849.853.520

F. Biaya Administrasi Umum


(2)

Biaya administrasi umum selama 1 tahun (U) = 12 x Rp 264.000.000 = Rp 3.168.000.000 G. Biaya Pemasaran dan Distribusi

Biaya pemasaran selama 1 bulan adalah Rp 264.000.000

Biaya pemasaran selama 1 tahun (V) = 12 x Rp 264.000.000 = Rp 3.168.000.000 H. Biaya Laboratorium, Penelitan, dan Pengembangan

Diperkirakan 5% dari biaya tambahan industri (Peters, 2004). Biaya laboratorium (W) = 0,05 x Rp 446.840.983.000

= Rp 22.342.049.150 I. Hak Paten dan Royalti

Diperkirakan 1% dari modal investasi tetap (Peters, 2004) Biaya hak paten dan royalti (X) = 0,01 x Rp 2.198.867.324.000

= Rp 21.988.673.240 J. Biaya Asuransi

1. Biaya asuransi pabrik adalah 3,1 permil dari modal investasi tetap langsung (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, AAJI, 2012).

= 0,0031 x Rp 1.654.901.760.000 = Rp 5.130.195.456

2. Biaya asuransi karyawan.

Premi asuransi = Rp 375.000 / tenaga kerja (Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera, 2012).

Maka, biaya asuransi karyawan = 193 orang x Rp 375.000/orang = Rp 72.375.000

Maka, total biaya asuransi (Y) = Rp 5.202.570.456 K. Pajak Bumi dan Bangunan

Pajak bumi dan bangunan (Z) adalah Rp 97.503.443

Total Biaya Tetap = P + Q + R + S + T + U + V + W + X + Y = Rp 1.224.153.018.000

E.3.2. Biaya Variabel

A. Biaya Variabel Bahan Baku Proses dan Utilitas per Tahun


(3)

Rp 5.291.761.185

Maka, total persediaan bahan baku proses dan utilitas selama 1 tahun adalah = Rp 6.128.938.627 x (300/30) hari

= Rp 61.289.386.270

B. Biaya Variabel Tambahan

1. Perawatan dan Penanganan Lingkungan

Diperkirakan 10% dari biaya variabel bahan baku

Biaya perawatan lingkungan = 0,1 x Rp 61.289.386.270 = Rp 6.128.938.270 2. Biaya Variabel Pemasaran dan Distribusi

Diperkirakan 1% dari biaya variabel bahan baku

Biaya variabel pemasaran = 0,01 x Rp 61.289.386.270 = Rp 612.893.863

Total biaya variabel tambahan = Rp 5.820.937.304 C. Biaya Variabel Lainnya

Diperkirakan 5% dari biaya variabel tambahan

Maka, biaya variabel tambahan = 0,05 x Rp 5.820.937.304 = Rp 291.046.865

Total biaya variabel = Rp 67.731.218.400

Total biaya produksi = Biaya Tetap + Biaya Variabel = Rp 1.291.884.236.000

1.4.Perkiraan Laba / Rugi Perusahaan E.4.1 Laba Sebelum Pajak (Bruto)

Laba atas penjualan = Total penjualan – Total biaya produksi = Rp 2.667.451.479.000 – 1.291.884.236.000 = Rp 1.375.567.243.000

Bonus perusahaan untuk karyawan 0,5% dari keuntungan perusahaan = 0,005 x Rp 1.375.567.243.000

= Rp 6.877.836.215

Pengurangan bonus atas penghasilan bruto sesuai dengan UU RI No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat 1 sehingga :


(4)

Laba sebelum pajak (bruto) = Rp 1.375.567.243.000 – Rp 6.877.836.215 = Rp 1.368.689.407.000

E.4.2 Pajak Penghasilan

Berdasarkan UU RI No. 7 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan adalah :

• Penghasilan sampai dengan Rp 50.000.000 dikenakan pajak sebesar 10%. • Penghasilan Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 100.000.000 dikenakan

pajak sebesar 15%.

• Penghasilan di atas Rp 100.000.000 dikenakan pajak sebesar 30%. Maka, pajak penghasilan yang harus dibayar adalah :

• 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000

• 15% x (Rp 100.000.000 – Rp 50.000.000) = Rp 7.500.000 • 30% x (Rp 1.153.359.245.000 – Rp 100.000.000) = Rp 345.977.773.500

Total PPh = Rp 345.990.273.500

E.4.3 Laba Setelah Pajak

Laba setelah pajak = Laba sebelum pajak – PPh

= Rp 1.368.689.407.000 – Rp 345.990.273.500 = Rp 1.022.699.133.000

1.5.Analisa Aspek Ekonomi A. Profit Margin (PM)

PM =

penjualan total pajak sebelum Laba x 100%

PM = x 100%

479.000 2.667.451. Rp 407.000 1.368.689. Rp

PM = 51,31 % B. Break Even Point (BEP)

BEP =

Variabel Biaya Penjualan Total Tetap Biaya

− x 100%

BEP = x 100%

218.400 Rp.67.731. 479.000 2.667.451. Rp 018.000 1.224.153. Rp

BEP = 47,08 %


(5)

= 8474 ton / tahun

Nilai penjualan pada titik BEP = 47,08 % x Rp

2.667.451.479.000

= Rp 1.255.836.156.000

C. Return on Investment (ROI)

ROI =

investasi modal

Total

pajak setelah Laba

x 100%

ROI = x 100%

233.000 2.468.095.

Rp

133.000 1.022.699.

Rp

ROI = 41,43 % D. Pay Out Time (POT)

POT = x 1 tahun

0,4143 1

POT = 2,4 tahun E. Return on Network (RON)

RON =

sendiri Modal

pajak setelah Laba

x 100%

RON = x 100%

140.000 1.480.857.

Rp

133.000 1.022.699.

Rp

RON = 69,09 %

F. Internet Rate of Return (IRR)

Untuk menentukan nilai IRR harus digambarkan jumlah pendapatan dan pengeluaran dari tahun ke tahun yang disebut “Cash – Flow”. Untuk memperoleh cash – flow, diambil ketentuan sebagai berikut :

• Laba kotor diasumsikan mengalami kenaikan 10% tiap tahun. • Masa pembangunan disebut tahun ke nol.

• Jangka waktu cash flow dipilih 10 tahun.

• Perhitungan dilakukan dengan menggunakan nilai pada tahun ke – 10. • Cash flow, adalah laba sesudah pajak ditambah penyusutan.


(6)

BREAK EVEN POINT

PABRIK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH CAIR TAHU

KAPASITAS PRODUKSI 18.000 TON/TAHUN

0.00 500,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00 1,500,000,000,000.00 2,000,000,000,000.00 2,500,000,000,000.00 3,000,000,000,000.00

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110

ha

rg

a

(

tr

il

iun r

upi

a

h)

kapasitas produksi (%)

biaya tetap biaya variabel biaya produksi penjualan

Gambar LE-2 Grafik BEP 47,08 %