Konsep Baitul Maal wat Tamwil Pembiayaan

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. c. Untuk meningkatkan daya guna barang. d. Meningkatkan peredaran barang. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi f. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan h. Untuk meningkatkan hubungan internasional. 3. Jenis-Jenis Pembiayaan Berdasarkan tujuan penggunaannya, pembiayaan syariah menurut Adiwarman Karim dibedakan menjadi empat kategori yaitu 7 : a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan ditentukan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah: 1 Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. 2 Pembiayaan Salam 7 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2013, h.98-107. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. 3 Pembiayaan Istishna Pada dasarnya produk istishna tidak jauh berbeda dengan salam. Dalam istishna pembayaran dapat dilakukan dalam beberapa termin. Spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, ukuran, mutu, dan jumlahnya. b. Pembiayaan dengan prinsip sewa ijarah. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan jual beli, perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil syirkah. Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut: 1 Pembiayaan Musyarakah Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. 2 Pembiayaan Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal shahib-al maal mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola mudharib dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam paduan kontribusi 100 modal kas dari shahib al maal dan keahlian dari mudharib. d. Pembiayaan dengan akad pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad ini tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan namun hanya untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meski demikian bank dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang timbul dalam pelaksanaannya. Yang termasuk dalam akad ini adalah: 1 Hiwalah alih utang-piutang 2 Rahn Gadai 3 Qardh Pinjaman Uang 4 Wakalah Perwakilan 5 Kafalah Garansi Bank

C. Risiko

1. Pengertian Risiko Para ahli memiliki definisi yang beragam mengenai istilah risiko. Risiko menurut Arthur Williams dan Richard M.H adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu. A. Abas Salim berpendapat, risiko adalah kepastian uncertainty yang mungkin melahirkan kerugian loss. Soekarto mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan definisi risiko menurut Herman Darmawi risiko merupakan penyebaranpenyimpangan hasil actual dari hasil yang diharapkan, atau probabilitas sesuatu hasiloutcome yang berbeda dengan yang diharapkan. 8 Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa risiko merupakan suatu ketidakpastian atas suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian. 2. Jenis-jenis risiko Jenis-jenis risiko yang dihadapi perbankan syariah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia nomor 1323PBI2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, yaitu 9 : 8 Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 2003, h.2. 9 Peraturan Bank Indonesia nomor 1323PBI2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah a. Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. b. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. c. Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas danatau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. d. Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system, danatau adanya kejadian- kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. e. Risiko Hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum danatau kelemahan aspek yuridis. f. Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. g. Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan danatau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. h. Risiko Kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi danatau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah. i. Risiko Imbal Hasil Rate of Return Risk adalah Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. j. Risiko Investasi Equity Investment Risk adalah Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. 3. Risiko Pembiayaan Sebagai lembaga yang memiliki fungsi intermediasi seperti bank, BMT juga menanggung risiko kredit atau risiko pembiayaan. Risiko dalam pemberian fasilitas pembiayaan adalah tidak kembalinya pokok pembiayaan dan tidak kembalinya imbalan, ujrah, atau bagi hasil sebagaimana telah disepakati dalam akad pembiayaan antara bank syariah dan nasabah penerima fasilitas. 10 Disamping itu, juga terdapat risiko bertambah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh bank dan bertambah 10 Lampiran I SEBI No. 1310DPbs tanggal 3 April 2011, huruf C, butir a dan b. waktu untuk penyelesaian Non Performing Financing NPF, serta turunnya kesehatan pembiayaan kolektibilitas pembiayaan menurun. 11 4. Faktor-Faktor Penyebab Risiko Pembiayaan