POLA ASUH ORANGTUA

Bab 8 POLA ASUH ORANGTUA

O Sebaliknya, ada orangtua yang sangat sedikit peraturan di dalam keluarga. Anak

rangtua dalam mendidik anak, perlu memahami ketiga pola asuh ini agar menjadi bijak. Ada orangtua memilih cara mendidik anak secara otoriter sehingga anak-anak sangat takut terhadap mereka berdua.

menjadi manja dan mementingkan diri. Dapatkah Saudara membandingkan kedua macam pola asuh di atas:

secara otoriter dan secara permisif (serba membolehkan) dan pengaruhnya terhadap anak-anak? Adakah cara lain, selain kedua pola asuh itu? Ada. Yaitu pola asuh yang fleksibel. Pola fleksibel adalah cara mendidik anak secara bijak.

8.1 POLA ASUH OTORITER

Melindungi anak adalah baik, namun melindungi dia secara berlebihan

84 Mendidik Anak

Dr. Andar Ismail mengatakan: “Anak yang dibesarkan dalam suasana curiga dan prasangka akan menjadi orang yang sulit membuat hubungan yang mendalam. Anak yang sering dipukul dan disiksa akan menjadi orang yang pendendam dan pemberingas. Anak yang sering diejek dan dicela nantinya sulit menghargai prestasi orang lain. Anak yang terlalu diatur tidak bisa tumbuh jiwa kepemimpinannya. Anak yang sering dipaksa akan menjadi keras kepala.” 2

Demikian juga diungkapkan oleh Smith bahwa sikap orangtua yang otoriter dan suka menghukum secara berlebihan setiap kesalahan yang dilakukan anak, hal ini dapat menyebabkan anak kehilangan kepercayaan diri sendiri. 3

Dengan demikian, pola asuh otoriter ini sangat berbahaya bagi anak-anak Saudara. Bila memiliki anak yang suka memberontak, memusuhi orangtua, jangan-jangan Saudara menerapkan pola asuh yang bodoh ini.

8.2 POLA ASUH PERMISIF

Pola asuh yang sama-sama tragis dan membahayakan anak adalah permisif (lunak atau serba membolehkan). Pola asuh ini membuat anak menjadi “tuan” atas dirinya sendiri sejak masih kecil. Anak mengira bahwa dunia ini hanya berputar sekitar kerajaannya yang hanya mengikuti keinginannya sendiri saja. Seringkali anak tidak menghormati mereka yang paling dekat dengan dia. Keluarga yang demikian akan timbul kekacauan. 4

Dr. Andar Ismail mengatakan demikian,”Anak yang dilimpahi kemudahan

akan rendah daya juangnya. Anak yang dimanja akan menjadi egois.” 5

Pola Asuh Orangtua 85

mereka dengan rasa hormat. Anak pun memiliki banyak kemampuan, potensi dan kemungkinan yang baik. Namun demikian, Alkitab menyatakan bahwa anak-anak itu dilahirkan dengan kecenderungan berbuat dosa. Karena itu, anak membutuhkan bimbingan, penertiban (disiplin) dan koreksi secara bijak.

Di sini orangtua dengan bijak dan penuh kasih mempraktekkan wewenangannya, bukan untuk membuktikan bahwa mereka berkuasa, tetapi menolong mengetahui batas-batas untuk bertindak, antara yang boleh dan tidak.

Saya ulangi, kedua macam cara mendidik yang ekstrim yaitu pola asuh otoriter dan permisif itu sama-sama berbahaya bagi anak. Kita hanya aman bila berdiri di tengah-tengah, tetapi kadang-kadang sulit untuk dilaksanakan oleh orangtua karena orangtua tidak jelas mereka berada di mana : otoriter atau permisif.

Pola asuh fleksibel adalah pola asuh yang mengambil jalan tengah antara pola asuh otoriter dan permisif. Pola asuh fleksibel ini baik untuk diterapkan oleh orangtua sebab memberi “ruang” bagi anak untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sejak lahir sebagai berkat Tuhan.

Feksibel di sini bukan berarti plin plan atau tanpa aturan dan batasan terhadap perilaku anak. Fleksibel bukanlah orangtua yang “angin-anginan”. Orangtua yang “angin-anginan” adalah sikap mengambang, terombang-ambing. Kadang-kadang orangtua mengajar anak-anak untuk taat tapi kadang-kadang mereka membiarkan anak-anak tidak melakukan kewajiban mereka sehari- hari. Kadang-kadang orangtua mempunyai sikap penuh kasih dan pengertian

86 Mendidik Anak

ubah, kadang-kadang secara otoriter dan kadang-kadang serba membolehkan. Pola asuh ini menekankan hak anak-anak untuk dihargai sebab anak itu diciptakan menurut gambar dan rupa Allah sehingga mereka perlu memperoleh perlakuan yang terhormat. Dan orangtua memiliki tanggung jawab untuk peka memperhatikan hak, kebutuhan dan minat anak-anak itu. 6

Pola asuh ini juga mengakui bahwa anak-anak membutuhkan penertiban (disiplin) dan koreksi (tetapi berbeda dengan konsep disiplin yang otoriter). Pola asuh ini penuh kasih mempraktekkan otoritas orangtua, bukan untuk mencari kuasa atau membuktikan bahwa orangtua berkuasa. Jadi, pola ini mengakui hak-hak orangtua (sebagai pribadi yang mempunyai harga diri dan kehormatan diri yang mendalam, perlakuan dengan hormat dan sebagai manusia yang berharga) maupun hak-hak anak (suasana keluarga yang penuh kasih di mana orangtua bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani dan jiwani anak, sebagai pribadi yang mempunyai harga diri dan kehormatan diri yang mendalam, diperlakukan dengan hormat sebagai manusia yang berharga, mempunyai suara/pendapat dan ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dalam keluarga, pendidikan dan latihan sesuai prinsip Alkitab). 7

1 James Dobson, Masalah Membesarkan Anak (Bandung: Kalam Hidup, 1982),155 2 Andar Ismail, Selamat Menabur (Jakarta : BPK Gunung Mulia,2007), 118 3 Blaine Smith, Anda Unik Dimata Tuhan (Bandung: Lembaga Literatur Baptis,2000),14 4 James Dobson, Op.Cit , 156 5 Andar Ismail, Op.Cit. 118 6 Bruce Narramore, Mengapa Anak-anak Berkelakuan Buruk (Bandung : Kalam Hidup,