MENJADI KONSELOR BAGI ANAK

Bab 7 MENJADI KONSELOR BAGI ANAK

D Ketuntasan Minimal), punyai rasa minder dengan teman-temannya, trauma,

isadari atau tidak, orangtua terlibat dalam situasi konseling setiap hari di keluarganya. Mungkin anak kita curhat karena ditolak dan dikucilkan oleh kelompok di sekolahnya, nilainya tidak mencapai KKM (Kriteria

tidak tertarik hal-hal rohani, dan sebagainya. Semua situasi ini membutuhkan pengertian, simpati, dan perhatian—inilah pelayanan konseling untuk menolong anak mengatasi persoalannya.

Mungkin Saudara berkata,”Ah, saya tidak mampu!”, atau,”Saya merasa tidak memiliki karunia pelayanan konseling?” Kata siapa? Meskipun Saudara mungkin tidak punya karunia pelayanan konseling, sebagai orangtua, Saudara dipanggil Allah untuk mempraktekkan perhatian, simpati dan pertolongan kepada anak Saudara.

76 Mendidik Anak

menembakkkan seperti peluru dari senjata rohani Saudara. Jadilah konselor yang sabar dan selalu berdoa bahwa Tuhan akan mengaruniakan hikmat untuk menyelesaikan persoalan. Teguran, nasihat dan argumentasi, sampaikanlah dengan bijak dan penuh kasih. Tujuan kita bukan memenangkan perdebatan, tetapi menolong anak dari belenggu persoalan yang menimpanya dan tampil sebagai pemenang.

Tapi, ingat, manakala Saudara merasa bahwa persoalan itu melebihi batas kemampuan Saudara, “segeralah” untuk menyerahkan kepada seseorang yang lebih berpengalaman daripada Saudara dengan tepat.

Berikut ini hanyalah sebagian kecil dari contoh-contoh persoalan yang dihadapi orangtua tentang anaknya, dan bagaimana mengatasinya. Saya menyadari, persoalan yang dihadapi orangtua lebih dari pada apa yang dipaparkan di sini. Jawaban-jawaban ini barangkali bisa menjadi penuntun tepat guna yang dapat menolong para orangtua sewaktu menghadapi persoalan tentang anak-anak mereka.

7.1 PIKIRAN YANG TIDAK BENAR

Sampaikanlah dengan bijak kepada anak Saudara yang memiliki masalah dengan pikirannya bahwa pemikiran tidak benar yang terlintas di dalam pikirannya bukanlah berarti ia melakukan dosa. Martin Luther berkata “Kita tidak dapat mencegah burung-burung terbang di atas kepala kita, tetapi kita dapat mencegah mereka membangun sarang di kepala kita.”

Pemikiran tidak benar barulah menjadi dosa saat pikiran kita tidak

Menjadi Konselor Bagi Anak 77

meluangkan lebih banyak waktu membaca Alkitab ketika pemikiran tidak benar menyelinap masuk. Jadi, mintalah anak Saudara untuk memanfaatkan ini menjadi kesempatan untuk memperdalam persekutuan dengan Tuhan. Jangan melawan pikiran yang mengembara, tetapi manfaatkan.

7.2 BENARKAH SEMUA AGAMA SAMA?

Mungkin saja anak kita mendapat tekanan, ejekan dan cemoohan berkenaan dengan imannya kepada Kristus. Untuk menghindari masalah atau agar tidak dikucilkan oleh teman-teman non Kristen, anak melakukan kompromi dengan mengatakan “semua agama itu sama”.

Sebagai orangtua, apa yang harus dilakukan kepada anaknya? Orangtua dapat menjelaskan kepada anak, bila kita ingin masuk sorga, iman kita harus diletakkan pada sesuatu yang benar. Karena agama di luar Kristen memandang Yesus Kristus berbeda dari yang dilakukan oleh orang Kristen, sedangkan Yesus Kristus sendiri menyatakan bahwa Ia adalah satu-satunya jalan ke sorga (bacakan Yoh.14:6). Siapa yang harus kita percayai? Perkataan Yesus Kristus atau pernyataan agama sedunia? Dengan tegas, Yesus Kristus berkata bahwa Ia adalah satu-satunya jalan menuju Allah.

Yakinkan pada anak, jangan takut dicap fanatik, takut dikucilkan dalam pergaulan sebab persoalan keselamatan tertalu penting dalam hidup ini. Salah beriman, bisa berakibat fatal. Doronglah anak untuk tetap berdiri teguh dan yakin di atas dasar kebenaran Alkitab bahwa hanya ada satu jalan menuju Allah dan jalan itu melalui Yesus Kristus sendiri (Yoh.14:6; Kis.4:12).

78 Mendidik Anak

orang) di dalam Yesus, sebagaimana Yesus Kristus telah mengampuniku.” Doronglah anak untuk tidak menunggu sampai ia merasa mau

mengampuni, mungkin ia tidak pernah melakukannya. Bukakan firman Tuhan berikut ini dan menaatinya:

Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah

mengampuni kamu.”

1 Tesalonika 5:15 “ Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing- masing dan terhadap semua orang.”

Matius 6:14-15 “Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”

Tekankan pula, hanya kalau kita bersedia mengampuni orang-orang lain yang telah menyakiti kita, kita dapat mengalami pengampunan Allah yang sepenuhnya.

Untuk lebih lanjut mengenai pengampunan dan pemulihan batin, silakan membaca buku saya : Inner Healing—Pemulihan dari Bapa Surgawi (Yogyakarta:

Menjadi Konselor Bagi Anak 79

Mintalah anak mengikuti langkah ini untuk menuntun anak kepada pengampunan Allah dan menerima pengampunan-Nya.

a) Pengakuan Ajaklah anak untuk mengakui semua dosa tanpa ada yang ditutup-tutupi. Mintalah ia untuk mengidentifikasi dosa tersebut dengan jelas sehingga ia

bisa melihatnya sebagaimana dosa itu adanya.

b) Pertobatan Pertobatan bukan sekadar penyesalan mendalam telah berbuat dosa. Pertobatan adalah berpaling dari dosa dan berpaling kepada Tuhan.

c) Berpegang pada janji Allah Yakinkan pada anak, bilamana ia telah mengakui semua dosanya kepada Tuhan dan meminta pengampunan-Nya, maka ia menerima pengampunan-

Nya. Yakinkan anak untuk berpegang pada janji-Nya seperti tertulis di dalam 1 Yohanes 1:9 tadi.

d) Adakan pendamaian bilamana perlu Jika dosa itu menyangkut melukai seseorang dengan nyata, doronglah anak Saudara untuk meminta maaf kepada orang yang telah disakiti.

7.5 MERAGUKAN KESELAMATAN

Jelaskan pada anak bahwa kita dapat yakin dengan pasti. Apakah ada orang yang dapat memastikan dirinya telah diselamatkan? Alkitab mengajarkan kepada kita untuk memiliki kepastian keselamatan. Petrus memerintahkan,”Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-

sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu

80 Mendidik Anak

dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Why 3:20).

Tanyakan pada anak Saudara: “Saudahkah kamu melakukan hal itu? Sudahkah kamu membuka pintu kehidupanmu bagi Tuhan Yesus? Jika sudah, di manakah Tuhan Yesus? Ia telah datang untuk diam di dalam diri kamu! Itulah janji-Nya kepada kita. Yakinlah hal itu!

Langkah berikut ini bisa membantu orangtua untuk meyakinkan anak tentang kepastian akan keselamatannya telah terjamin.

a) Kita hendaknya menyadari bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang kita kerjakan, melainkan hal itu telah dikerjakan oleh Yesus

Kita harus yakin, seperti Paulus bahwa Yesus benar-benar mampu untuk melindungi dan memelihara apa yang telah dibeli oleh-Nya,” ... karena aku tahu

kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan” (2 Tim 1:12).

Tuhanlah yang menyelamatkan kita. Karena itu, keselamatan kita tidak tergantung pada kekuatan kita tetapi pada kekuatan Tuhan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang kita lakukan, melainkan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan bagi kita. Harga keselamatan kita telah dibayar lunas. Sekarang kita dapat mengetahui bahwa kita telah diselamatkan, bukan hanya karena kita telah menyerahkan hidup kita kepada Tuhan Yesus, tetapi karena Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya karena kita.

Menjadi Konselor Bagi Anak 81

Tidak pernah ada orang yang dapat dipercayai seperti Yesus Kristus.

Dan Yesus sendirilah yang telah berjanji,”dan Aku memberikan hidup yang

kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-

lamanya dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa- Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yoh 10:28-29).

Yesus telah meyakinkan kita. Karena itu percayalah kepada Dia yang tidak berdusta dan kepada firman-Nya yang kekal ,”Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau ” (Ibr.13:5)

c) Jangan percaya dan mengandalkan perasaan Anda Jelaskan pada anak bahwa emosi manusia berubah-ubah. Pada satu saat

kita berada di puncak gunung kegembiraan, dan pada saat berikutnya kita berada dalam lembah keputusasaan. Ingatkan anak bahwa kita tidak dapat mengandalkan perasaan kita untuk memperoleh kepastian akan keselamatan. Dasar kepastian yang kita pegang adalah janji Allah, bukan perasaan kita. Kita harus percaya pada kesetiaan Allah sendiri dan firman-Nya.

Jadi, apabila anak masih ragu-ragu, mintalah mengusir dalam nama Yesus keraguannya dan teruslah untuk mempercayai janji-janji Allah.

7.6 MERASA GAGAL

Pertama-tama, sertailah anak untuk mencari tahu penyebab terjadinya

82 Mendidik Anak

Tunjukkanlah bahwa Tuhan tidak putus harapan ketika menghadapi kegagalan umat-Nya, tetapi justru mengubah semua hal buruk yang menimpa kita menjadi kebaikan.

Saudara bisa membagikan kebenaran yang terkandung dalam Yakobus 1:2-3,”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila

kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.” Yakinkan anak bahwa kegagalan itu bisa terjadi pada siapa saja. Yakinkan juga bahwa kita bisa menghadapi kegagalan. Jangan berkata,”Mengapa ini harus terjadi padaku?”

Jelaskan kembali Roma 8:28 bahwa Tuhan itu berkuasa. Sampaikan kepada anak sesuai dengan Roma 8:28, bahwa Tuhan menyaring setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita dan mengizinkan perkara yang dapat dipakai-Nya untuk kebaikan kita. Tuhan tidak akan mengizinkan apa pun masuk ke dalam kehidupan kita kecuali Ia melihat bahwa hal itu membawa kebaikan. Saat kita belajar untuk menerima persoalan hidup dengan pujian, bukan gerutu, maka jiwa kita menjadi “bebas”.

Mintalah anak ketika ia gagal untuk melihat hidupnya dari sudut pandang Tuhan. Orangtua perlu membimbing anak agar memandang persoalan apa pun sebagai “alat” ditangan-Nya untuk menghasilkan kebaikan. Kebaikan di sini tidak boleh dimaknai sekadar hal-hal yang baik secara jasmani, tetapi terlebih pada pengembangan kepribadian, karakter menuju keserupaan dengan Kristus yang lebih baik.