Peran KUA dalam Meminimalisir Nikah di Bawah Tangan

108

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Peran KUA dalam Meminimalisir Nikah di Bawah Tangan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Kabupaten Karawang yang beralamat di jalan Ahmad Yani Nomor 53 Karawang, Jawa Barat 41315 dalam masalah isbath nikah Penetapan Perkawinan karena faktor pemicu awalnya adalah dengan nikah dibawah tangan atau nikah tidak dicatat. Berikut data pelaku masyarakat yang mengajukan isbath nikah Penetapan Perkawinan yang dicatat oleh Pengadilan Agama dari bulan Januari sampai bulan Desember tahun 2014. Dari data diatas dapat diketahui bahwa banyaknya masyarakat di Kabupaten Karawang yang melakukan nikah di bawah tangan Nikah tidak dicatat yang ingin mengajukan permohonan untuk melakukan itsbat Nikah di Pengadilan Agama. Karena masyarakat yang melakukan hal tersebut merasa banyak kendala yang dihadapi dalam melakukan segala kepentingan- kepentingannya, terutama dalam bidang administrasi kenegaraan. Data diatas juga telah menjelaskan dengan gamblang masyarakat yang melakukan nikah di bawah tangan berdasarkan alamat domisili pemohon itsbat nikah dengan jumlah yang sangat lumayan besar yaitu 412 orang pertahun dengan 30 Kecamatan yang berada dibawah naungan Pemerintah Kabupaten Karawang. Setelah penulis mendapatkan data tentang istbat nikah penetapan nikah dari Pengadilan Agama kabupaten Karawang, penulis langsung melanjutkan penelitian dengan melakukan wawancara kepada beberapa pihak, diantaranya kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Tegalwaru, dua orang masyarakat yang melakukan nikah dibawah tangan dan seorang staff yang bekerja di Pengadilan Agama. Kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Tegalwaru yang bernama Bapak Bubun Gustani S.Ag memang membenarkan adanya nikah di bawah tangan yang dilakukan oleh masyarakat yang ada didaerahnya, yang mana masyarakat melakukan hal tersebut dengan beberapa permasalahan diantaranya: pertama, faktor pendapatan perhari yang minim. Kedua, kurang tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya pecatatan pernikahan. Ketiga, faktor rendahnya pedidikan dan yang keempat faktor jarak yang ditempuh oleh masyarakat yang berada jauh diperbatasan desa antara Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Karawang dengan Kabupaten Purwakarta. 141 Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan masyarakat yang melakukan nikah dibawah tangan, pertama warga yang bernama Solihin Bekerja sebagai buruh serta alasan berkata mengapa dia melakukan nikah di bawah tangan adalah “Boro-boro buat daftar biaya nikah ke KUA, buat makan setiap hari juga akang harus cari sana sini pekerjaan, soalnyakan akang mah cuma buruh tani yang penghasilannya tidak jelas dan tidak tetap, jadi akang nikahnya engga ke KUA sebab engga punya uang, terus kata orang-orang Nikah ke KUA mah ribet prosedurnya “. 142 Kemudian penulis wawancara kembali dengan masyarakat yang melakukan nikah di bawah tangan, yang kedua warga bernama bibi Yati Bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga serta alasan berkata mengapa dia melakukan nikah di bawah tangan adalah “jarak yang harus ditempuh ke Kantor Urusan Agama KUA kurang lebih memakan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan akses yang yang 141 Wawancara dengan Ketua KUA Tegalwaru-Karawang Bubun Gustani S.Ag pada tanggal 20 Mei 2015 142 Wawancara dengan pelaku nikah bawah tangan bernama Solihin pada hari Minggu, 07 April 2015 kurang bagus jalannya jelek dan bibi tidak tahu menahu tentang pentingnya pencatatan nikah karena bibi hanya sekolah SD ”. 143 Terakhir, penulis melakukan wawancara dengan salah seorang staff yang bekerja di Pengadilan Agama Karawang yang bernama Farhan Asyhadi, S.Ei., M.H memang membenarkan bahwa dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang sebanyak 30 kecamatan yang memiliki jumlah tertinggi dalam masalah permohonan istbat nikah adalah kecamatan Tegalwaru yang mencapai sebanyak 55 0rang pada tahun 2014. Adapun Peran Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Tegalwaru yang memiliki jumlah tertinggi dalam hal masyarakat yang melakukan nikah di bawah tangan diantara kecamatan-kecamatan yang ada diwilayah Pemerintah Kabupaten Karawang yaitu sekitar 55 Orang pada tahun 2014. Hal-hal yang dilakukan Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan Tegalwaru dalam meminimalisir nikah di bawah tangan, diantaranya adalah: 144 Pertama, melakukan penyuluhan-penyuluhan Pencatatan Pernikahan dan Keluarga Bahagia yang dilakukan oleh Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 di Kantor Urusan Agama kepada calon pengantin dan wali. Kedua, melakukan sosialisasi tentang pentingnya pencatatan pernikahan dan dampak buruknya terhadap keluarga, ibu dan anak melalui 143 Wawancara dengan pelaku nikah bawah tangan bernama Yati pada hari Minggu, 17 Mei 2015 144 Wawancara dengan Ketua KUA Tegalwaru-Karawang Bubun Gustani S.Ag pada tanggal 20 Mei 2015 seminar-seminar dan pengajian-pengajian yang diadakan oleh Departemen Agama melalui perwakilannya di kecamatan yang diselenggarakan di masyarakat. Ketiga, Kantor Urusan Agama saling bekerjasama dengan rekan kerjanya yang berada di setiap desa yaitu P3N Pembantu Pegawai Pencatat Nikah Amil Desa bersama staff aparatur desa melakukan penyuluhan- penyuluhan setiap 2 Bulan sekali kepada masyarakat yang diselenggarakan di Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan dan juga sering diselenggarakan di balai desa sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.

B. Kendala yang dihadapi oleh KUA dalam Meminimalisir Nikah di Bawah Tangan

Setiap lembaga, instansi ataupun organisasi apapun jenisnya, baik itu berskala kecil ataupun besar dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai poin-poin penting dalam tujuannya pasti akan menemui berbagai hambatan, baik itu hambatan kecil maupun hambatan besar, baik berupa hambatan dari luar organisasi ataupun hambatan dari dalam organisasi sendiri. Dalam hal ini, bagaimanapun rapihnya suatu organisasi baik dalam struktur, pembagian tugas dan wewenang, serta kekuasaan tidak akan terlepas dari namanya suatu hambatan, karena organisasi adalah suatu system yang terbuka secara umum yang semua orang bisa ikut serta dan berkontribusi dalam melaksanakan suatu kegiatan yang pasti akan selalu berhubungan dengan orang banyak yang berada disekitar lingkungannya. Hambatan sekecil apapun bentuknya akan berpengaruh terhadap jalannya kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut. Hambatan sekecil apapun bentuknya yang ada dalam suatu organisasi, pasti akan mempengaruhi serta merugikan organisasi tersebut karena pelaksanaan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi akan terhambat. Mengakibatkan gagalnya pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dalam dasar-dasar keorganisasiannya. Berdasarkan pengumpulan data yang penulis lakukan melalui wawancara, ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh KUA Kecamatan Tegalwaru dalam meminimalisir nikah di bawah tangan yang dilakukan oleh masyarakat yang dinaunginya. Menurut Bapak Bubun Gustani S.Ag, selaku menjabat sebagai Ketua KUA, ada beberapa hal yang menjadi kendala yang dihadapi oleh KUA, diantaranya: 145 Pertama, sangat terbatasnya pendapatan perekonomian masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga mereka beralasan bahwa ketidakmampunya untuk membayar biaya administrasi yang ada di KUA serta biaya transportasi untuk menempuh jarak ke KUA. Sebab kondisi ekonomi masyarakat di Kecamatan Tegalwaru yang sebagian besar dan hampir rata- rata semua orang adalah bekerja sebagai buruh tani karena sebagian besar tanah di Karawang khusunya di daerah Kecamatan Tegalwaru adalah persawahan dan perkebunan. Karena dengan kondisi perekonomian 145 Wawancara dengan Ketua KUA Tegalwaru-Karawang Bubun Gustani S.Ag pada tanggal 20 Juli 2015 masyarakat seperti inilah yang secara status sosial berada pada garis menengah dan menengah kebawah yang penghasilan perharinya pun pas- pasan bahkan bisa dibilang kurang. Hal inilah yang membuat masyarakat menjadi tidak mau untuk mendaftarkan pernikahan mereka di KUA karena akan menyedot biaya yang cukup banyak. Kedua, adanya rasa malu dan malas bagi kedua keluarga dan mempelai untuk mendaftarkan diri atau mendaftarkan putra-putrinya untuk melakukan pernikahan di Kantor Urusan Agama setempat. Sebab mengingat sumber permasalahannya ada pada dalam mental diri si pelaku nikah, adanya rasa malas dan malu ini disebabkan karena status penikahan mereka yang ternyata berasal dari suatu “kecelakaan” yang telah mereka lakukan. Ketiga, kurangnya kesadaran dan pemahaman hukum di masyarakat masih banyak di antara masyarakat di Kecamatan Tegalwaru yang belum menyadari dan memahami sepenuhnya betapa pentingnya pencatatan perkawinan. Walaupun dalam kenyataannya perkawinan itu dicatatkan di KUA sebagian dari mereka boleh jadi hanya sekedar ikut-ikutan belaka. Atau mungkin mereka menganggapnya sebagai tradisi yang lazim dilakukan oleh masyarakat setempat. Belum diniatkan dengan kesadaran sepenuhnya akan segi-segi manfaat dari pencatatan perkawinan tersebut. Padahal pencatatan perkawinan yang merupakan perintah undang-undang No. 1 Tahun 1974 sesungguhnya mempunyai tujuan penting, yakni proses dokumentasi atas perbuatan hukum perkawinan itu sendiri sehingga kemudian akan memberikan perlindungan hukum bagi suami isteri yang bersangkutan beserta anak turunnya di kemudian hari. Keempat, rendahnya tingkat pendidikan yang dipelajari masyarakat yang ada di kecamatan Tegalwaru, yang mana para pelaku nikah di bawah tangan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang bersekolah hanya sampai Sekolah Menengah Atas SMA atau bahkan ada yang hanya sampai pada Sekolah Menengah Pertama SMP. Mereka tidak begitu mengetahui betapa pentingnya pencatatan perkawinan, karena pendidikannya kurang. 146 Dan yang terakhir adalah sangat kurangnya tenaga Sumber Daya Manusia SDM yang bekerja di Kantor Urusan Agama KUA Tegalwaru yang hanya berjumlah 5 Orang dengan 3 orang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil PNS dan 2 orang sebagai Pegawai tidak tetap Honorer. Dari beberapa masalah atau kendala yang telah dijelaskan di ataslah yang menjadi faktor yang menyulitkan yang dihadapi oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tegalwaru dalam meminimalisir nikah di bawah tangan yang dilakukan oleh masyarakat.

C. Analisis Penulis

Dari data yang telah didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pihak, diantaranya kepala Kantor Urusan Agama KUA Kecamatan 146 Wawancara dengan Ketua KUA Tegalwaru-Karawang Bubun Gustani S.Ag pada tanggal 20 Juli 2015