ANAK TAAT DAN HORMAT KEPADA ORANGTUA

3.2 ANAK TAAT DAN HORMAT KEPADA ORANGTUA

Ada perintah Tuhan kepada orangtua untuk mengajar anak taat dan menghormati orangtua mereka,”Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di

dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu — ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi” (Ef 6:1-3). Ketaatan adalah jalan kehidupan bagi orang percaya.

Tuhan Yesus pun sebagai Anak, Ia pun juga belajar taat kepada Bapa- Nya,”Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang

36 Mendidik Anak

kepada orangtua seharusnya timbul bukan karena sikap otoriter orangtua mereka, melainkan karena kasih seorang anak kepada orangtua. Itulah ketaatan yang indah. Kasih yang diberikan anak kepada orangtua sama dengan kasih yang diberikan orangtua kepada anak, yakni kasih tanpa syarat.

Memang, kita akui tidak ada orangtua sempurna. Tetapi Ia telah memberikan petunjuk untuk mendidik anak-anak kita. Allah benar-benar mengharapkan agar kita mendidik mereka untuk taat dan hormat kepada orangtua. Tujuan didikan yang utama adalah mengajar agar suatu hari kelak anak itu dapat sepenuhnya bertanggungjawab untuk kehidupannnya sendiri. Anak menjadi dewasa dalam aspek kehidupannya.

Untuk mengajar anak taat kepada orangtua hendaklah didahului oleh contoh bapak ibunya. Firman Allah yang dipraktekkan lebih meyakinkan daripada Firman Allah yang dijelaskan. Contoh seorang ibu yang tidak menaati perintah-perintah bapaknya. Tindakan ibu yang tidak taat ini secara tidak langsung menggagalkan upaya mengajar anak taat pada orangtuanya.

Hal yang sama juga, jika bapak ibunya tidak taat kepada Tuhan menghalangi anak-anak untuk menghormati orangtua mereka sendiri. Ibu yang tidak taat pada suaminya, atau sebaliknya seorang bapak yang tidak menaati Tuhan. Tindakan orangtua yang tidak taat pada Tuhan adalah cerminan pemberontakan terhadap Tuhan. Orangtua yang demikian, tidak hanya bersalah kepada Tuhan saja tetapi juga telah merugikan anak mereka sendiri. Orangtua semacam itu sulit menuntut ketaatan dari anak-anaknya.

Anak yang tidak pernah dituntut taat dan hormat pada orangtua,

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 37

dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya ” (1 Yoh 4:20-21). Saudara di sini, dalam arti luas adalah semua sesama manusia (Mrk 12:31). Tetapi dalam lingkup kecil adalah saudara sendiri di dalam keluarga.

Memiliki keluarga yang saling mengasihi adalah kehendak Tuhan dan sekaligus kebahagiaan orangtua. Orangtua bahagia bila melihat anak-anaknya hidup saling mengasihi. Tidak jarang saya menjumpai keluarga yang tidak bahagia, di mana anak-anak mereka saling membenci bahkan ketika masing- masing sudah berkeluarga pun, mereka masih saling membenci.

Bagaimana caranya supaya anak-anak Saudara hidup saling mengasihi saudaranya?

a. Jangan pilih kasih

Kenyataan sering terjadi kasih yang bersifat pilih kasih. Umumnya, anak yang pandai, cantik dan ganteng, mendapatkan kasih yang lebih daripada anak yang lain.

Kasih yang bersifat pilih kasih tentu menimbulkan masalah di keluarga. Contoh nyata di Alkitab adalah kisah keluarga Ishak, di mana ayah lebih mengasihi Esau dan ibu lebih mengasihi Yakub. Demikian juga, Yakub lebih mengasihi Yusuf daripada anak-anaknya yang lain sehingga menimbulkan kecemburuan sampai-sampai hampir terjadi pembunuhan. Karena itu jangan Saudara menganakemaskan yang satu di atas yang lain. Jangan juga mengistimewakan anak yang satu di atas yang lain karena sesuai dengan keinginan atau bakat

38 Mendidik Anak

adalah bodoh. Tindakan membandingkan anak satu dengan yang lain akan menciptakan rasa bermusuhan.

Orangtua yang suka membanding-bandingkan anak yang satu dengan saudaranya sendiri atau anak lain maka anak yang kurang pandai atau kurang sukses itu dapat menjadi minder (rendah diri). Anak yang demikian akan semakin merasa gagal dan tidak bisa menyadari keunikan dan kelebihan di dalam dirinya. Padahal setiap anak pasti punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh anak lain. Tuhan itu mahakasih dan mahaadil.

Orangtua bijak akan menerima keberadaan anak apa adanya dan juga membantu anak untuk mengenali serta mengembangkan potensi atau kelebihannya. Langkah bijak adalah doronglah anak-anak Saudara untuk saling mengasihi dan berbagi dan bukan dibandingkan. Biarlah anak mencapai sukses di bidangnya masing-masing. Entah di bidang pendidikan, seni, ketrampilan, birokrasi, dagang, politik, dan lainnya. Setiap anak adalah unik. Tuhan sudah menetapkan jalan setiap anak masing-masing berbeda.

c. Jangan membela anak berdasarkan usia Ketika anak-anak kami berselisih, kami cenderung lebih membela anak

yang usianya lebih rendah dengan anggapan karena adiknya masih kecil. Kami meminta kakaknya untuk memahami adiknya. Seringkali saudara yang lebih tua diminta mengalah. Ternyata ini adalah tindakan bodoh.

Kini, kami mengubah cara mendidik mereka. Ketika mereka berselisih, kami menegur anak yang salah dengan kasih. Dengan cara demikian, sang adik

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 39

d. Jangan cekcok di depan anak

Tidak ada orangtua yang sempurna. Di dalam rumah tangga pasti ada hal-hal yang kurang sempurna. Justru kekurangan dan ketidaksempurnaan itu adalah “ruang” untuk saling mengasihi dan mengisi untuk membangun rumah tangga bahagia. Untuk mendalami pokok ini, silakan baca buku saya : Cek-cok tapi sudah cocok (Yogyakarta: Andi,2014).

Rumah tangga tidak luput dari cekcok. Cekcok kecil dalam rumah tangga adalah wajar. Namun, orangtua hendaknya bijak memperhatikan tempat ketika cekcok. Terkadang orangtua tidak mampu menahan emosi sehingga cekcok di depan anak-anak mereka. Itu adalah tindakan bodoh. Apa yang dilihat anak, bukan tidak mungkin kelak dewasa mereka melakukan hal yang sama seperti yang mereka lihat dari orangtuanya sebab hal itu dianggap wajar. Ketika terjadi percekcokan, hendaknya bisa diselesaikan dengan tertutup, bukan di depan anak-anak kita.

Firman Tuhan memberi kunci untuk membangun hidup saling mengasihi adalah saling menghormati,”Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah

bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah

mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang” (1 Ptr 3:7).

Kadang-kadang, dengan tidak sadar seorang suami menyampaikan kata- kata yang tidak sedap didengar mengenai istrinya di hadapan anak-anak. Atau sebaliknya. Bahkan suami dan istri saling menyela pembicaraan dan menyerang di hadapan anak-anak. Tindakan ini sangat melukai perasaan anak-anak kita.

40 Mendidik Anak

Baiklah Saudara menerapkan prinsip ilahi ini,”Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka” (Luk6:31). Jika ada argumentasi, tunggullah pada waktu anak-anak

tidak ada. Tunjukkan kasih sayang, hormat dan melayani di antara suami istri agar anak juga dapat menunjukkan kasih sayang, rasa hormat kepada orangtua, saudara bahkan kepada suaminya atau istrinya di kemudian hari. Praktekkanlah! Hal ini kedengarannya sederhana tetapi penuh kuasa untuk mengajarkan anak Saudara hidup saling mengasihi terhadap saudaranya.

Oleh sebab itu, orangtua jangan sekali-kali cekcok di hadapan anak. Itu ibarat gempa yang menggoncangkan jiwa anak. Ingat, yang paling dibutuhkan oleh anak adalah perasaan aman. Dan perasaan aman itu tergantung pada kerukunan hidup orangtua. Kerukunan hiduplah dasar atau fondasi untuk membangun hidup saling mengasihi dan menghargai.

e. Biasakan hidup saling membantu

Untuk membangun hidup saling membantu, orangtua bisa mengajak anak-anak mengerjakan kegiatan bersama seperti membersihkan rumah. Dengan melakukan kebiasaan ini sejak anak-anak masih kecil, akan membentuk karakter yang peduli, kerjasama, saling menolong, dan saling memperhatikan satu sama lain sehingga mempererat hubungan kasih dalam keluarga. Selain itu juga dapat meringankan tugas-tugas orangtua.

Doronglah anak-anak Saudara untuk saling membantu dalam kegiatan mereka sehari-hari. Sejak kecil anak-anak kami ajari hidup saling memperhatikan dan membantu. Selain itu, kami juga dapat mengajar mereka dengan melihat

Target Utama Orangtua dalam Mendidik Anak 41

kasih orangtua mereka terhadap mereka. Demikian juga, anak akan hidup saling membantu, melalui contoh konkrit ayah ibu mereka.

Menurut Dr. Volkard dan Gerlinda Scheuneman dalam bukunya “Hidup sebelum dan sesudah nikah ” mengatakan demikian:

“Bilamana dari sejak kecil anak-anak dididik untuk bekerja, mereka tidak hanya lebih mudah maju dalam pelajaran di sekolah, melainkan juga dibentuk

dalam sikap saling menolong dan memperhatikan sehingga mempererat hubungan kasih di keluarga. Selain itu, latihan kerja membawa anak-

anak untuk dapat berdiri sendiri, suatu pengalaman yang memperkuat

harga diri mereka, dan membawa mereka mengecap kepuasan. Karena salah satu sumber kepuasan ialah kesukaan karena suatu pekerjaan dapat

diselesaikan dengan baik”. 7

1 Larry Keefauver, 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak (Semarang : Media Injil Kerajaan,t.th), 61 2 Clyde M. Narramore, Menolong Anak Anda Bertumbuh Dalam Iman (Bandung : Kalam Hid- up,1961), 28

3 Gordon Dryden, Revolusi Cara Belajar (Bandung : Kaifa,1999), 104 4 Kalis Stevanus, Cek-Cok tapi Sudah Cocok (Yogyakarta: Andi,2014), 166-170 5 Andar Ismail, Selamat Menabur (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007),116

6 Anne Poone dan Margaret Ringrose, Merawat Bayi dan Mendidik Anak (Bandung: Kalam Hidup,1993), 49 7 Volkard dan Gerlinda Scheuneman, Op.Cit. 93-94