ENAM BELAS

ENAM BELAS

nam belas hari sebelum ujian, skorsing Ali Topan dicabut. Pak Broto Panggabean berhasil melem-

E butkan hati Ibu Dewi, sehingga Ali Topan tak perlu

minta maaf di atas kertas bersegel. Soalnya Pak Broto pernah memanggil Ali Topan, Ali Topan berkeras lebih baik tidak usah ikut ujian daripada disuruh minta maaf. Pak Broto yang bijaksana memahami kekerasan jiwa muridnya. Lantas segalanya bisa diselesaikan dengan caranya yang bijak.

Kepada Ibu Dewi ia memberi jaminan pribadi dan mengatakan bahwa Ali Topan menyatakan penyesalan, secara lisan serta berjanji tidak berbuat ulah liar lagi. Kepada Ali Topan ia berkata bahwa Ibu Dewi juga menyatakan penyesalan telah membesar-besarkan persoalan. Begitu cara Pak Broto Panggabean.

Sampai hari ujian sekolah tiba, teman-teman sekelas melihat bahwa hubungan Ali Topan dan Anna Karenina mendingin. Mereka mengira peristiwa yang lalu menjadi sebab gawatnya hubungan itu. Ali Topan jarang bicara dengan Anna. Dan, Anna pun mengambil sikap yang sama. Sebetulnya tidak begitu. Itu cuma taktik mereka saja. Ali Topan telah memberi surat pada Anna. Isinya singkat.

Anna sayang. Sampai ujian selesai, kita bikin situasi mendingin dulu deh. Kamu belajar baik-baik, sayapun demikian. Kamu berkonsentrasi untuk lulus, sayapun demikian pula. Sesudah ujian selesai, kita bikin Anna sayang. Sampai ujian selesai, kita bikin situasi mendingin dulu deh. Kamu belajar baik-baik, sayapun demikian. Kamu berkonsentrasi untuk lulus, sayapun demikian pula. Sesudah ujian selesai, kita bikin

Okey sayang? Harus okey dong. Cintamu selalu, Ali Topan.

Demikian bunyi surat yang disampaikan langsung oleh Ali melalui kantor pos. Surat itu dialamatkan ke rumah Anna, dengan nama pengirim Siti Sundari.

Maka ujianpun berlangsung seperti yang direncanakan oleh pemerentah. Tenang, lancar dan beres. Para murid menjalani ujian dengan perasaan seperti bapak dan ibu mereka. Ada yang gelisah, ada yang grogi, ada yang deg deg gung, ada yang tenang dan ada pula yang menggerung-gerung karena merasa goblog. Tapi tak ada yang bunuh diri.

Ali Topan mer asa mantap. Anna Karenina pun demikian pula. Bobby sedikit grogi. Dudung pas-pas-an. Gevaert stel yakin.

“Kita telah bekerja maksimal, kalau nggak ada sabotase rasanya kita boleh mendaftar ke UI. Coba Dung, besok tanya ke UI apa pendaftaran mahasiswa baru sudah dibuka untuk umum,” kata Ali Topan ketika hari terakhir ujian telah mereka lewati.

“Bagian naon?” tanya Dudung. “Bagian yang bisa demonstrasi!” sahut Ali Topan, lalu

ketawa yang disambut oleh ketiga temannya dengan nada yang berlainan.

Hari libur melahirkan peristiwa yang aneh bagi 4 sekawan itu. Gevaert diusir oleh orangtua Farah ketika ia berkunjung ke rumah perempuan yang ditaksirnya itu.

Soalnya sederhana. Pada suatu malam ia kepergok mencipok pipi Farah di teras rumah pas bapak si Farah melongok dari celah pintu. Sejak peristiwa naas itu, Gevaert patah arang.

“Nyipoknya cuma sedikit, tapi malunya itu nggak ketulungan, mack,” kata Gevaert kepada Dudung. Ia tak berani mengadukan ikhwalnya ke Ali Topan, takut temannya itu mendatangi rumah Farah dan melabrak bapak si Farah. Dia mengadu pada Dudung, sebab merasa senasib.

Dudung sendiri mengalami malam apes juga. Rupanya, Meiske itu punya pacar seabreg-abreg. Ketika Dudung mengunjunginya pertama kali pada suatu malam Minggu, di rumah Meiske berderet tiga buah mobil. Fiat 125 dan Mercedes 200 milik anak-anak geng Ngos- ngosan , sedangkan Toyota Hardtop milik anak geng Remember Me . Di depan hidung Dudung, yang datang pakai motor saja, Meiske dicium oleh Troy, anak gang Remember Me . Nyiumnya sih nyerobot, hingga Dudung dan anak-anak geng Ngos-ngosan yang melihat jadi merinding. Tapi berhubung Meiske cengar-cengir saja, urusan tidak bisa ditarik panjang.

“Harga diri gua rasanya kebanting banget, Vaert. Soal tampang sih, berani diadu gua, tapi soal materi nyerah deh,” kata Dudung bersungut-sungut, “gua pikir si Meiske nggak materialis, eh ternyata gila harta juga,” tambahnya.

“Menang di tampang kalah di bensin, gitu Dung? Lu jajal lain kali, bawa bensin dua drum,” kata Gevaert. “Buat apa?” “Buat bakar rumah si Meiske!” Dudung menyeringai. “Nasib kita kayak cerita di komik saja, kebagian “Menang di tampang kalah di bensin, gitu Dung? Lu jajal lain kali, bawa bensin dua drum,” kata Gevaert. “Buat apa?” “Buat bakar rumah si Meiske!” Dudung menyeringai. “Nasib kita kayak cerita di komik saja, kebagian

“Kabar dia sama Anna gimana ya? Ada perkembangan baru apa kagak ya? Perlu juga kita tanya boss kita. Jangan kita melulu yang kebagian apes, dia juga mesti ngerasain dong,” kata Dudung.

Ketika mereka menemui Ali Topan di rumahnya, wajah pemimpin mereka tampak memuaskan. Ali Topan baru selesai membaca surat dari Anna, pakai tanda romantis. Surat itu ditandai dengan tanda gambar gincu dari bibirnya.

“Waduh, sudah sampai taraf hot,” kata Gevaert ketika Ali Topan memperlihatkan tanda gambar bibir itu. “Udah ditentukan apa belon?” tanya Dudung. “Apanya?” “Kawinnya!” “Gua bagian nerima kadonya aja, Pan. Kali-kali aja

ada arloji yang nyelip,” kata Gevaert menggoda. “Gua bagian nyari orkesnya. Bakal ngibing,” kata Dudung. Ali Topan berhaha-hihi mendengar olok-olok kedua temannya itu. “Cita-cita sih setinggi bintang, sayang bintangnya ngga selamanya bersinar terang, mack. Rasanya sih gua bakal backstreet . Gua sendiri sih nggak doyan backstreet- backstreet- an, tapi Anna nekat aja,” kata Ali Topan.

“Rasanya semua orang pacaran di dunia ini pakai acara backstreet . Orang dulu backstreet-nya lebih serem, itu kata papa gua, Pan,” kata Gevaert.

“Iya, tapi mereka kan nggak fair. Rasanya gua belum “Iya, tapi mereka kan nggak fair. Rasanya gua belum

“Jadi, gimana sambungan percintrongan lu sama Anna?” tanya Gevaert lagi. “Ali Topan berusaha, Tuhan menentukan,” jawab Ali Topan, “kalian bantu doa saja,” sambungnya. “Ada komisinya dong?” “Ada! Ada! Tinggal pilih saja, mau kepalan tangan

kanan atau tangan kiri. Tangan kanan masuk kuburan, tangan kiri nyangkut di rumah sakit,” sahut Ali Topan sambil tersenyum khas.

Dudung meleletkan lidahnya. Gevaert menggaruk- garuk kulit kepalanya. Mereka memandang Ali Topan yang sangat mereka kagumi kegagahannya.

“Tunggu kabar lebih lanjut deh, kalian. Gua mau bikin kejutan cinta dalam beberapa hari ini,” kata Ali Topan. Ia mengerjapkan mata ke arah Dudung dan Gevaert, lalu berjalan pergi meninggalkan mereka.

Tidak sulit bagi Ali Topan melaksanakan niatnya untuk berhubungan dengan Anna, walaupun telepon di rumah Anna disensor. Ia pergi ke rumah Maya dan minta tolong gadis itu menilponkan Anna. Begitu hubungan sudah didapat, Maya memberikan kesempatan kepada Ali Topan.

Nyonya Surya yang menerima tilpon dan menyampai- kan pada Anna, tidak pernah mengira bahwa yang kemudian mengobrol di pesawat telepon itu Ali Topan yang sangat dibencinya. Ia tidak tahu, pembicaraan di tilpon itu adalah pembicaraan yang gawat. Ali Topan dan Anna merencanakan pertemuan rahasia.

***